Selesai bekerja, Dian memutuskan untuk mengunjungi El di rumah sakit, sambil membawa satu set, keperluan bayi, yang dia beli di salah satu Mall yang ia lewati.
" Hai Di, Apa kabar?" Sapa Kevin. Saat Dian membuka pintu, ruang rawat Ellana. " Baru pulang?" Lanjutnya lagi. Kevin adalah sepupu Andara sekaligus asistennya.
" Iya Nih! Kabar aku baik. Kamu sendiri gimana." Dian balik bertanya.
" Sama seperti yang kamu lihat. " Jawab Kevin sambil melebar kan kedua tangannya.
" Syukurlah."
Setelah itu, Dian menghampiri Nyonya Wartika, yang sejak tadi menatap tidak suka kepadanya. Wanita itu mencium punggung tangan sang mertua." Ngapain kamu disini?" Tanya wanita paruh bayah itu. Walaupun suaranya pelan tetapi gaya penyampaiannya cukup menusuk.
" Aku mau jenguk in El ma!" Jawab Dian dengan sopan.
" Buat apa! Mending kamu pulang sana, kehadiran kamu, tidak di butuhkan saat ini. Yang ada El makin lemah lihat kamu." Ujar wanita paruh bayah itu, Sedikit mendorong tubuh Dian.
Sementara Andara tidak terusik sedikit pun dengan suara ibunya. Ia bahkan tidak menengok kearah Dian. Sebab lelaki itu lebih fokus pada objek yang berhasil mencuri perhatiannya, hingga kedatangan Dian pun tidak berarti apa-apa untuknya.
" Tunggu apa lagi, sana pulang." Usir wanita itu lagi.
" Baik bu, Dian pamit ya." Tidak ingin memperburuk keadaan. Dian pun meninggalkan ruang rawat Ellana. Setelah meletakkan satu set keperluan yang ia bawah di sofa, tepat di samping Kevin. Dian bahkan tidak menatap dua kali ke arah Andara. Dan langsung keluar ruangan itu.
" Di, Diana." Panggil Kevin. Lelaki itu berlari menyusul Dian. " Di, biar aku yang antar kamu pulang. " Tawar Kevin, begitu langkahnya sejajar dengan langkah Dian. Kevin bahkan bisa melihat jejak basah di pipi Dian.
" Nggak usah, aku bisa pulang sendiri kok. Lagian tadi aku kesini juga nyetir sendiri." Tolak Dian, wanita itu bersikap baik baik saja dan tersenyum kepada Kevin.
" Tapi Di_"
" Udah nggak usah khawatir, aku baik baik aja kok! Aku duluan ya." Tanpa menunggu jawaban Kevin. Dian pun meneruskan langkahnya.
Sedangkan lelaki itu hanya bisa menatap iba punggung Dian yang perlahan-lahan menjauh. Kevin sangat mengenal Dian dan seberapa baik wanita itu, hanya saja keadaan mengantar wanita sebaik itu pada posisi ini.
Di lain tempat Dian memilih untuk pulang ke rumah orang tuanya, setelah mengirim pesan kepada Andara.
...\=\=\=\=\=\=\=...
Satu minggu sudah Dian menginap Di rumah orang tuanya. Rumah itu terasa sepi, semenjak adiknya bercerai dengan istrinya. Bahkan Dion adiknya itu, mulai jarang pulang ke rumah dan lebih banyak menghabiskan waktu di apartemennya. Tapi syukurnya, ia masih mau menjalankan perusahaan dengan baik.
" Ma, PA! Di berangkat kerja dulu ya." Pamit Dian. Seraya mencium punggung tangan dan pipi kedua orang tuanya secara bergantian.
" Hati-hati ya sayang! Malam ini kamu pulang lagi kan." Tanya Mamanya Dian.
" Kayanya nggak deh ma! Soalnya mas Andara, minta Dian untuk pulang hari ini. " Jawab Dian seadanya.
"Oh yaa sudah, kamu hati hati ya." Lanjut mamanya Dian lagi, raut wajahnya terlihat kecewa.
" Di, titip salam papa buat, Suami dan mertua kamu."
" Iya PA, Dian pergi ya."
" Iya sayang. Hati-hati bawa mobilnya." Dian pun mengiyakan, sebelum meninggalkan kedua orang tuanya.
Tidak butuh waktu lama Akhirnya Dian sampai di butik nya. " Selamat pagi semua." Sapa Dian, kepada semua karyawannya.
" Pagi juga Mbak. " Jawab mereka dengan kompak. Setelah itu Dian melangkah menuju Ruangannya, yang berada di lantai dua. Di ikuti dua orang kepercayaannya.
Begitu Dian duduk di kursi kebesarannya. Kedua orang yang sejak tadi mengikuti Dian, mulai menjelaskan Perihal pesanan Gaun pernikahan dan beberapa contoh pakaian yang di pesan salah satu Mall ternama dengan keuntungan yang cukup fantastik untuk mereka.
Hasil jahitan dari gudang produksinya serta pemasukan, kekurangan bahan kain dan yang lainnya. Membuat Dian hari ini begitu sibuk dan sedikit melupakan masalah rumah tangganya.
Tepat jam tujuh malam barulah Dian dan karyawan-karyawannya meninggalkan butik. Dan seperti ucapannya pagi Tadi, Dian langsung pulang ke rumahnya.
Setibanya di rumah, Dian sudah di sambut suara tangisan bayi. Dari ruang tamu Dian bisa melihat Andara dan Ellana sedang membujuk anak mereka.
" Selamat malam. Dia kenapa nangis?" Tanya Dian seraya menghampiri mereka berdua.
" Nggak tahu nih, tiba-tiba aja rewel padahal kemarin-kemarin nggak gini." Jawab El. Dian pun hanya ber oh ria dan mengangguk kepalanya.
Bayi mungil yang baru beberapa hari dilahirkan Elana itu begitu cantik, hanya sekali melihat saja Dian sudah jatuh cinta dengan malaikat kecil itu.
" Cantik ya! Sama seperti kamu." Puji Dian dengan tulus." Kamu sudah memberinya nama? " tanya Dian lagi. Ia pun menghampiri Ellana sambil mengusap pipi bayi mungil itu. Hal itu sontak membuat anak Elana Diam.
" Sudah mbak! Namanya Alesya. " Jawab Elana. Sambil menatap wajah anaknya.
" Hai Alesya cantik, jangan nangis lagi ya! Nanti cantiknya berkurang." Dian masih mengusap pipi Alesya dengan punggung jari telunjuknya." Boleh aku gendong. " Pinta Dian penuh harap.
" Boleh dong mbak! Nih. " Elana pun menyerahkan bayi mungil itu ke tangan Dian." Anak aku dan mas Andara aja cantik ya mbak, aku yakin anak mbak dan mas Andara juga akan lebih cantik dari dia. " Lanjut Elana.
DEG.
Entah apa tujuan Elana mengatakan hal itu. Dia jelas tahu kalau Dian sulit untuk memiliki anak tapi kenapa wanita itu masih menyinggung soal anak di hadapannya.
" Amiin. " Hanya itu yang bisa Dian ucapkan, sembari menarik kedua sudut bibirnya. Setelah sedikit puas bermain dengan Alesya. Dian kembali menyerahkan bayi itu kepada ibunya.
" Mas, mama kemana?" Tanya Dian ketika tidak mendapati mertuanya.
" Pulang ke rumah, Hari ini tante Tina datang. Dan akan menginap beberapa hari di rumah mama." Jelas Andara.
Ya orang tua Andara juga memiliki rumah mereka sendiri. Hanya saja wanita paruh bayah itu sengaja tinggal di rumah ini, untuk menjaga Elana yang tengah hamil.
" O. " Sahut Dian. Setelah itu ia melangkah ke dapur untuk mengambil minum dan tidak sengaja berpapasan dengan salah seorang pelayan paruh baya yang baru keluar dari area belakang sambil membawa kresek besar.
" Bi, mau kemana?" Tanya Dian.
" Ini nya, bibi mau ke depan, mau antar ini kepada kerabat bibi yang mau pulang kampung." Jelas wanita paru bayah itu sembari menunjuk isi kresek yang di bawahnya. " Ini buat anak bibi yang baru lahiran."
Seketika itu Dian tidak dapat berkata-kata, keperluan bayi yang dia beli serta beberapa pasang pakai dan sepatu ada di situ.
" Itu_"
" Iya Nya, ini ibu yang berikan sama bibi, katanya Nona Alesya nggak cocok pakai yang seperti ini, takutnya kulit Nona Alesya bakalan iritasi atau apa gitu. Bibi juga nggak tau Nya, ya dari pada di buang kan mending buat cucu bibi." Dian Hanya tersenyum kecut, sembari meninggalkan wanita paruh bayah itu. Ia bahkan melupakan rasa hausnya saat ini
" Ya Tuhan, Apa salahku, kenapa kebaikanku selalu terlihat buruk di mata mertua ku. Aku juga tidak ingin seperti ini." Gumamnya di dalam Hati sambil meremas baju di bagian dadanya.
.......
.......
.......
.......
...Bersambung....
...Happy reading.. 💔💔...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
keluar aja Diana dari rmh neraka. pusing amat, kalau ngk pernah di hargai
2023-08-08
0
Sukliang
mertua bau tanah
2023-06-15
0
Sumi Sumi
apa aku harus nyiapin lap sama ember ya nih mata ko deras banget ngalirnya 😭😭😭😭😭
2022-12-01
0