Orin…Kakak mencarimu, kamu kemana saja Rin?” Tanya Hyoshan penuh kekhawatiran sambil memeluk Hyorin begitu melihat gadis itu muncul di ambang pintu Apartemennya.
“Ak…aku tersesat Kak.” Jawab Hyorin berbohong kepada Kakaknya agar tidak membuat Kakaknya itu semakin khawatir.
“Aku menemukan ini di depan lift, apakah ini milikmu Rin?” Hyoshan menunjukan kantong plastik yang ia temukan begitu Hyorin sudah duduk di sofa.
Hyorin bergegas memeriksa isi dari kantong plastik yang disodorkan oleh Kakaknya.
“Benar Kak itu punyaku."
“Teeruuussss…tadi kamu kemana Rin?” Tanya Hyoshan curiga.
“Aku tadi kembali ke bawah karena ada yang tertinggal Kak.” Hyorin mencoba membohongi Kakaknya lagi.
“Benarkah itu Rin? Kamu kembali ke bawah, tapi untuk apa? Yah...sudahlah yang penting sekarang kamu sudah sampai disini." Ucap Hyoshan pada akhirnya begitu melihat Adiknya terlihat kurang nyaman dengan pertanyaannya.
Hyorin paham betul kalau Kakaknya tahu jika dirinya sedang berbohong, namun dia tidak membahasnya lebih lanjut agar dia tidak merasa sedang diintrogasi.
Sepersekian detik suasana menjadi hening.
“Kak?"
“Hmmmmmm….”
“Katanya Kakak mau menceritakan alasan kenapa Kakak sekarang tidak lagi tinggal di rumah utama.”
“Iya Rin akan Kakak ceritakan.” Suara Hyoshan melemah seperti sedang menanggung beban berat di hatinya.
Hyoshan kemudian menceritakan semuanya kepada Hyorin dengan sangat detail sejak kedatangan Dua wanita itu ke rumah utama dan perubahan sikap Ayahnya yang selama Tiga tahun belakangan semenjak kepergian mendiang ibunda mereka sangat murung dan bersedih menjadi mencair dan tampak bahagia, seolah menemukan sesuatu yang mampu mengisi relung hatinya yang kosong.
Hyoshan menceritakan alasan mengapa dia lebih memilih tinggal di Apartrmen dibandingkan di rumah.
“Kak…apakah wanita itu sejahat itu?”
“Rin Kakak tahu, Ayah bahagia sekarang tapi Kakak sebenarnya tidak mau posisi Ibu digantikan oleh siapapun.”
Butiran bening tiba-tiba lolos begitu saja membasahi wajah ayunya.
****
Ayesh tampak bahagia melihat gadis yang tadi ia intimidasi pergi bersama amarahnya. Ayesh merasa puas sudah membuat gadis itu takut.
Dia senyum-senyum sendiri tidak jelas bagaikan anak kecil yang menemukan mainannya kembali. Seketika dia teringat dengan liontin bertuliskan huruf “A” yang tergantung di leher gadis itu.
Liontin itu seperti yang aku tinggalkan kepada gadis waktu itu. Kenapa gadis tengik itu yang memakainya?
Ayesh bertanya pada dirinya sendiri yang kini tidak mungkin akan menemukan jawaban.
Ayesh tersentak kaget ketika ponselnya berdering, dengan sedikit malas Ayesh mengangkat telfon yang ternyata dari Ayahnya.
“Hallo Ayah ada apa malam-malam begini menelfon?”
“Ayah ada kabar gembira, calon Dokter Pribadimu bersedia menemuimu besok jam Sepuluh pagi di Kantor.”
“Apa tidak terlalu cepat?”
“Percaya sama Ayah, kamu pasti akan menyukainya.”
“Maksud Ayah?”
Pertanyaan Ayesh tidak dijawab oleh Ayahnya, karena Ayahnya sudah menutup telfonnya terlebih dahulu.
Ayah masih tetap sama suka memaksa dan ah…sudahlah menurut memang mungkin lebih baik. Ayesh mengangkat kedua bahunya dan melemparkan ponselnya ke ranjang.
Ayesh mengacak rambutnya dan merebahkan tubuhnya di ranjang dengan asal.
AAAGGGGGHHHHHHHH…..
Sial…sial…sial…
Ayesh menenggelamkan dirinya ke dalam bantal karena begitu tidak tahu apa yang harus dilakukan selain menuruti kemauan Ayahnya.
****
Dalam perjalanan pulang, Hyorin terus memikirkan apa yang telah Kakaknya ceritakan dan juga pesan yang Kakaknya sampaikan sambil memeluknya sebelum gadis itu pulang ke rumah utama, setelah sebelumnya memesankan taksi online untuk Adik kesayangannya itu.
Rin….kamu pulanglah, jaga Ayah dengan baik. Jangan kamu ikuti langkah Kakak. Kakak yang akan menjaga Perusahaan Ayah.
Hyorin begitu tak mengerti dengan kata-kata Kakaknya.
Apakah perusahaan Ayah akan direbut orang?
Setelah perjalanan kurang lebih Dua Puluh Tiga menit, Hyorin sampai di rumah utama.
Hyorin turun dari taksi yang mengantarkannya setelah sebelumnya membayar ongkos via aplikasi.
Hyorin memasuki rumah, terlihat Ayah dan Tante Mirna sedang menonton televisi sambil bercengkrama. Silvia tampak tidak ada bersama mereka di ruang keluarga.
“Orin…kamu sudah pulang Nak?” Sapa Tante Mirna begitu melihat Hyorin masuk.
“Iya Tante, maaf aku pulang terlambat karena ada urusan Ayah.”
“Tidak apa-apa Nak, ini belum terlalu malam. Silvia biasa pulang lebih larut dari kamu karena banyaknya pekerjaan di Kantor.” Sahut Tante Mirna.
Hyorin hanya tersenyum, dia kaget dengan apa yang Tante Mirna katakana barusan. Anak gadisnya dibiarkan pulang malam begitu saja.
Dia teringat Ibunya yang akan sangat marah ketika Hyorin dan Kakaknya pulang terlambat untuk makan malam. Sudah pasti mereka akan mendapatkan siraman rohani sampai selesai makan malam.
“Orin duduk sini sebentar Nak, Ayah ingin menyampaikan sesuatu kepadamu.” Perintah Ayahnya.
Hyorin patuh dengan perintah Ayahnya, kemudian dia duduk disamping Ayahnya.
“Besok kita akan menemui uncle Akbar, kamu masih mengingatnya kan Nak? sahabat Ayah sejak jaman kuliah dulu, waktu kamu kecil Ayah sering mengajakmu kesana.”
“Baik Ayah, jam berapa kita akan menemui beliau?”
“Jam Sepuluh pagi di Kantornya Nak.”
“Tapi Ayah kenapa kita harus menemui uncle Akbar di Kantor? kenapa kita tidak ke rumah beliau saja?”
“Kamu akan menjadi Dokter Pribadi anaknya.”
Sahut Tante Mirna yang sepertinya sudah tahu semuanya.
“Baik Tante, kalau begitu Orin pamit naik dulu mau bersih-bersih.”
“Iya Nak, nanti jangan lupa makan malam. Ayah dan Tante Mirna sudah makan tadi.”
Hyorin mengangguk dan merasa heran sejak kapan Ayahnya tidak menunggu semuanya ada di rumah untuk makan malam bersama?
Sepertinya Hyoshan benar jika Ayahnya memanglah telah banyak berubah sejak kedatangan wanita itu ke rumah ini, tapi Hyorin tidak akan bertanya sampai Ayahnya sendiri yang akan mengakui dan menceritakan tentang hubungannya dengan Tante Mirna. Biarlah sekarang begini dulu.
Hyorin masuk ke kamarnya dan begegas mandi karena sudah tidak tahan dengan tubuhnya yang lengket.
Setelah sekitar Lima Belas menit Hyorin keluar dari kamar mandi dan mengenakan piyama tidurnya. Tidak lupa dia menunaikan kewajibannya untuk Sholat Isya yang sudah ketinggalan jauh sebelum membaringkan tubuhnya ke ranjang.
Hyorin sudah tidak merasa lapar dan memang sudah cukup terlambat juga untuk makan malam.
Hyorin teringat kembali kejadian pada waktu berada di Apartemen Kakaknya.
Awas saja kau orang aneh, akan aku balas nanti kalau kita bertemu lagi. Dasar Laki-laki gila, tidak waras.
Hyorin bergidik ngeri membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya jika Laki-laki itu berbuat jahat padanya tadi, tidak akan ada yang bisa menolongnya tentu saja. Untunglah Lelaki itu hanya mengintimidasinya tanpa melakukan kekerasaan fisik atau yang lebih fatal dari pada hal itu.
“Aku merasa apa yang dilakukan Laki-laki itu karena dendam kepadaku, tapi apa yang sudah aku lakukan sampai aku punya musuh? Bukankah aku baru sampai beberapa hari yang lalu?”
“Ah…tunggu…tunggu aku pernah menabrak seseorang di Bandara! Iya itu dia.”
Hyorin merasa apa yang dia lakukan itu bukanlah faktor yang disengaja tapi semata hanya ketidaksengajaan belaka, tapi mengapa reaksi Laki-laki itu sangat berlebihan?
Sebelum Hyorin memejamkan matanya, tiba-tiba ada pesan masuk ke ponselnya dari nomor yang tidak iya kenal.
Thing….
Indra
Selamat malam Hyorin, selamat beristirahat ya. Sampai jumpa besok di rumah sakit. Indra ☺️☺️
Hyorin melompat tak percaya membaca pesan yang masuk, Hyorin berjingkrak-jingkrak kesana kemari seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia baca.
Kak Indra, iya Kak Indra menghubungiku.
“Hai kau, sedang apa kau berjingkrak-jingkrak tak jelas seperti orang yang sudah tidak waras. Tiba-tiba Silvia muncul di ambang pintu tanpa permisi atau lebih tepatnya ketukan pintu dari Silvia tidak di dengar oleh Hyorin.
“Emmmm…aku….” Jawab Hyorin bingung sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Kamu itu berisik sekali, kamu itu tidak tahu ya ada orang di sebelah kamar kamu tahu. Apa kamu anggap rumah ini hutan hingga kamu berbuat berisik seenaknya, haaahhhhh!!!” Silvia tampak marah sekali, mukanya merah padam.
Silvia memang baru pulang ke rumah, alasannya dari Kantor tapi sesungguhnya entahlah karena dia asyik bermain-main di Mall dengan teman-temannya karena selepas makan siang dia tidak kembali lagi ke Kantor.
Menghambur-hamburkan uang Ayah Hyorin dengan mentraktir teman-temannya belanja dan makan-makan di Restoran ataupun nongkrong di Cafe.
“Maafkan aku Silvia, aku pikir kamu belum pulang.”
“Maaf katamu hahhhh!!!! Suara kamu itu membuat telingaku hampir pecah saja.” Silvia berkata sambil membanting pintu kamar Hyorin dan masuk ke kamarnya.
Hyorin merasa hidupnya hari ini sangat kacau, dari mulai bertemu dengan Laki-laki gila.
Dirumah Ayahnya dia harus diperlakukan cukup kasar oleh orang yang baru beberapa hari ini dikenalnya.
Tuhan…kenapa kau tak sebegitu adil terhadapku, tidak puaskah kau telah merenggut kebahagianku dengan mengambil Ibuku???
Hyorin merasa malam ini hatinya seolah dilambungkan setinggi langit, kemudian dilemparkan begitu dalam. Sakit yang ia rasakan di sudut hatinya…Hyorinpun menangis hingga akhirnya dia terlelap ke dalam mimpi yang mungkin dapat mempertemukan dia dengan Ibunya.
Hai Kak....jangan lupa like, komen dan vote ya.
Biar Author semangat terus up nya.
Ditunggu ya Kak like, komen dan vote nya. 🥰🥰🥰🥰
Happy reading Kak.... 🔥🔥🔥🔥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Nanda Jihan K
lnjut
2021-11-07
0