Puas berkeliling rumah sakit, memperkenalkan diri dan menyapa semua Karyawan rumah sakit yang sedang berjaga hari itu, Hyorin memutuskan untuk pulang karena sudah hampir petang. Sebelum masuk ke Mobil, Hyorin menghubungi Kakaknya.
Panggilan pertama, kedua tidak ada jawaban dari si Pemilik ponsel. Barulah pada panggilan ketiga Hyoshan mengangkat telfonnya. Saat ini Hyorin sudah memasuki Mobil yang dikemudikan oleh Pak Udin untuk pulang.
“Hallo kak, apakah Kakak sudah pulang?”
“Aku sudah pulang sayang, tapi bukan di rumah utama.”
“Maksud Kakak?” Tanya Hyorin bingung.
“Akan Kakak share lokasinya, kalau kamu mau menemui Kakak datanglah ke lokasi yang Kakak maksud.”
“Ok Kakak…tapi Kakak hutang penjelasan kapadaku.”
“Baik…baik akan aku jawab semua pertanyaan yang kau ajukan.”
Sambungan telfon pun terputus, Hyorin memerintahkan Pak Udin untuk mengantarnya ke tempat yang ia tuju. Hyorin mampir ke sebuah Mini Market untuk membeli beberapa cemilan dan minuman untuk dibawa menemui Kakaknya.
Hyorin sampai di sebuah gedung Apartemen yang menjulang tinggi, kakaknya bilang dia ada di lantai Delapan nomor 104.
Hyorin bergegas naik dengan memakai lift setelah sebelumnya memerintahkan Pak Udin untuk pulang duluan, karena dia tidak mau Pak Udin menunggunya hingga larut malam dan meyakinkan Pak Udin bahwa dia akan pulang bersama Kakaknya.
Pak Udin percaya akan hal itu, sebab Pak Udin pernah mengantar Tuannya ke Apartemen tersebut untuk menemui Hyoshan. Pak Udin pun beralu pergi meninggalkan Hyorin yang naik ke atas.
Pintu lift pun terbuka, Hyorin masuk ke dalam tanpa rasa ragu bersamaan dengan seseorang yang tidak ia kenal. Hawa dingin dari sepasang mata elang itu mulai terasa membuat nyali Hyorin menciut.
“Kau gadis tengik itu!!!!” Ayesh tampak emosi.
“Anda siapa Tuan? apakah kita saling kenal?" Jawab Hyorin setenang mungkin meskipun sebenarnya dia sudah sangat takut melihat tatapan Serigala yang Laki-laki itu pancarkan.
Tatapan itu seolah-olah siap menerkam apa saja yang ada dihadapannya.
“Kau tidak ingat aku sama sekali gadis tengik, haahhhh!!!!”
“Apakah Anda sepenting itu hingga aku harus mengingat Anda Tuan?” Jawab Hyorin tak kalah sengit.
Merasa kesal dengan jawaban gadis itu, Ayesh tiba-tiba membopong tubuh Hyorin.
“Tuan apa yang Anda lakukan? Tolong lepaskan aku kalau tidak aku akan teriak.” Rengek Hyorin sambil memukul-mukul dada bidang Ayesh yang tentu pukulan itu tak berarti apa-apa bagi Ayesh.
“Teriak saja sampai suaramu habis, tidak akan ada yang mendengarmu gadis tengik.”
“Tolong Tuan lepaskan aku, Kakakku sedang menungguku. Dia pasti akan sangat khawatir, akan aku lakukan apapun untuk menebus kesalahanku Tuan, asalkan aku bisa melakukannya. Tolong turunkan aku.” Mohon Hyorin yang terlihat mulai terisak.
Ayesh diam saja tidak menanggapi ucapan gadis itu, dia ingin memberikan pelajaran kepada gadis yang telah merusak harinya waktu itu. Masih dalam gendongan Ayesh, mereka masuk ke dalam Apartemen yang Ayesh tinggali, Ayesh merasakan aroma vanilla yang familiar memasuki rongga hidungnya.
Ayesh menurunkan gadis yang sedang terisak itu di sofa, tampak liontin emas putih yang gadis itu kenakan bertuliskan huruf "A", persis seperti liontin yang ia tinggalkan di Apartemen gadis yang menolongnya di Jerman.
Ayesh tampak sedikit ragu untuk memberikan hukuman kepada gadis itu, dia khawatir gadis itu adalah gadis yang ia cari selama ini. Namun, kenapa begitu berbeda, pikirnya.
“Sekarang cepat katakan siapa nama kamu dan kenapa kita bisa bertemu lagi, ada urusan apa kau di Apartemen ini hahhhh!!!” Ayesh bertanya dengan nada yang sudah naik satu oktaf.
“Selama ini aku tidak pernah melihat gadis sepertimu di sekitaran Apartemen ini, apa kamu….???” Ucapan Ayesh terhenti, pikiran Ayesh traveling sangat jauh.
“Nama saya Orin, saya datang kesini karena Kakak saya juga tinggal disini. Saya tidak pernah bermaksud jahat ataupun yang lainnya kepada penghuni Apartemen ini. Kalaupun kita saat ini bertemu lagi, bahkan saya tidak pernah ingat kapan kita pernah bertemu untuk yang pertama dan kenapa Anda begitu marah. Saya tidak tahu apa yang sudah saya perbuat kepada Anda sehingga Anda sangat marah kepada saya. Mengenai hal yang mungkin pernah saya perbuat terhadap Anda, saya mohon maaf dan izinkanlah saya untuk keluar dari sini karena Kakak saya pasti sudah sangat khawatir.” Jelas Hyorin panjang lebar, seolah tidak mau dijeda.
“Kamu pikir dengan meminta maaf ini akan bisa selesai O…” Ayesh tampak berpikir mengingat nama gadis dihadapannya itu.
“Orin Tuan.” Sambung Hyorin.
“Ah…ya Orin.” Ayesh tersenyum d
Devil sambil mendekat kepada Hyorin.
Hanya berjarak beberapa senti saja bibir mereka mungkin bisa saja tertaut, netra keduanya sejurus bertemu. Hyorin memundurkan kepalanya. Merasa takut dan risih dengan kelakuan Pria yang ada dihadapannya, yang bisa saja akan berbuat jahat kepada dirinya.
Aroma vanilla masuk kembali ke dalam rongga hidung Ayesh. Dia merasa nyaman sekali dengan aroma itu. Ayeshpun memundurkan kepalanya dari hadapan gadis itu. Dia merasa kelakuannya malam ini sungguh keterlaluan, sebagai seorang Ahli Hukum dia paham betul perbuatan mengintimidasi seseorang merupakan sesuatu hal yang salah dan dapat berakibat vatal.
“Baiklah Nona Orin, kali ini aku akan melepaskanmu tapi lain kali jika kita bertemu lagi aku tidak akan pernah melepaskanmu sebelum aku bisa membuat perhitungan denganmu. Hahahaahaaaa….” Ayesh tertawa puas, menatap gadis yang sudah ketakutan dihadapannya.
“Hei Nona satu lagi, saat nanti kita bertemu lagi maka kau tidak akan pernah dapat lari dariku.”
“Akan aku pastikan kita tidak akan pernah bertemu lagi Tuan.”
“Oh begitu, lihat saja nanti Nona Orin!”
“Cepat bukakan aku pintu, aku mau keluar sekarang juga!"
“Baiklah…sampai jumpa Nona. Ingat kau tidak akan pernah lepas dariku!"
Dengan kesal Hyorin bergegas keluar dan membanting pintu Apartemen Ayesh.
“Gadis yang lucu, akan aku pastikan kau tidak akan pernah bisa lari dariku.” Gumam Ayesh dengan senyum devilnya.
Hyorin sangat kesal dengan kelakuan Pria itu.
Dasar Pria tidak waras, tidak berperasaan.
Hyorin menghembuskan nafasnya kasar.
Hufffffffftttttttt.....
“Dasar pria gila, tidak waras aku do'akan jadi bujang tua.” Hyorin terus saja mengumpat kesal sambil mencari nomor 104.
Hyorin baru teringat dia menjatuhkan barang belanjaannya di depan lift. Hyorinpun menuju lift dan mencari barang yang ia maksud namun tak menemukannya.
Hyorin tidak mempermasalahkan hal itu, dia pikir mungkin sudah dipungut orang atau mungkin sudah dibuang orang ke tempat sampah. Hyorin fokus mencari tempat tinggal Kakaknya, dia merasa lega menemukan apa yang ia cari dan bergegas memencet bel.
****
Dua Puluh menit yang lalu….
Hyoshan merasa perlu mengecek keberadaan Adiknya yang tak kunjung sampai ke Apartemennya. Padahal dia sudah menelfon dan mengatakan sudah ada di bawah dan hendak naik.
Hyoshan merasa khawatir Adiknya tersesat karena baru pertama kali ini ke Apartemennya.
Hyoshan tidak percaya Adiknya itu tersesat karena dia yakin Adiknya sudah terbiasa tinggal di Apartemen. Hyoshan memutuskan menelfon Pak Udin karena yang mengantar Adiknya dari pagi adalah pak Udin, setelah berkali-kali mencoba menghubungi Hyorin tak kunjung mendapatkan jawaban, ponsel Hyorin aktif tapi tak ada jawaban sama sekali, pesannya pun tak dibuka sama sekali.
“Hallo Pak Udin, apakah Hyorin bersama Pak Udin?” Tanya Hyoshan sedikit panik.
“Hallo Den, Nona Orin tadi sudah saya antar ke Apartemen Aden dan menyuruh Bapak pulang Den.” Jawab Pak Udin dari seberang sana.
“Oh iya Pak Udin, terimakasih.” Hyoshan kemudian mematikan sambungan telfonnya tanpa menunggu jawaban selanjutnya dari Pak Udin.
Merasa ada yang tidak beres, Hyoshan memutuskan untuk keluar mencari Adiknya. Takut kalau Adiknya ternyata terjebak di lift yang mungkin bisa saja tiba-tiba bermasalah.
Hyoshan menuju lift, dia melihat beberapa orang tampak menaiki lift itu artinya liftnya tidak rusak. Lalu kemana Adiknya? apakah dia naik melewati tangga? Tapi tidak mungkin Hyorin mau bersusah payah kalau ada yang lebih mudah.
Hyoshan tahu betul watak Adiknya yang suka dengan hal-hal yang dianggap lebih mudah. Tiba-tiba Hyoshan melihat Dua kantong plastik berisi makanan dan minuman, Hyoshan mendekati plastik itu dan membukanya.
“Tidak salah lagi, ini pasti Orin yang membawa kesini dan meninggalkannya.” Gumam Hyoshan dengan rasa yang berkecamuk tak menentu.
Hyoshan hafal sekali apa yang Adik dan dirinya sukai, Hyorin pasti akan membawa sesuatu yang ia sukai saat berkunjung. Tapi sekarang pertanyaannya dimana dia? kenapa barangnya ditinggalkan disini dan tampak tadi sudah ada dipojokan, mungkin seseorang telah memindahkannya agar tidak menghalangi jalan.
Merasa buntu dengan pikirannya sendiri, Hyoshan membawa kantong plastik itu masuk ke dalam Apartemennya, berharap Adiknya baik-baik saja dan mungkin sedang mampir ke suatu tempat di sekitaran Apartemen.
Setelah Dua Puluh menit berlalu, terdengar suara bel rumah dipencet. Hyoshan bergegas membuka pintu itu dan melihat siapa yang ada disana, seketika Hyoshan merasa lega melihat senyum yang mengembang di ambang pintu.
Kakak-kakak reader terus dukung author mengembangkan karya ya....
Jangan lupa like, komen dan vote ya kak...🔥🔥🔥🔥
Terimakasih kakak-kakak reader yang baik hati 💗💗💗💗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Nanda Jihan K
up lg
2021-11-07
0