Setelah pertengkaran mereka waktu itu, Dian tidak pernah pulang kerumahnya lagi, hal itu membuat kedua orang tuanya mulai curiga dan bertanya-tanya, tetapi Dian hanya menjawab. " Aku sama mas Andara baik-baik aja kok, cuma Di lagi kangen aja sama papa mama! Lagian mas Andara juga udah izin Di untuk tinggal disini! Nanti kalau Di mau pulang, mas Andara bakalan jemput kesini kok." Tentu saja orang tuanya tidak langsung percaya begitu saja apalagi papanya.
Lelaki paruh baya itu bahkan memutuskan untuk menemui sang menantu di perusahaannya ke esok kan harinya." Selamat siang pa, Silahkan duduk. " Ucap Andara dengan begitu gugup. Saat sang sekretaris mengantar tuan Xavier papanya Dian ke ruangannya. " Papa kenapa nggak bilang mau datang biar Andara yang jemput papa di bawah."Sambungnya lagi, tetapi lelaki paru bayah itu tidak merespon ucapan Andara. Ia justru melangkah kearah sofa dan mendaratkan bokongnya di sana, dengan kedua kaki yang di silangkan.
" Papa ingin minum apa?" Tanya Andara lagi.
" Air putih." Andara mengangguk, kemudian meminta sekretarisnya untuk menyiapkan apa yang di minta Ayah mertuanya.
" Duduk lah ada yang ingin papa bicarakan sama kamu." Pinta Tuan Xavier kepada menantunya itu, begitu sekretaris menantunya, meninggalkan mereka berdua." Kalian berdua punya masalah apa? Sampai Dian tidak pernah pulang ke rumah kalian dan papa lihat kamu sepertinya tidak peduli dengan hal itu." Tanya Tuan Xavier tanpa basa-basi.
" Maaf Pa, Aku salah, Aku....." Andara mulai khawatir dan tidak tahu harus menjawab apa, Lelaki itu beranjak dari tempatnya dan berlutut di depan Ayah mertuanya." Maaf Pa aku sal_ " Ucapan Andara terhenti ketika lelaki paruh baya itu, tidak peduli dan berdiri meninggalkan Andara dalam keadaan berlutut.
Dengan penuh wibawa, tuan Xavier melangkah kearah meja Kerja Andara, mengambil bingkai foto putrinya yang di letakkan persis di belakang foto Alesya dan Elana. " Sembilan belas tahun, Aku menjaganya, memberikannya cinta dan segala yang dia butuhkan, dia tidak kekurangan apapun sejak kecil. Bahkan aku pun tidak pernah membiarkan kulitnya tergores sedikit pun dan air matanya tidak pernah aku biarkan menetes Andara." Ucap Tuan Xavier sambil menatap potret putrinya.
" Aku pun tidak pernah membawa putri ku ke pangkuan mu, tetapi kamu sendiri yang datang dan memohon kepadaku untuk memberikan harta yang paling berharga yang aku punya untuk kamu jaga saat itu. Kamu tahu! Dari awal kamu datang sampai detik ini, aku masih sanggup memenuhi kebutuhan putriku berkali-kali lipat dari yang kamu berikan kepadanya! Hanya saja aku kalah dengan kamu yang menggenggam erat hatinya." Lelaki paruh bayah itu kembali meletakkan bingkai foto, putrinya di tempat semula. Dan berbalik menatap Andara." Aku tahu saat ini kamu telah menyakiti, menzolimi dan bahkan duakan putriku. Sebagai seorang ayah yang mencintai putrinya aku dapat merasakan kegelisahan hati putriku. Untuk itu aku minta kepadamu, pulang kan dia dengan baik-baik sama halnya seperti kamu memintanya dulu, jika dia terlanjur sakit dan terluka biarkan aku mengobati luka anakku. Tolong jangan sakit dia lebih dari ini. " Papanya Dian menyatukan kedua tangannya memohon, kepada Andara." Selama ini aku tidak pernah bertindak bukan karena tidak tahu, tetapi aku tidak ingin menyakiti hati putriku. Kamu beruntung Andara, menyakitinya di saat Adiknya dalam keadaan seperti ini tapi jika dia sudah membaik bukan aku yang lagi bertindak tapi dia. Dan di saat itu terjadi mari kita bertaruh, kamu yang di pilihnya atau Dion."
" Aku yang salah PA, aku akan memperbaiki hubunganku dengan Dian, aku mohon PA! Jangan ambil Dian dari aku! Aku janji tidak akan mengulangnya lagi. " Andara semakin cemas, sebab dia tahu sebesar apa rasa sayang Dian untuk adiknya.
" Dulu kamu juga berjanji untuk menjaga dan tidak akan pernah menyakitinya tetapi kamu mengingkarinya. " Sindir lelaki paruh baya itu.
" Aku janji tidak akan mengulangnya lagi, aku juga akan memperbaiki semuanya pa! Beri aku satu kesempatan lagi, Aku Mohon PA, Aku masih sangat mencintai Dian pa."
Lelaki paruh baya itu terlihat berpikir sebelum mengangguk kan kepalanya. " Jemputlah dia, jika dia mau ikut dengan kamu, maka aku akan memberikan kesempatan itu untukmu, jika tidak! Maka kamu harus mengembalikan dia kepadaku." Andara mengangguk dengan cepat." Setelah pembicaraan itu usai lelaki paruh baya itu langsung meninggalkan perusahaan menantunya dan sore harinya, Andara datang ke rumah mertuanya untuk menjemput Dian! Awalnya sih Dian ingin menolak tetapi semua itu ia urungkan saat melihat tatapan khawatir kedua orang tuanya. Dengan berat hati hati Dian kembali ke rumah itu lagi.
...\=\=\=\=\=\=\=\=...
Waktu bergulir begitu cepat, Dian tidak menyangka ia bisa bertahan di posisi ini sampai detik ini. Dimana Elana kembali di percayakan untuk menjaga titipan tuhan lagi.
" Kamu kenapa sih masih mempertahankan dia, harusnya kamu cerai kan saja dia. Dia juga tidak bisa memberikan kamu anak." Sinis Tika, mertuanya. Bahkan wanita itu sudah sering dengan terang terang mengatakan hal itu kepada Andara. Seolah tidak ada bosannya ia menyindir dan meminta Andara untuk menceraikan Dian.
" Ma! Dian itu istri aku, sampai kapanpun aku tidak akan menceraikannya. Aku cinta sama Dian Ma! Tolong mengerti hal itu. " Sahut Andara. Semenjak di datangi mertuanya, Andara semakin takut kehilangan dia, sikapnya sedikit lebih baik walaupun Alesya tetap jadi prioritasnya, walaupun sikap mertuanya masih sama dan semakin hari semakin menyakitinya.
" Terus kamu anggap apa Elana! Hmmm mesin pencetak anak? Harusnya yang kamu utama kan itu, perasaan ibu dari anak-anak kamu bukan wanita yang tak berguna ini. " Tunjuk nya kepada Dian. Sementara Dian sendiri hanya bisa mengusap dada sembari tersenyum, entah kenapa senyumnya begitu murah. Bahkan di saat seperti ini pun dia masih bisa tersenyum.
" Bukan kah dari awal dia sudah tahu keberadaannya di rumah ini hanya untuk memberikan aku anak. Dia dan keluarganya bahkan tidak mempermasalah hal itu. Lalu kenapa mama terus bersikap seperti itu. Jangan salah paham dengan sikap aku kepadanya ma, semua itu karena Alesya tidak lebih." Sahut Andara bahkan dia tidak menghiraukan perasaan Elana yang saat ini tengah mengandung buat hati mereka.
" Kamu benar-benar tidak tahu terima kasih ya! Apa bagusnya sih wanita yang kamu bangga-banggakan itu. Dia cuma bisa buat malu keluarga kita, percuma kamu membawanya ke dokter sana sini dan menghambur-hamburkan uang untuk dia, kalau dasarnya mandul, mau sampai kamu jungkir balik pun dia tidak akan pernah memberikan kamu anak. " Ucap Nyonya Wartika tidak kalah menyakitkan dari ucapan Andara untuk Elana.
" Terserah mama mau ngomong apa, aku tidak peduli. Aku tetap akan mempertahankan Dian ma. " Sahut Andara sementara Dian tidak peduli. Wanita itu seakan mati rasa dan kehilangan hormat untuk mama mertuanya itu.
.......
.......
.......
.......
...Bersambung....
...Happy reading... 💔💔...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
evvylamora
koq ada perempuan se gobl*k Dian
2023-11-26
0
Katherina Ajawaila
Dian, mending minta cerai, cukup sudah brp thn kamu di hina terus.
2023-08-08
0
Sukliang
kecewa dg andara
benci dg mertua bau tanah ini
2023-06-15
0