Selesai makan Siang bersama, Ken mengajak Dian ke pantai sekedar jalan-jalan, Lelaki itu Berharap suasana pantai dapat mengembalikan mood Dian. Awalnya wanita itu menolak! Tetapi Ken dengan sabar meyakinkannya dan keduanya pun berakhir disini. Melangkah beriringan di bibir pantai, Dan membiarkan sisa-sisa ombak menyapu kaki mereka. Dengan kedua tangan mereka, membawa alas kaki masing-masing.
Dian menghentikan langkahnya dan menatap sendu laut luas yang ada di hadapannya. " Hai kamu." Teriak Ken. Membuat wanita itu berpaling sejenak kepadanya, sebelum kembali menatap ombak yang bergulung kearahnya dan pecah di bibir pantai. " Kalau kamu mau nangis, nangis aja! Pasti sakit banget kan menangis tanpa suara. Menangis dan berteriak lah, dengan begitu kamu dapat meringankan beban dalam hati kamu." Lanjutnya, sembari menatap. Wajah Dian yang mulai berurai air mata.
" Kak, salahkah! Jika aku iri dengan Ellana dan wanita lain di luar sana, mereka tuh beruntung banget, baru menikah langsung bisa hamil! mereka bahkan bisa mengelus dan merasakan janin dalam perut mereka. Dan begitu waktunya tiba mereka bisa bermain dan di panggil mama oleh buat hati mereka. Mereka bahkan tidak perlu repot-repot untuk ikut promil sana-sini! Mereka juga tidak perlu kesana-kemari, mengganti dokter, tempat alternatif maupun tukang urut. Dan aku yakin mereka tidak pernah merasakan kecewa saat apa yang mereka ingin tak kunjung mereka dapat atau hanya di berikan sesaat. " Ucap Dian membuat Ken ikut menitihkan air matanya, seinsecure itu seorang Diana yang Dia cintai, Andai Dia bisa atau di berikan kesempatan, Lelaki itu akan mengembalikan senyum dan tawa Dian yang membuat dia jatuh cinta kepadanya sampai detik ini.
" Andai Aku tahu kamu bakalan di perlakukan seperti ini? Aku pasti akan memperjuangkan kamu walaupun kamu menolak aku ."
" Kenapa ya kak? Hidup Aku tuh, tidak bisa seberuntung Ellana dan wanita-wanita lain. " Tanya Dian lagi, suaranya terdengar mulai serak. Dan hal itu membuat Ken semakin merasa bersalah.
" Mungkin benar hidup kamu tidak seberuntung Ellana atau wanita mana pun tetapi belum tentu Ellana atau wanita lainnya itu, bisa sekuat kamu." Jawab Ken lelaki itu mendekati Dian dan mengikis jarak Di antara mereka berdua. Ken hendak mengusap pipi Dian, tetapi wanita itu dengan cepat menepis tangan Ken dan membuat jarak di antara mereka." Di, aku tahu semua ini berat buat kamu! Keadaan membuat kamu capek sendiri. Tapi kamu harus kuat ya! kamu orang baik, aku tahu kok, kamu tidak ingin menunjukkan kesedihan kamu kepada orang-orang atau membebani mereka tapi kamu harus ingat Di. Kalau kamu juga harus baik ke diri kamu sendiri. Kamu harus mengingat perasaan kamu sendiri. Di, Kamu itu manusia, kamu butuh orang lain untuk mendengarkan keluhan kamu dan meredakan tangisanmu." Ucap Ken sambil terus menatap wajah Dian. Walaupun pun Dian tidak melihat ke arahnya.
" Bertahanlah jika kamu masih ingin bertahan dan pergilah jika kamu merasa sudah tidak sanggup atau benar-benar lelah dengan semuanya. Itu hak kamu, kamu tinggal pilih, ingin bahagia atau terus menangis dalam diam." Ken mundur beberapa langkah, memberikan kesempatan untuk Dian berpikir dan merenungkan kata-katanya.
" Kak Ken. " Panggil Dian. Wanita itu berjalan menghampiri Ken." Boleh peluk nggak? " Tanya Dian, tanpa pikir panjang, Ken langsung melebar kan kedua tangannya dan memeluk Dian.
" Semangat ya. Kamu pasti bisa melewati semua ini." Ucap Ken sambil mengusap punggung Dian.
" Terima kasih." Dian melepaskan dirinya dari dekapan Ken." Aku akan pulang sendiri, kak Ken tidak perlu mengantarku." Lanjutnya, setelah itu Dian berlari meninggalkan Ken, tanpa lelaki itu sempat untuk menahannya.
...\=\=\=\=\=\=\=\=...
Semakin bertambahnya umur Alesya semakin banyak cinta dan perhatian yang dia dapat! Wajar karena dia cucu pertama di keluarga ini, dia yang membawa nama keluarga Bagaskara nantinya. Apalagi Andara adalah anak satu satunya.
" Hebat ya kamu! Bisa hidup serumah dengan madu kamu dan melihat keharmonisan mereka." Ucap Ken. Hari ini Ken sengaja berkunjung ke rumah Andara untuk membicarakan pekerjaan, walaupun Dia tahu ini hari libur. Selain rekan bisnis, Lelaki itu juga teman Andara, dia tahu seperti apa, awal pertemuan mereka dan dia juga masih menaruh hati untuk Dian. Entahlah Dian yang kurang peka atau pura pura tidak tahu dengan kehadiran atau perasaannya.
Dan semenjak perpisahan mereka di pantai waktu itu, Ken tidak pernah bertemu lagi dengan Dian, bahkan wanita itu tidak pernah mengangkat teleponnya. Ia terus menghindari dengan membangun tembok di antara mereka.
" Terima kasih." Sahut Dian tanpa menatap kearah Ken. Seolah potret Andara yang tengah tertawa bersama Elana dan Alesya itu jauh lebih indah dari apapun. Walau pun dia tahu, hal itu semakin membuat luka di sudut hatinya melebar.
" Aku sedang tidak memuji! Tapi aku prihatin dengan keadaan kamu." Balas Ken.
" Sayangnya aku baik baik saja! Aku pun tidak membutuhkan simpati dari siapa pun, termasuk kamu! Permisi." Dian pun berbalik dan meninggalkan Ken.
" Di, Diana tunggu." Teriak Ken, membuat Andara yang sedang bermain dengan Anaknya, menatap ke arah sahabatnya itu.
" Ada apa Ken! Kenapa kamu memanggil istriku seperti itu. " Tanya Andara lelaki itu menghampiri sahabatnya. " Jangan lupa, aku mengajak kamu kesini, untuk membicarakan pekerjaan bukan untuk menganggu istriku." Lanjutnya sedikit menyindir.
" Maaf! Aku tadi tidak sengaja membuatnya marah tadi! Itu sebabnya aku memanggil dia untuk minta maaf." Jelas Ken. Sementara Andara hanya menanggapinya dengan Anggukan.
" Aku harap apa yang kamu katakan itu benar Ken! Karena aku tahu seperti apa perasaanmu untuk istri ku. " Ken langsung tertawa.
" Kamu tahu tapi kamu tidak bisa menjaganya! Jangan salahkan aku jika kesempatan itu menghampiri aku."
" Apa maksud kamu? Haaah. " Andara langsung tersulut emosi dan menarik kerak baju Ken.
" Kamu tahu. Jika ingin memulai sesuatu yang baru, terkadang kita harus mempertaruhkan apa yang kita punya saat ini. Sama seperti kamu, kamu mempertaruhkan hubungan kamu dengan Dian untuk mendapatkan Alesya. Apa yang kamu inginkan selama ini. Dan aku juga ingin menjadi pemenang, dengan mempertaruhkan persahabatan kita. Karena aku sadar sesuatu yang tidak di pertaruhkan tidak akan pernah aku menangkan." Jawab Ken. Lelaki itu tersenyum penuh Arti.
Dan satu bogeman mentah Andara persembahkan untuk sahabatnya itu." Brengsek! Dian itu istriku jangan pernah kamu mendekati ataupun menyentuhnya. " Andara kembali memukul Ken dengan bertubi-tubi. Bahkan teriakkan Elana tidak dapat menghentikan aksi brutal suaminya itu.
Dian yang berada di kamarnya langsung berlari keluar ketika mendengar kegaduhan mereka." Apa- apa ini, Mas Hentikan! Kamu bisa membunuhnya." Teriak Dian sembari menarik tubuh Andara yang berada di atas tubuh Ken.
Setelah itu Dian membantu Ken untuk berdiri. " Kak, kak Ken tidak apa-apa kan." Tanya Dian, wanita itu menyentuh luka lebam di wajah Ken, membuat Ken sedikit meringis.
Sementara Andara yang melihat hal itu, semakin tersulut emosinya. Dia menarik dengan kuat lengan Dian dan menghempaskan tubuh Dian di sofa. " Apa maksud kamu dengan menunjukkan perhatian kamu pada Ken di hadapan aku! Hmmm, oh aku tahu kamu pasti ingin membalas perasaan dia kan. Dasar murahan." Bentak Andara, membuat sekujur tubuh Dian merinding dan bergetar hebat, kedua matanya membuat dan mulutnya terbuka tetapi tidak dapat berkata-kata. Hanya air mata yang mampu menjelaskan apa yang Dian rasakan saat ini.
.......
.......
.......
.......
...Bersambung....
...Happy reading...💔💔...
...Maaf jika ada typo. 🙏🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
dasar laki2 mau menang sendiri.
2023-08-08
0
momy ervina
dasar suami g ada akhlah bukannya berbuat adil dan menebus kesalahan mlah marah2 g jlas dan menghina istri,dah dian tinggalin dan bercerailah
2023-01-30
0
Keumala Dewi
ya begitulah suami... menyakiti tetapi merasa yg paling disakiti..😠
2022-06-30
0