Laki-laki yang tadi bertabrakan dengan Hyorin terus saja mengumpat kesal, dia bernama Ayesha Reynaldo Akbar, dia seorang Pengacara ternama di Negeri ini.
Kemampuannya memenangkan setiap kasus hukum yang ditanganinya tidak diragukan lagi.
Dia merupakan lulusan Hukum terbaik di Luar Negeri dan kini ia bekerja di Firma Hukum milik Ayahnya. Ayah Ayesh juga merupakan Pengacara kondang yang sudah terkenal jujur, ramah dan baik hati kepada siapapun.
Orang-orang yang pernah menjadi klien Ayah Ayesh tidak hanya dari kalangan atas saja, namun orang-orang kecil yang membutuhkan bantuan Hukum pun ia bantu secara sukarela dan tanpa meminta imbalan apapun. Jiwa sosialnya sangat tinggi dan jiwa kemanusiannya juga sangat tinggi.
Dia juga tegas dan sangat arif bijaksana dalam menangani setiap kasus yang ditanganinya.
Beliau berharap besar kepada putra satu-satunya di keluarga Akbar, agar dapat menjadi Pengacara yang baik dan tidak melihat orang dari kasta yang disandangnya.
Kedua orang tua Ayesh, Tuan Akbar maupun Nyonya Akbar mendidik Ayesh dengan baik sejak kecil, dari mulai kasih sayang terbaik, pendidikan terbaik hingga kini ia dapat mewarisi keahlian Ayahnya.
Kasih sayang Ibunya, membuat Ayesh sebenarnya memiliki hati yang lembut meskipun dia sangat tegas, perfeksionis terhadap penampilannya sendiri dan disiplin terhadap waktu. Itulah yang membuat dirinya sangat kesal hari ini, bertemu dengan gadis urakan menurut Ayesh.
“Gara-gara gadis itu, lihat penampilanku saat ini.” Ayesh mengacak rambutnya dengan kasar karena merasa frustasi dengan kondisi bajunya yang tersiram kopi yang dibawanya masuk ke Bandara tadi pagi, sebab terburu-buru waktu sehingga Ayesh memilih sarapan di mobil sembari berangkat ke Bandara, hanya saja dia masih menenteng kopinya dalam cup yang belum dihabiskan sepanjang perjalanan.
“Yesh kamu bisa mengganti baju dulu di toilet, ini sudah aku bawakan bajunya Yesh.” Ucap Doni asisten pribadi sekaligus sahabat Ayesh.
Ayesh tampak melirik jam tangannya ragu sebab dia harus segera naik Pesawat.
Masih ada waktu sepuluh menit sebelum Tack Off tapi apakah waktunya cukup untuk berganti baju terlebih dahulu? Pikirnya dalam hati.
Baru saja Ayesh hendak mengambil baju yang ada di tangan Doni asistennya, terdengar pengumuman dari pengeras suara yang ada di Bandara memberitahukan bahwa semua penumpang untuk segera memasuki Pesawat.
Ayesh merasa semakin frustasi.
“Yesh kamu pakai saja ini untuk menutupi noda di baju kamu, sampai di tujuan kita lekas ganti baju.” Ucap Doni sambil menyodorkan jaket berwarna biru muda.
“Ini milik siapa Don, aku tidak merasa membawa barang ini?” Tanya Ayesh penuh selidik.
“Ini milik gadis itu sepertinya Yesh, tadi tanpa sengaja terjatuh di atas koper yang kamu bawa. Aku baru menyadarinya tadi.”
“Apa!!! Milik gadis tengik itu?” Ayesh tampak mengepalkan tangannya karena sangat marah terhadap gadis yang mengacaukan harinya itu.
“Pakai saja Yesh dari pada kamu terlihat begitu kotor." Doni terus saja membujuk Ayesh.
Akhirnya setelah perdebatan yang alot dan cukup panjang Ayesh mau memakai jaket itu dengan terpaksa.
Ayesh memasuki Pesawat yang akan membawanya ke Surabaya karena ada kasus penting yang harus diselesaikannya.
Ayesh merasa risih memakai jaket itu, warnanya sungguh tidak sesuai dengan selera berpakainnya. Selain itu, jaket itu cukup kecil untuk dikenakan hanya pas di tubuh Ayesh bahkan bisa dikatakan cukup sesak apabila dipakai secara normal dan bukan dalam kondisi darurat.
“Awas saja kau, kalau bertemu lagi akan ku buat perhitungan denganmu!" Gerutu Ayesh terus menerus.
Doni yang melihat kejadian itu hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala karena baru kali ini, melihat anak dari Tuan Akbar yang sekarang menjadi bosnya bisa uring-uringan karena ulah seorang gadis.
Ayesh terlihat anteng setelah beberapa saat dan dia mulai memejamkan matanya perlahan.
Bau harum dari jaket itu menyeruak memasuki hidungnya, membuat hatinya tenang dan rileks.
Aroma vanilla yang mendominasi hidung Ayesh saat ini mengingatkannya pada sosok gadis yang pernah menolongnya dua tahun yang lalu, yang bahkan namanya saja Ayesh tidak tahu. Namun, hatinya sungguh sudah merasa terpaut dengan gadis berhati malaikat itu.
Ayesh pun tersenyum sendiri mengingat hal itu, gadis yang membuat hari-harinya gelisah sepanjang waktu tidak pernah diketahui lagi keberadaannya.
Terakhir satu tahun yang lalu saat Ayesh kembali ke Jerman karena ada sebuah urusan Hukum yang harus ia tangani, ia kembali ke Apartemen itu untuk mengucapkan terimakasih tapi rupanya gadis itu telah pindah tempat tinggal.
Ayesh menanyakan kepada Pengelola, namun menurut keterangan dari Pengelola gadis itu pindah agar bisa tinggal lebih nyaman mengingat kawasan itu cukup rawan kalau malam hari dan juga jarak tempuh ke rumah sakit tempatnya praktik untuk mengambil kuliah profesi yang cukup jauh.
Mengingat gadis itu sudah harus mengikuti coasisten yang terkadang harus pulang larut malam, karena jadwal yang tidak menentu.
Ayesh dibuat semakin gila kalau harus mengingat hal itu. Di titik ini Ayesh merasa bahagia, paling tidak dia tahu bahwa gadis itu adalah seorang calon Dokter yang mungkin saat ini sudah kembali ke tanah air setelah menyelesaikan study.
Ayesh bertekad akan mencari informasi terkait gadis itu agar mereka dapat berjumpa kembali.
Perlahan-lahan Ayesh nampak terlelap di dalam Pesawat yang ditumpanginya.
****
Di tempat lain, gadis yang membuat perjalanan Ayesh ke Surabaya hari ini menjadi kacau malah sedang bercengkrama ria bersama sahabatnya di dalam mobil Ayahnya.
Gadis itu terus saja berceloteh menceritakan kepada sahabatnya apa yang terjadi saat dia baru tiba di Bandara. Namun, di sela-sela Hyorin dan Ayahnya menggoda temannya yang tersipu malu akibat ulah mereka berdua, Hyorin baru teringat ada sesuatu yang sepertinya hilang.
“Ayah tadi saat memelukku, Apakah ayah melihat aku membawa jaket berwarna biru muda Ayah?” Tanya Hyorin cemas, berharap Ayahnya menjawab dengan jawaban yang melegakkan untuk dirinya.
“Tidak nak, Ayah tidak melihatmu membawa ataupun memakai jaket.”
“Aku lupa menaruhnya Ayah.” Hyorin hampir menangis di buatnya.
“Sudahlah nak, kalau jaketmu hilang nanti kamu bisa membelinya lagi.”
“Iya Ayah.” Jawab Hyorin singkat.
Dalam hatinya dia merasa Ayahnya agak berbeda, padahal dia tahu kalau jaket itu adalah jaket kesayangannya, jaket pemberian mendiang Ibunya. Tetapi, kini entah kemana jaket itu, Hyorin memutuskan untuk mencarinya nanti. Siapa tahu dia lupa menaruh jaketnya itu di koper.
Mobilpun terus melaju membelah jalanan yang padat, hingga akhirnya mereka tiba di pelataran rumah mewah milik keluarga Mahardika setelah menempuh perjalanan hampir satu jam. Sebelumnya mereka memutuskan untuk mengantarkan Nita sahabat Hyorin terlebih dahulu yang tadi menjemput di Bandara.
Khawatir Nita akan terlambat sampai di rumah dan dimarahi oleh kedua orang tuanya.
Meskipun Tuan Mahardika paham betul kalau orang tua Nita yang merupakan sahabat baiknya tidak akan memarahi Nita karena menjemput Hyorin, hanya saja Tuan Mahardika merasa tidak enak sudah terlalu sering merepotkan Nita.
“Sampai jumpa ya Nit, besok kita bisa main bersama.”
“Siap princess, aku akan menghubungimu besok."
“Daaaah….” Ucap Hyorin sambil melambaikan tangannya.
“Terimakasih Nita, Om pamit dulu ya. Salam buat Papa sama Maman kamu ya.”
“Iya Om, hati-hati di jalan.” Nita melambaikan tangannya sebagai salam perpisahan kepada Hyorin.
Nita menyalami tangan Om Mahardika dengan takzim dan mencium punggung tangan orang tua sahabatnya itu.
Om Mahardika memasuki mobil kembali dan mobil pun melaju pergi dari kediaman keluarga Nita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Ray Siddiq
apakah Ayahnya menikah lagi?
2025-01-27
0
Elizabeth Zulfa
cukup menarik
2022-04-13
0
Siti Khomariah
episit 25 episode 25
2021-12-07
1