Terlalu banyak toxis dan tuntutan serta hinaan dari mertuanya, membuat Hati Dian seakan Mati untuk Andara, sikapnya pun perlahan berubah. Cuek, malas berdebat, pura-pura tidak tahu dan mengalah. Semua itu dian lakukan karena dia juga butuh ketenangan batin. Cuek bukan berarti Dian nggak peduli. Malas berdebat karena dia sudah berada di fase melelahkan tapi masih sulit untuk pergi. Bahkan dia pura-pura tidak tahu agar hatinya tidak semakin sakit dari yang dia rasakan dan dia mengalah pun, bukan berarti dia kalah tapi lebih kepada tidak mau memperburuk keadaan, sesimpel itu sekarang.
Bahkan saat berkumpul bersama teman-teman dan keluarga ataupun kerabat, Dian lah yang paling lepas tertawanya. Hal itu tentu saja di sadari Andara. Bahkan lelaki itu selalu bertanya dia kenapa, kenapa dan kenapa.
Sedangkan dian hanya menjawab dengan senyuman dan gelengan kepala. Ingin mengabaikan tapi ada rasa takut yang teramat sangat di hatinya. Sehingga Andara memutuskan untuk menemui istri pertamanya begitu Elana dan Alesya tertidur.
Setibanya Andara di depan pintu kamar Dian, lelaki itu dengan perlahan memutar hendel pintu. Dan syukurnya malam ini Dian tidak mengunci pintu kamarnya sehingga Andara dapat masuk tanpa harus membangunkan Dian.
Langkah Andara terhenti di samping ranjang, saat tidak menemukan keberadaan istrinya, Lelaki pun itu mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan mencari keberadaan sang istri, hingga suara tangisan mengalihkan perhatiannya dan membuat dia beranjak kearah balkon di mana suara itu berasal.
Dari belakang Andara dapat melihat Dian yang tengah berdiri sambil menatap gelapnya langit malam. Perlahan Andara mendekatinya, Sebisa mungkin lelaki itu tidak mengeluarkan suara, agar tidak mengagetkan Dian.
Tanpa Andara tahu, saat-saat seperti ini adalah saat-saat yang paling sulit untuk Dian, dimana wanita itu telah mencoba dan melakukan banyak hal tetapi belum di berikan kesempatan. Siang tadi dia kembali mengunjungi Dokter Obgyn sesuai jadwal yang telah di sepakati berharap ada secercah harapan untuknya, tapi hasilnya nihil dan berakhir membuatnya kembali menangis seperti ini.
Begitu besar keinginan Wanita itu akan hadirnya seorang anak dalam hidupnya! Tetapi tuhan sepertinya belum mau memberinya kepercayaan itu. Sederas apapun Dian meneteskan air matanya, sambil menadakan kedua tangannya.
" Ya Tuhan, kapan aku bisa merasakan, yang di rasakan Elana! Tuhan semua ini begitu sulit buat aku? Apa aku tidak pantas untuk menjadi seorang ibu." Gumamnya sambil menatap kearah langit dengan air mata yang terus menetes.
" Sabar ya sayang! Suatu hari nanti kamu pasti akan merasakan apa yang dirasakan El. " Ucap Andara Sembari memeluk tubuh Dian dari belakang.
" Apa yang kamu lakukan?" Tanya Dian, dia begitu terkejut saat mendengar suara Andara dan ada tangan yang melingkar di pinggangnya. Wanita itu mencoba melepas tautan tangan Andara." Lepas, Ngapain sih mas ada disini." Lanjutnya lagi sambil menghempaskan tangan Andara, wanita itu berbalik dan mendorong tubuh Andara sedikit menjauh darinya.
" Kamu kenapa sayang, Kok jadi aneh gini. " Keluh Andara, saat Dian bergerak semakin menjauhinya.
" Maaf aku Capek, sebaiknya kamu kembali ke kamar Elana! Bukankah malam ini giliran dia untuk bersama mu."
" Sayang aku tau tapi _"
" Kembalilah, ingat mas kamu harus adil kepada kita berdua dan aku tidak ingin kehadiran kamu di sini semakin memperburuk keadaan aku nanti. " Ucap Dian.
" Maafkan Aku yang tidak bisa menentukan sikapku dengan baik, aku mohon di, izinkan aku menemani kamu. " Pinta Andara, Lelaki itu mencoba mendekati Dian.
" Untuk apa? Jika kamu takut aku bakalan tersiksa sendiri! Kamu salah dan tidak perlu takut, karena aku lebih nyaman sendiri sekarang. " Sahut Dian.
" Apa maksud kamu sayang?" Tanya Andara.
" Aku nggak ada maksud apa-apa! Hanya saja aku sudah terbiasa. Terbiasa di sakit, terbiasa nggak di mengerti, terbiasa di hina dan terbiasa di buat menangis. Jadi aku harap suatu hari nanti kamu pun bisa terbiasa tanpa aku. " Jawab Dian. Wanita itu tersenyum kepada Andara bukan senyum paksaan seperti biasanya tapi senyum yang begitu tulus. Senyum yang menunjukkan bahwa dia mulai terbiasa dengan situasi yang ada, walaupun terkadang Dia masih sering menangis, sebagai bentuk ungkapan hatinya yang rapuh.
" Sayang, aku sayang banget sama kamu! tolong jangan bersikap seperti ini. Kita bisa usaha sama-sama lagi, aku yakin suatu saat nanti kamu pasti akan di berikan kepercayaan itu. Kita hanya perlu bersabar karena aku yakin semuanya akan baik-baik saja, semua akan kembali seperti dulu lagi walaupun ada elana di antara kita." Seketika itu, Dian langsung tertawa sambil bertepuk tangan.
" Kamu hanya bisa mengatakan sabar, sabar dan sabar tanpa tahu, rasa sakit dari kata sabar itu. Dan berhentilah mengatakan sabar dan semua akan baik-baik saja. Karena jika semuanya semudah yang kamu katakan. Maka kemari lah ganti posisi aku sejenak, agar kamu dapat merasakan bagaimana, jadi aku. " Balas Dian membuat Andara kehilangan kata-katanya.
" Sudahlah, kamu juga tidak akan mengerti! mungkin dengan sadar diri adalah jalan yang terbaik untuk kita berdua." lanjut Dian lagi, ia pun mulai beranjak dari tempatnya, melangkah masuk kedalam kamar dan berjalan kearah pintu di ikuti oleh Andara, Dian membuka pintu kamarnya. " Silahkan." Ucap Dian sembari mempersilahkan Andara untuk keluar dari kamarnya tanpa menatap wajah suaminya.
" Kamu usir aku." Tanya Andara.
" Jika kamu berpikir seperti itu, aku pun tidak akan menyangkalnya." Jawab Dian, wanita itu masih memalingkan wajahnya Dari Andara.
" Sayang_."
" Mas, tolong! Aku lelah, aku ingin istirahat." Pintanya membuat Andara tidak dapat menolak, Lelaki itu pun meninggalkan kamar istri pertamanya. Begitu Andara berada di luar. Dian langsung menutup rapat pintu kamar dan menguncinya.
Dia bersandar di balik pintu dengan tubuhnya yang perlahan-lahan melorot kebawah. " Kenapa semuanya jadi seperti ini mas! Bersama kamu aku sakit, tidak bersamamu aku rindu. Kenapa hubungan ini jadi semakin rumit dan menyakitkan untuk aku. Apa bisa semua kembali seperti dulu. Saat dimana aku bersamamu aku sangat bahagia dan saat aku jauh aku tidak perlu merasakan rindu dan cemburu sekaligus. Aku ingin pergi darimu tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa membuat keluargaku malu, aku tidak bisa mengalah untuk perasaanku dan aku belum bisa menerima kekalahanku. " Ucap Dian di ikuti suara tangisannya." Mama hati Di sakit mah, Di harus apa sekarang? " Tanyanya sambil membenamkan wajahnya di antara kedua lututnya.
Mungkin Dian dapat tersenyum dan bersikap baik-baik saja. Tetapi jauh dalam lubuk hatinya ia begitu rapuh. Dian berada di masa-masa terpuruknya. Ingin pergi tetapi masih ada rasa yang menahannya, ingin bercerita dan mengadu tetapi tidak tahu kepada siapa. Bukan karena dia tidak punya teman ataupun keluarga. Dia justru punya semua itu. Hanya saja dia terlalu takut, takut mereka tidak dapat mengerti. Dan kalau pun mereka bisa membantu, mereka hanya bisa memberikan dia masukkan yang baik. Tetapi semuanya kembali untuk Dian, karena dia yang menjalani itu semua.
.......
.......
.......
.......
...Bersambung....
...Happy reading.. 💔💔...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
evvylamora
malah ngabisin waktu ga guna sm suami model Andara, bukannya cari kebahagiaan sendiri...
2023-11-26
0
Sukliang
1 kata c e r a i
2023-06-15
0
angel
satu kata buat Dian ...bego gk ketulungan
2023-04-22
0