Siang ini Al janjian dengan Erna untuk bertemu di kantor bang Adin. Dia berangkat sendiri tanpa Haris. Karena Haris, sedang ke Bogor untuk menjemput ibunya, lalu ke Pesantren untuk menjemput Rizki.
Dalam perjalanan menuju kantor Al mendengar murrotal Qur'an melalui headphone. Mulutnya juga ikut komat kamit mengikuti suara bacaan yang didengarnya. Hingga panggilan masuk ke ponselnya menghentikan bacaan murrotal itu.
"Haris?" Kenapa dia menelponku." Menekan tombol hijau. Panggilanpun terhubung.
"Assalamualaikum, Ris. Ada apa?"
"Waalaikum salam, mas Al. Begini, aku sudah tiba di Bogor. Tapi, Ibu nggak dirumah. Aku telpon nggak diangkat. Coba deh mas Al yang telpon." Jelasnya.
"O gitu. Ok, bentar ya Ris, aku telpon ibuk dulu." Mengalihkan panggilan Haris. Al segera menelpon ibunya.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silahkan tinggalkan pesan suara…" Begitulah pemberitahuan saat menelpon ibuk.
"Ibu kemana ya? Nggak biasanya telponnya mati." Ujarnya yang mulai khawatir.
Al lengah, dia melupakan kalau dirinya sedang mengemudi dijalan raya, sehingga dia tidak melihat ada mobil yang hendak menepi tepat didepan mobilnya. Mobil itu sudah menyalakan lampu sen kirinya, dan memperpelan lajunya.
Brruaaakkk…
Mobil Al menabrak bagian belakang mobil itu. Al kaget, dia bahkan terhantuk kebagian setir mobilnya.
"Astaghfirullah, ya Allah." Ucapnya.
Al pun langsung turun dari mobilnya. Dia segera memeriksa keadaan mobil didepannya. Dia mengetuk kaca jendela mobil itu. Pemiliknya pun menurunkan kaca mobil.
"Maaf mbak, saya tadi melamun." Ucap Al begitu melihat pemilik mobil itu.
"Tidak apa Mas, saya juga kurang hati hati." Keluar dari mobilnya.
Sementara itu dibelakang sana, sudah ada beberapa mobil yang mengantri untuk lewat. Sehingga mereka menyadari, harusnya mereka menepikan mobil.
"Kita nepi dulu ya mbak." Saran Al.
Lalu merekapun menepikan mobil mereka. Barulah kemudian keduanya keluar dari mobil untuk membicarakan apa yang harusnya dibicarakan.
"Sebenarnya saya buru buru mbak, jadi bagaimana? Mau langsung saya panggilakan orang bengkel?" Tanya Al buru buru, tanpa menyadari siapa lawan bicaranya.
"Tidak Apa, mas Al. Lagian mobil saya juga hanya sedikit lecet bagian belakangnya. Jika sedang buru buru, silahkan saja." Ujar wanita bercadar itu.
Al termangah saat wanita itu mengenali dirinya. Namun, sesaat dia tersadar, bahwa dirinya seorang public figur, jadi wajar dong dia dikenal oleh siapapun.
"Sekali lagi saya benar benar minta maaf." Menyesal, karena harus segera pergi.
Wanita bercadar itu hanya tersenyum, terlihat dari kedua bola matanya. Dan saat itu jugalah, Al tidak sengaja melihat mata wanita itu. Dia terdiam sesaat, lalu mengalihkan pandangannya.
"Auristela Az-Zahra, kan?" Tebaknya.
"Hah?" Bingung karena Al bisa mengenali namanya.
"Huh, akhirnya ketemu lagi. Terimakasih juga untuk malam itu, karena sudah membantu saya dan mendengar cerita saya." Ucap Al ramah.
"Ternyata mas Al sudah tahu siapa saya." Tersenyum senang.
"Aduh, sebenarnya saya masih mau ngobrol sama mbak Auri. Tapi, saya buru buru." Mengeluarkan kartu namanya, yang disana ada alamat kantor kecil tempat Al mengatur manajemen keartisannya.
"Ini kartu nama saya. Ada nomor telpon juga disana." Menunjukkan nomor telpon dikartu namanya itu.
Dengan senang hati Auri mengambil kartu nama itu, lalu melihat nomor telpon yang dimaksud oleh Al.
"Kalau begitu saya permisi. Assalamualaikum." Ucap Al sambil melangkah menuju mobilnya.
"Waalaikumsalam warohmatullah." Jawab Auri, sambil menatap kepergian Al.
Lalu, seketika keduanya lupa kemana tujuan mereka. Baik Al maupun Auri, sama sama merasakan rasa sesak namun menggelitik. Keduanya merasa ada bunga bunga yang entah bunga apa itu menghiasi hati mereka, sehingga keduanya sama sama beristighfar dan menggelengkan kepala mengusir perasaan aneh itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
🧭 Wong Deso
semangat kak
2021-11-14
2