"O gitu, saya coba cek dulu mobilnya, mas." Mendekati mobil pria itu. Dan pria itu menoleh pada Auri yang duduk membelakanginya.
'Sepertinya wanita ini tidak asing.' Gumamnya dalam hati sambil melangkah mendekat pada Auri.
"Sorry, boleh saya duduk di sini?" Tanya pria itu pada Auri.
Tanpa menoleh dan menjawab, Auri menggeser tubuhnya untuk memberi ruang pada pria itu agar bisa duduk di kursi panjang tempatnya duduk tersebut.
"Mobilnya kenapa mbak?" Tanyanya yang sengaja ingin bicara pada Auri.
Auri tidak menjawab, dia malah meneruskan bacaannya dengan khusuk. Dan merasa dirinya tidak dihiraukan oleh Auri, pria itu pun mencoba cara lain untuk menarik perhatian Auri. Dengan sengaja dia menjatuhkan Hp nya tepat di dekat sepatu Auri.
"Aduh maaf mbak, hp saya tiba tiba jatuh. Eh, bisa tolong ambilkan nggak mbak. Soalnya nggak enak kalau saya harus ambi sendiri, nanti dikira saya apa an gitu…" Ucapnya.
Benar saja, Auri pun bersedia mengambilkan hp itu. Dengan tanpa menatap pria itu, Auri menyodorkan hp kearah pria itu. Dan saat itu jugalah, pria itu dapat memastikan bahwa kecurigaannya benar.
"Auri, kan? Kamu Auri, kan?" Ucap Pria itu sambil mengambil hpnya dari tangan Auri.
Auri mengerutkan dahinya dan semakin mendalamkan tundukan kepalanya. Dia merasa malu bertemu pria yang sangat dikenalnya dimasa lalu itu.
"Kamu apa kabar, Auri. Aduh benar benar nggak nyangka akan ketemu kamu lagi." Tuturnya ramah.
Auri hanya tersenyum saja menanggapi ucapan pria yang bernama Dave itu. Pria yang dulu sangat mencintai dirinya. Mungkin, saat ini pun cinta Dave padanya masih ada.
"Sekarang tinggal dimana?" Tanya Dave.
"Ada, sebuah rumah sederhana yang nyaman." Jawab Auri pelan.
Sejenak Dave terdiam, dia menatap Auri sebentar, lalu kembali menatap mobilnya yang sedang diperbaiki.
"Aku kira Kelvin akan membuatmu bahagia. Tapi, ternyata benar dugaanku, dia hanya lelaki yang tidak bertanggung jawab." Sambungnya yang kali ini mengungkapkan kekesalannya pada Kelvin.
"Mhh, aku benar benar senang karena akhirnya kalian bercerai." Ungkapnya.
Mendengar perkataan Dave seperti itu membuat Auri merasa kesal. Dia menatap tajam kearah Dave. Hal itu pun disadari Deve, hingga dia berusaha meluruskan kesalah pahaman Auri terhadap ucapannya.
"Bukan seperti yang kamu pikirkan, Auri. Maksudku, aku bahagia akhirnya kamu terbebas dari Kelvin yang kekanakan dan hanya mementingkan dirinya sendiri." Penjelasan Dave membuat Auri menundukkan kembali pandangannya.
"Maafkan aku Dave." Ucapnya.
Dave tersenyum. Dia bahagia akhirnya bisa mendengar suara yang sangat dirindukannya itu lagi.
"Mbak Auri, mobilnya sudah selesai diperbaiki." Seru seorang pekerja padanya.
"Iya mas. Jadi berapa total semuanya?" Auri melangkah menghampiri pekerja bengkel itu.
"Ini notanya mbak." Memberikan secarik kertas nota pada Auri. Dan segera saja Auri mengambil nota tersebut, lalu melihat angka yang tertulis disana.
"Semahal ini, mas?" Tanya Auri kaget. Dia tidak menyangka perbaikan mobilnya akan semahal itu.
"Wah itu masih biasa mbak. Karena mobil mbak Auri tidak terlalu keras saat ditabrak." Jelasnya.
"Kamu ditabrak orang?" Seru Dave yang mendekat pada Auri.
"Mobilku yang ditabrak." Ulang Auri.
"Iya, maksudku juga begitu. Siapa yang menabraknya?" Tanya Dave penasaran.
"Harusnya kalau ditabrak, mbak minta ganti rugi perbaikan pada sipenabrak saja, mbak." Saran pemilik bengkel yang sejak tadi mendengar perbincangan mereka.
"Apa si penabrak lari begitu saja?" Tanya Dave.
"Tidak kok Dave. Aku yang menolak bantuannya. Aku kira biaya perbaikan tidak akan semahal ini." Ujar Auri.
"Ya sudah, kalau begitu tolong ambil tagihan ini dari kartu saya." Memberikan credit card nya pada pemilik bengkel.
"Eh nggak usah Dave. Ini aku punya kartu nama si penabrak. Aku akan menelponnya meminta tagihan pembayaran. Dia juga sudah setuju untuk membayarnya." Jawab Auri. Dia pun mencari kartu nama yang tadi diberikan oleh Al padanya.
Auri segera menelpon nomor yang tertera di kartu nama itu. Panggilan pun tersambung.
"Assalamualaikum." Ucap Auri.
"Waalaikumsalam, saya Zia Sekretaris dari A.R art.Studio. Ada yang bisa saya bantu?" Suara merdu nan sopan itu terdengar ditelinga Auri. Rupanya yang diberikan Al padanya adalah nomor Sekretarisnya.
"Saya Auri. Bisa bicara dengan atasan anda?" Sengaja tidak menyebut nama Al, karna saat ini ada Dave di sampingnya. Auri takut, Dave akan melakukan sesuatu yang mungkin bisa mencemarkan nama baik Al.
"Maaf, mas Al Fatih sedang diluar. Ada temu janji dengan klien." Jawabnya.
"O gitu." Ucap Auri sedikit kecewa.
"Ada pesan yang mungkin bisa saya sampaikan pada mas Al?" Sambung Zia lagi.
"Jadi gini. Tadi pagi, atasan mbak Zia tidak sengaja menabrak bagian belakang mobil saya. Dan saat ini saya dibengkel, nah kebetulan biaya perbaikannya cukup banyak." Jelas Auri.
"Baiklah, kemana saya tranferkan uangnya mbak." Tanya Zia masih dengan suara lembutnya tanpa ada rasa curiga.
Auri pun menyebutkan nomor rekening bengkel, agar uang pembayaran itu langsung pada pemilik bengkel. Auri juga meminta pemilik bengkel memberikan kontak telepon mereka pada Zia, agar nanti bisa diperlihatkan pada Al.
"Baiklah, uangnya sudah di transfer. Ada pesan lainnya dari mbak Auri untuk mas Al?" Tanya Zia lagi.
"Sampaikan ucapan terimakasih saya. Assalamualaikum." Auri segera mengakhiri panggilan itu.
Sementara itu, Dave sejak tadi terus menatapnya dengan tatapan yang susah ditebak. Ada raut kerinduan dimatanya, namun juga ada tatapan penuh pertanyaan untuk Auri darinya. Entahlah, Auri yang menyadari tatapan Dave padanya hanya bisa menghela napas dan berpura pura tidak mengetahuinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments