Hyorin terus melajukan Motornya tanpa tujuan, pagi hari itu tiba-tiba sangat mendung padahal saat Hyorin berangkat pagi tadi Matahari sudah mengintip dibalik Awan siap untuk memancarkan sinarnya di Bumi. Mungkin langit sedang ikut bersedih bersama Hyorin.
Hujan turun saat Hyorin masih berada di jalan, Hyorin terpaksa menepikan Motornya untuk berteduh.
Hyorin mengambil ponselnya di dalam tas, ada banyak sekali panggilan dan pesan masuk yang semuanya dari Ayesh. Hyorin tidak tertarik sedikitpun untuk membuka pesan itu maupun untuk menelfon balik Ayesh.
Kekesalan Hyorin terhadap Pria itu sungguh masih memuncak, kekurangajaran Ayesh membuat Hyorin kecewa.
Hyorin merasa kedinginan karena hujan tak kunjung reda, bahkan dia lupa tidak mengenakan jaket sebab terburu-buru ketika mau berangkat.
"Orin kenapa kamu disini?" Terdengar suara seseorang yang tidak asing bagi Hyorin.
"Kak Indra?" Hyorin terperanjat kaget namun sejatinya dia sangat senang bisa bertemu Kak Indra saat ini, apalagi saat dia hanya seorang diri tentu membutuhkan teman untuk lebih menghangatkan suasana.
"Ya ampun Rin, baju kamu basah semua nanti kamu masuk angin."
"Aku tidak apa-apa Kak."
Indra hendak memberikan jaket yang ia kenakan, namun datang seseorang yang lebih dulu memakaikan jeket untuk Hyorin.
****
Ayesh mendengar suara hujan mulai turun saat ia sedang menyesali semua yang telah dilakukannya, Ayesh teringat Hyorin yang pergi dalam keadaan marah.
Ayesh kemudian turun mengejar Hyorin, dia menanyakan kepada petugas keamanan di depan ternyata Hyorin mengendarai Motor.
Tidak seberapa lama, Ayesh kemudian melajukan Mobilnya mencari Hyorin.
Perasaannya entah kenapa begitu khawatir akan keselamatan gadis itu, Ayesh terus menelfon Hyorin namun tetap tidak ada tanggapan apapun dari pemilik ponsel.
Ayesh menemukan Hyorin sedang duduk di tepi jalan, dia sedang berteduh. Hati Ayesh sedikit merasa lega sebab gadis itu baik-baik saja, namun dia terlihat begitu kedinginan.
Ayesh kemudian menghampiri Hyorin meskipun telah ada seseorang yang mendahuluinya.
"Anda siapa?" Tanya Indra saat Ayesh tiba-tiba muncul dan mencoba membawa paksa Hyorin dengan terlebih dahulu menyelimuti tubuh Hyorin dengan jaket yang tadi Ayesh kenakan.
Ayesh hanya diam saja.
"Lepaskan aku Pak, aku tidak mau bertemu dengan Anda lagi." Hyorin menolak Ayesh.
"Tolong lepaskan dia, biarkan aku yang akan mengantarnya." Indra mencoba menahan Ayesh agar tidak membawa Hyorin.
"Rin dia siapa, apakah kamu mengenalnya?" Sambung Indra.
"Dia orang gila Kak, yang selalu merusak hariku." Jawab Hyorin.
Mendengar ucapan Hyorin, tampak Ayesh menahan amarahnya, dia tidak terima dipanggil orang gila namun saat ini bukan saatnya bagi Ayesh untuk marah, sebab ini terjadi akibat kesalahannya yang membuat Hyorin kabur dari Apartemennya.
"Ayo cepat masuk Mobil, kamu sudah kedinginan." Perintah Ayesh dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Aku tidak mau, aku bawa Motor sendiri. Anda tidak perlu repot-repot."
"Iya benar, Orin juga bisa pulang bersamaku." Indra membela Hyorin.
"Tidak bisa, ayo cepat ikut! kamu tanggungjawabku sekarang." Ayesh menarik lengan Hyorin.
"Maksud Bapak apa?" Tanya Hyorin.
"Cepat masuk! Motor kamu nanti ada yang mengurus."
Ayesh membuka pintu Mobil dan menyuruh Hyorin duduk anteng. Ayesh memutari Mobilnya dan duduk dibalik kemudi.
Ayesh kemudian memasangkan seatbelt untuk Hyorin. Sejurus pandangan mereka saling beradu, Hyorin cepat-cepat membuang mukanya ke arah jendela melihat Indra yang masih ada ditempatnya sambil melambaikan tangan.
Hyorin membalas lambaian tangan Indra dengan hati sendu karena jujur saja Hyorin lebih suka jika dirinya pulang bersama Krak Indra dari pada harus bersama manusia aneh yang ada disebelahnya. Hyorin memanyunkan bibirnya kesal.
Mobil melaju dijalan membelah hujan yang turun begitu lebat, kedua insan di dalam Mobil itu tidak ada yang membuka suaranya.
Suasana menjadi sangat hening, hanya gemercik hujan dan suara mesin kendaraan yang saling beradu.
"Tolong turunkan aku disini saja Pak." Suara Hyorin memecah keheningan.
Ayesh tidak menjawab, dia hanya menoleh kearah Hyorin sambil sedikit menarik sudut bibirnya.
Apa-apaan orang ini, bukannya menjawab malah terlihat sangat menyebalkan.
****
Di tempat lain, Ayah Hyorin dan Ayah Ayesh sedang bermain golf bersama. Hujan pun menghentikan permainan mereka, akhirnya kedua orang tua itu berbincang di Restoran dekat lapangan golf sembari menunggu hujan reda.
"Mahardika apakah rencana kita berjalan lancar?" Suara pak Akbar membuka perbincangan mereka ditengah gemercik hujan.
"Sepertinya lancar, pagi-pagi sekali putriku bahkan sudah pergi katanya Ayesh memanggilnya."
"Putraku benar-benar agresif ternyata tidak bisa melihat gadis cantik, hahahhaa."
Kedua orang tua itu tertawa bersama sambil sesekali menyesap minuman hangat yang mereka pesan.
"Tapi..." Ayah Hyorin sedikit meragu sebab ia teringat sebuah hal.
"Tapi apa Dik? Tanya pak Akbar penasaran.
Pak Mahardika menceritakan semua hal yang mengganjal dihatinya. Pak Akbar hanya manggut-manggut saja sambil menyimak.
"Kalau begitu kita panggil saja Ayesh untuk kemari." Usul Ayah Ayesh.
****
Setelah perjalanan kurang lebih Dua Puluh Lima menit, Ayesh dan Hyorin sampai di kediaman keluarga Mahardika. Hyorin beranjak turun dan membuka pintu Mobil Ayesh.
"Tunggu dulu." Ayesh menahan Hyorin agar jangan turun dulu dan tinggal barang sejenak.
"Ada apa lagi?"
"Maafkan aku." Ayesh memelas.
Hyorin hanya diam, rasanya hati Hyorin belum bisa memaafkan perbuatan Ayesh hari ini.
"Ada syaratnya."
"Apa?"
"Kembalikan jaketku!"
"Adakah syarat yang lain jangan yang itu?"
Ayesh menawar, sebab Ayesh sangat tidak rela harus mengembalikan jaket yang seolah sudah menjadi candunya.
"Cepat buka kunci pintunya, aku mau turun!"
Hyorin sangat kesal, untuk kesekian kalinya Ayesh benar-benar menguji kesabarannya.
"Baiklah, silahkan turun."
Hyorin cepat-cepat turun dari Mobil Ayesh dan berlalu pergi memasuki rumahnya tanpa mempersilahkan Ayesh untuk mampir terlebih dahulu.
Silvia yang berpapasan dengan Hyorin di pintu depan, melihat mobil Ayesh yang keluar dari gerbang rumah mereka.
Silvia yang hendak hangout bersama teman-temannya kemudian masuk kembali ke dalam rumah dan mengikuti Hyorin masuk ke dalam kamar.
"Rin kamu baru pergi sama Kak Ayesh?" Silvia bertanya penuh penasaran.
"Tidak." Jawab Hyorin singkat.
"Tadi bukannya ada Mobil Kak Ayesh di depan Rin?"
"Iya aku pulang bersamanya, kami tidak sengaja bertemu di jalan."
"Kamu tidak berbohong?"
"Tidak, sudah sana bukankah kamu mau pergi. Aku mau istirahat." Usir Hyorin.
Silvia keluar dari kamar Hyorin, sebenarnya dia masih penasaran kenapa Hyorin selalu saja bertemu dengan Ayesh. Silvia akhirnya menganggap itu hanyalah faktor kebetulan.
****
Ayesh tidak langsung pulang ke Apartemennya, dia melajukan Mobilnya ke lapangan golf tempat dimana ayahnya dan Ayah Hyorin sedang bermain bersama.
"Siang Ayah, Om." Sapa Ayesh lalu menyalami dan mencium punggung tangan kedua orang tua itu dengan takzim.
"Siang juga Nak." Jawab Ayah Hyorin.
"Lho kok tidak bersama Orin? bukankah tadi pagi katanya Orin ke tempatmu Yesh?" Ayah Ayesh celingukan mencari keberadaan Hyorin untuk sekedar berbasa-basi sebab yang mereka kehendaki datang hanyalah Ayesh bukan dengan Hyorin turut serta.
"Tidak Ayah, tadi sudah aku antarkan pulang sebelum kesini."
"Baiklah tidak apa-apa, sini duduk dulu ada hal yang harus kita bicarakan sebagai seorang Laki-laki." Ayah Ayesh menyuruh Anaknya untuk duduk disampingnya.
"Baik Ayah, apa ada hal penting sehingga Ayesh harus datang kesini Yah?"
"Begini Yesh, Ayah ingin kamu segera menikah."
"Ayah jangan bercanda, aku belum menemukan yang pas." Ayesh tampak sedikit kaget dengan pernyataan Ayahnya.
Ayah Ayesh kemudian memberikan kode kepada Mahardika sahabatnya itu supaya mengatakan sesuatu hal.
"Nak boleh Om berbicara?"
"Boleh Om, silahkan." Jawab Ayesh mempersilahkan Ayah Hyorin untuk berbicara.
"Nak begini, kemarin saat kamu mengantar Orin Om lihat kamu mengenal Silvia. Apa kamu bersahabat dengannya atau bahkan kalian memiliki hubungan yang lebih dari itu? Sebab begitu melihat kamu, Silvia sangat bahagia bahkan dia hendak memelukmu, meskipun pelukan itu kamu tepiskan, mungkin karena ada Om disitu jadinya kalian malu?"
"Mohon maaf Om, Ayesh tidak paham dengan apa yang Om maksudkan?" Ayesh tampak begitu khawatir jika Ayahnya dan Ayah Hyorin bermaksud menjodohkan dirinya dengan Silvia.
Obrolan mereka berlangsung cukup lama, sepertinya telah tercapai sebuah kesepakatan diantara mereka bertiga dan akan segera mengadakan acara makan malam yang akan dihadiri oleh kedua keluarga.
Ayesh kemudian pamit untuk pulang terlebih dahulu dengan perasaan campur aduk, Ayesh masih merasa bahwa kedua orang tua itu memaksanya untuk segera menikah.
Ayesh sudah duduk dibalik kemudi, dia memukul-mukul setir Mobilnya beberapa kali ada rasa yang berkecamuk di dalam sana.
Kenapa hanya Tiga hari mereka memberikanku jeda waktu, sial apa yang harus aku lakukan. Gadisku kenapa kau tak kunjung muncul. Ayesh bermonolog di dalam hatinya.
Ayesh kemudian melajukan Mobilnya setelah sebelumnya dia menghubungi Doni lewat chat singkat.
Ayah Hyorin dan Ayah Ayesh masih betah di area lapangan golf.
"Dik apa kau yakin Ayesh mencintai Silvia?" Tanya pak Akbar kepada sahabatnya itu.
"Sudah tenang saja Akbar, kita tunggu saja keputusan Ayesh dan kita lihat apa yang akan dia bawa.
Kedua orang tua itu kemudian tertawa bersama, mereka tampak sangat bahagia sebab keingingan mereka untuk menjadi besan akan segera terwujud.
Hai Kak, maafkan Author yang updatenya lama ya, Author lagi banyak pekerjaan yang mesti di urus. Tapi tidak usah khawatir ya kak, Author pasti sempatkan buat update.
Yuk kak jangan lupa like, komen, vote dan jadikan favourite ya supaya tidak ketinggalan saat Author update. 😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments