Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa delapan tahun sudah Dian berbagi cinta suaminya dengan wanita lain. Sakit, tangis dan kecewa sudah menjadi makan sehari-hari Dian dan dia sudah terbiasa akan hal itu, saking terlatih nya dengan keadaan membuat Dian Hanya bisa tersenyum dan tidak peduli dengan ocehan pedas serta Toxic yang terus datang dari sang Mertua.
Apa yang tidak dialami Dian selama tiga belas tahun pernikahannya. Tangis, tawa, kecewa, depresi dan lelah semuanya dia rasakan. Bahkan di saat jam tidurnya tidak beraturan dan mood berantakan bibirnya tetap di paksa tersenyum lebar. Sungguh dewasa itu sangat menyakitkan tetapi harus tetap Dian jalanin dan hal hebat lainnya yang di lakukan Dian adalah, melanjutkan hidup di saat dia ingin mati.
Denting jam yang berbunyi dari dinding kamar Dian menyadarkan Dian dari tidurnya. Entah kenapa malam itu tidak seperti biasanya untuk Dian! Dia yang mulai terbiasanya pulang kerja langsung terlelap sampai pagi, tiba tiba terbangun di jam 12 malam.
Dian beranjak dari ranjangnya, ia melangkah kearah balkon kamar dan berdiri di sana dengan bersandar pada pagar pembatas sambil menikmati dinginnya angin malam. Cukup lama Dian berada di posisi itu sampai. Dering panjang dari ponselnya memanggil nya untuk melangkah kembali ke dalam kamar.
" Hallo Ma." Ucap Dian. Tentunya setelah menerima panggilan dari mamanya.
" Hallo Di, Kamu bisa datang ke rumah sekarang?" Sahut sang mama dari seberang sana. " Adik mu membawa pulang cucu untuk mama." Sahut sang mama lagi.
" Cucu ma? Lisa maksud mama! emang Lisa ada di situ Ma?"
" Bukan Lisa sayang, sebaiknya kamu segera kesini dan lihatlah sendiri. " Dian menatap Jam dinding kamarnya. Waktu telat menunjukkan pukul 2 lewat. Ternyata lebih dari dua jam dia berada di luar.
" Besok pagi aja ya ma! Udah larut banget ini ma! Nanti pagi hari Dian langsung ke situ ya ma." Pinta Dian. Mamanya pun hanya menuruti.
" Iya sayang, mama tunggu ya. " Dian mengiyakan ucapan mamanya sebelum Panggil itu berakhir dan Diam memilih kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Setelah berbicara dengan mamanya di telpon tadi, Dian tidak bisa memejamkan matanya kembali. Rasa penasarannya akan anak yang di bawah adiknya membuat Dian gelisah sendiri.
...\=\=\=\=\=\=\=...
Waktu pun berlalu tanpa terasa, kini sudah jam empat pagi, Dian langsung bergegas ke kamar mandi dan melakukan ritual paginya. Setelah di rasa penampilannya cukup layak untuk keluar rumah, wanita itu langsung mengambil tas dan kunci mobilnya lalu melangkah keluar kamar.
Saat melewati ruang tamu, ruang itu nampak masih sepi hanya beberapa Asisten rumah tangga yang terlihat mulai mengerjakan pekerjaan mereka.
" Pak Buka pintunya." Teriak Dian kepada Security yang tengah berjaga di pos.
Lelaki paruh bayah yang sudah lama bekerja untuk Dian dan Andara itu menurut kemudian membuka pintu pagar kepada majikannya.
Sementara Dian sendiri berjalan ke arah garasi, Setibanya di sana dia langsung masuk kedalam mobilnya dan mulai menjalankan mobil itu keluar dari Area garasi. Begitu melewati pos Security, Dian menghentikan laju mobilnya dan menyapa security yang bernama Idin itu sekaligus mengucapkan terima kasih.
Begitulah Dian, walaupun semua pekerja di rumah ini ia gaji, wanita itu tetap mengucapkan kata terima kasih atau maaf, saat membutuhkan bantuan mereka atau tidak sengaja menyakiti mereka secara lisan.
Setelah itu Dian langsung melajukan mobilnya menuju, Rumah orang tuanya. Karena jalan masih begitu sepi. Ia hanya membutuhkan waktu dua puluh menit untuk sampai di rumah orang tuanya.
" Ma! Mama Dimana." Teriak Dian begitu ia tiba di rumah orang tuanya. " Mama, mama Di dalam kan? Dian masuk ya." Ucapnya lagi, kali ini sambil mengetuk pintu kamar mama dan papanya.
" Masuk Aja Nak! Mama nggak kunci." Sahut mamanya dari dalam sana, Dian pung memutar Handel pintu itu dengan perlahan. Begitu! Pintu itu terbuka Dian langsung melangkah masuk kedalam kamar orang tuanya.
" Dia Siapa Ma?" Tanya Dian kepada kedua orang tuanya.
" Mama juga nggak tahu Di, Dion cuma titipin dia! Terus pergi begitu saja, tanpa menjelaskan apa- apa." Ucap wanita paruh baya itu.
" Ya sudah! Kita tunggu dia bangun terus kita tanya sama Dia bagaimana." Saran papanya. Di setujui oleh kedua wanita itu dan kedua orang tua mereka pun duduk Di sofa sambil menunggu Gadis kecil itu bangun. Sementara Dian beranjak ke dapur menyiapkan sarapan untuk kedua orang tua dan dirinya sendiri.
Selesai membuat sarapan dan menatanya di atas meja makan, Dian kembali ke kamar orang tuanya, bertepatan dengan Gadis kecil itu membuka kedua matanya.
" Mommy." Ucap Gadis kecil itu sambil mengucek kedua matanya, ia juga terlihat sesekali menguap.
" Hai, Sayang kamu sudah bangun." Tanya Dian sembari menghampiri Gadis kecil itu. " Siapa Nama kamu sayang?" Tanya Dian lagi. Wanita itu duduk di bibir ranjang, tepat di samping gadis kecil yang memiliki wajah hampir mirip dengannya.
" Aku Hani Aunty, Aunty siapa? Mommy sama Daddy mana?" Jawab Hani, seraya menanyakan keberadaan kedua orang tuanya.
" Nama Aunty Dian! Kamu namanya Hani ya." Hani mengangguk. " Nama mommy dan Daddy Hani siapa?" Tanya Dian.
" Mommy aku namanya Melly, kalau Daddy Dion. " Mendengar jawaban Hani Dian langsung memeluk dan mencium seluruh wajah Hani begitu juga dengan kedua orang tuanya. Pantas saja ia merasa memiliki ikatan dengan gadis kecil itu. Ternyata Hani adalah Anak dari Adiknya.
Saat Kedua orang tuanya memeluk dan mencium Hani, Dian mencari keberadaan ponselnya. Begitu menemukan benda pipi itu. Dian langsung mencari kontak Adiknya dengan tangannya bergetar Antara percaya dan terlalu bahagia. Dian menekan ikon berwarna hijau begitu menemukan kontak Adiknya. Di dering terakhir barulah Dion menjawab panggilan kakaknya.
" Hallo, kamu dimana?" Tanya Dian.
" Di Apartemen kak."
" Melly di situ kan! Ingat kalian berdua berhutang penjelasan kepada kakak, mama dan papa." Tegas Dian.
" Iya kak, kita akan kesitu dan menjelaskan semua." Dian mengangguk walaupun Dion di sana tidak dapat melihat anggukan kepadanya. Setelah itu Dian mengakhiri panggil mereka secara sepihak.
Begitu selesai telpon dengan Dion, Dian langsung menghampiri Hani lagi. Wanita itu mengurus Hani dengan begitu sayangnya . Mulai dari memandikan Hani, membantunya berpakaian sampai menyuapinya saat sarapan.
Mungkin karena dia begitu menginginkan hadirnya seorang anak! Dian sampai mengendong Hani kesana-kemari walaupun gadis kecil itu telah berusia lima tahun.
Dian tidak membutuhkan waktu lama untuk dekat dengan Hani, begitu pun sebaliknya. Walaupun sebelumnya Dian pernah dekat dengan Lisa dan anak-anak Luna, Tetapi Entah mengapa rasa sayangnya untuk Hani, melebihi rasa sayang untuk anak-anak yang sebelumnya dekat dengan Dian.
Kehadiran Hani itu bagaikan obat penenang untuk Dian. Celotehan, tawa serta rengekannya, seakan menghidupkan lagi hati serta perasaannya.
.......
.......
.......
.......
...Bersambung....
...Happy reading... 💔💔...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Betti Murniatiningsih
lanjut
2022-05-06
1
LANY SUSANA
hadehhh kuat bener sampe 8 thn msh mau di madu 🙄🙄🙄
2022-05-03
1
Rian Inggriana
Lanjut
2022-05-01
1