Begitu Dian memberikan izin kepada Andara untuk menikah lagi, mamanya andara langsung mengatur pertemuan dua keluarga. Seorang gadis dari keluarga yang sederajat dengan keluarga mereka yang menjadi pilihan mama mertuanya itu.
Entah apa yang di janjikan Nyonya Wartika Bagaskara kepada keluarga calon menantu barunya, sehingga keluarga itu mengizinkan anaknya untuk menikah dengan Andara, yang notabenenya adalah suami dari wanita lain.
Setelah pertemuan mereka waktu itu, kini saatnya hari paling menyakitkan itu tiba. Dengan mengunakan kebaya Sabrina berwarna Dusty di padukan dengan rok kain yang di tambahkan aksen brokat yang senada dengan kebayanya. Rambutnya di tata messy middle side bun. Membuat dia terlihat begitu anggun dan mempesona di umurnya yang telah genap dua puluh lima tahun.
Ya! Tidak terasa sudah lima tahun dia menjalani biduk rumah tangga bersama Andara, suka duka telah mereka lalui bersama, dan kini di hari ini suaminya akan mengikrar janji suci dengan wanita lain selain dirinya.
Dian menatap pantulan dirinya di cermin sembari tersenyum. " Tuhan tolong kuatkan hatiku, bantu aku untuk tetap tersenyum di hari ini dan jangan engkau tunjukkan kelemahan aku di depan keluargaku." Mungkin hari ini akan menjadi hari bahagia yang kedua kalinya untuk suami dan keluarganya.
Tetapi hari ini adalah hari paling menyakitkan untuk Dian. Dimana di hari ini dan seterusnya dia harus memikirkan hati wanita lain saat di ingin suaminya tetap di samping, mulai hari ini juga dia harus belajar artinya berbagi dan belajar untuk lebih sabar lagi kedepannya.
Tok... Tok... Tok....
Suara pintu yang di ketuk dari luar membuat Dian menghentikan aktivitasnya melatih senyum di depan cermin yang menampilkan pantulan dirinya.
" Sayang, kamu Di dalam?" Tanya Andara.
" Iya Mas, sebentar." Jawab Dian, wanita itu langsung menyambar tasnya dan melangkah menuju pintu sebelum tangannya menggapai handel pintu itu dan sedikit memutarnya.
Dian tersenyum saat mendapati suaminya tengah berdiri menunggunya." Wow, kamu ganteng sekali mas. " Puji Dian sembari merapikan letak jas putih yang di gunakan suaminya.
" Terima kasih! Kamu pun tidak kalah cantiknya sayang." Sahut Andara seraya meletakkan tangannya di kepala Dian dan mengecup dahinya cukup lama dengan satu tangan yang melingkarkan di pinggangnya.
" An, cepatlah sedikit! Keluarga El pasti sudah menunggu kita." Teriak Nyonya Wartika dari ruangan tamu di bawah sana, membuat Dian menyudahi kemesraan mereka.
" Udah mas, mama udah nungguin kita." Dian mendorong tubuh Andara sedikit menjauh dan melepaskan tangannya yang melingkarkan di pinggang Dian." Ayo." Ajak Dian sambil menggenggam tangan Andara, menuruni satu persatu anak tangga menuju lantai bawah. Wanita itu bahkan tidak menghiraukan tatapan protes dari suaminya.
" Kenapa lama sekali. " Tanya Mamanya Andara, begitu anak dan menantunya berdiri tepat di hadapannya.
" Maaf Ma_"
" Sudah-sudah, mama nggak mau dengar alasan kalian." Wanita paruh baya itu memotong ucapan Dian. " Ayo, nanti mama yang temani kamu di mobil. Dian biar ikut mobil belakang aja."
" Ma_"
" Mas aku nggak papa, cuma masalah mobil kan! Yang penting aku sampai di sana." Jelas Dian, agar suaminya tidak menjawab ucapan mamanya.
" Tuh Dian aja nggak papa." Sahut wanita paruh baya itu sembari berjalan lebih dulu menuju mobil pengantin yang akan membawa mereka menuju rumah istri kedua anaknya.
Satu jam kemudian, mereka akhirnya sampai di rumah calon madunya Dian. Mereka di sambut dengan begitu antusias oleh keluarga calon mempelai perempuan.
Setelah semua anggota keluarga dan tamu undangan yang sengaja mereka pilih duduk di tempat masing-masing. Proses janji suci itupun di lakukan.
Dian duduk sambil meletakkan kedua tangannya, di pangkuannya. Jelas saja wanita itu kini sedang menahan dirinya agar terlihat baik-baik saja.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
"Terima kasih sayang! kamu yang terbaik." Ucap sang suami, seraya memeluk tubuh istri pertamanya. Setelah proses itu selesai Andara dan istri keduanya menghampiri orang tua mereka dan meminta restu.
Dian yang Duduk tidak jauh dari mertuanya. Di Hampiri Andara dan lelaki itu pun tidak membuang kesempatan untuk berbicara dengan istri pertamanya dan memeluk wanita itu seperti yang di lakukannya saat ini. Ia bahkan tidak menghiraukan tatapan dari tamu undangan yang hadir.
Dian berpelukan dengan Elana, begitu Andara melepaskan pelukan mereka. Wanita yang menjadi istri kedua suaminya itu! Bernama Ellana candisa, umur wanita itu hanya terpaut dua tahun di bawah Dian." Selamat ya. " Bisik Dian sambil mengusap punggung Wanita yang biasa di panggil El itu.
" Sama-sama mbak."Sahut El, setelah sedikit berasa-basi. Dia dan Andara meninggalkan tempat duduk Dian untuk menyapa tamu hadirin yang datang. Andara memasang senyum terbaiknya. Tanpa lelaki itu tahu, hati wanitanya sakit dan hancur. Tuhan sepertinya sedang mengabulkan Doa dian, karena dia dapat memberi senyum terbaiknya! Senyum yang membalut luka.
" Kak. Kakak baik baik saja kan?" Tanya salah seorang wanita yang menghampiri Dian dan memeluknya.
" Mel, kamu juga datang! Dion mana." Wanita yang di panggil Melly itu menggeleng kepalanya. " Anak itu, sepertinya harus Kakak berikan pelajaran kepada Dia. " Sambungnya membuat wanita yang bernama Melly itu tersenyum. Dia tahu kakak iparnya itu tengah mengalihkan pembicaraan mereka.
" Mel, kamu yang sabar ya! Hadapin adik kakak! Kakak yakin suatu saat dia pasti akan berubah. " Dian berusaha untuk menenangkan dan menguatkan adik iparnya, padahal saat ini dia yang sedang membutuhkan hal itu dari orang lain. Wanita yang dulunya di titipkan oleh orang tuanya untuk di bahagiakan! Kini mulai jauh dari kata bahagia itu sendiri. Karena sampai kapanpun. Mencintai dua orang sekaligus tidak akan pernah berakhir baik. Sekeras apapun mereka mencobanya, tetap saja, ada yang akan tersakiti. Seperti yang di rasakan Dian saat ini, sebab sampai di manapun seorang wanita tidak akan pernah mau di duakan.
Setelah mengobrol cukup lama dengan Melly, wanita itu pamit kepada Elana dan Andara untuk pulang lebih dulu bersama Melly. Awalnya Andara menolak tapi karena desakan dari mamanya ia pun mengizinkan Dian untuk pulang lebih dulu.
Sampainya di rumah, Dian langsung masuk kedalam kamarnya! sementara adik iparnya nya itu telah kembali ke rumahnya.
Dian mengunci pintu kamarnya, setelah itu ia melepas kebaya dan rok yang di pakai sebelum melangkah masuk kedalam kamar mandi.
Rasa sakit yang dia tahan sejak tadi mulai Dian lepas, menangis dan menjerit sejadi-jadinya di dalam sana. Dian sesekali memukul dadanya sendiri berharap rasa itu sedikit berkurang.
Karena setegar-tegarnya Dian dalam menghadapi semua ini, sehebat-hebatnya dia dalam menyembunyikan rasa sakitnya. Bila hatinya sudah terlalu lelah dan tidak kuat untuk di ajak berdamai dengan keadaan. Maka tangisan adalah jalan keluar untuk mengurangi beban di hatinya.
Dian tidak menyangka lelaki yang dulunya membuat dia tersenyum kini lelaki itu pula yang menjadi alasan Dian untuk menangis.
.......
.......
.......
.......
...Bersambung....
...Happy reading.. 💔💔...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
sabar aja Dian ntar juga kelihatan belangnya Elnana
2023-08-08
0
Windarti08
lah bukan salah Andara kalau kamu menangis, kau sendiri yang sudah mendorong suamimu untuk menikah lagi, dengan alasan membahagiakan ibunya
2023-03-09
0
Sumi Sumi
sungguh ironis kalau urusan rumah tangga di campuri keluarga ,,
2022-12-01
0