Tiga bulan berlalu.
Auri sudah tidak tinggal di rumah Mia. Kini dia menyewa sebuah apartemen kecil untuk dirinya sendiri. Uang sewa per tahun tidak terlalu mahal. Sisa tabunganya cukuplah untuk biaya hidupnya beberapa bulan kedepan.
Kini Auri sudah resmi bercerai dengan Kelvin. Bulan lalu dia menerima akta cerai yang dikirim pengadilan agama untuknya. Semua proses perceraian diurus oleh pengaca yang dibayar Kelvin. Namun, Kelvin meminta pengacara itu untuk berpura pura menjadi pengacaranya Auri. Setiap apa yang diucapkan sipengacara sama sekali tidak diketahui Auri, semua diatur oleh Kelvin. Auri tidak mempermasalahkan itu, dia hanya berharap agar segera lepas dari lelaki yang sudah sangat membuatnya terluka.
"Akhirnya kalian menikah juga." Ujarnya sambil menatap layar hp yang memperlihatkan berita pernikahan Kelvin.
Auri menghela napas panjang. Tidak bisa dipungkiri, hatinya merasakan perasaan yang amat sangat sakit hingga membuat dadanya terasa sesak. Dia butuh banyak udara agar bisa sedikit merasa lega.
Drriittt…
Hp bergetar. Ada notif pesan dari Mia.
*Auri, aku mau ke wonderland sama Gio.
Kamu mau ikut?
Kalau iya, kita jemput sekarang.
*Nggak Mia. Aku sekarang lagi sendiri.
*Ok. Eh tapi, kamu baik baik aja kan?
*Iya dong. Memangnya ada apa, Mi?
*Nggak kok. Aku khawatir aja.
*Nikmati kencan kalian hehee.
Setelah berbalas pesan dengan Mia, Auri pun keluar dari apartemennya. Dia melangkah menuju atap. Kakinya melangkahi satu persatu anak tangga dengan yakin. Dia terus naik, hingga tiba di atap gedung apartemenya yang terdiri dari tujuh lantai itu.
"Masyaa Allah. Betapa sejuknya ternyata di sini. Banyak udara segar. Aku juga bisa melihat bintang dan bulan. Malam ini ternyata begitu cerah, apakah kalian juga bahagia?" Ucapnya pada penghuni langit.
"Chh, kalian mengejekku?" Sambungnya sambil cemberut.
"Ok tidak apa. Kalian sepertinya benar benar mendukung pernikahan pasangan itu." Gerutunya dengan terus melangkah sambil menatap langit.
"Aku cemburu pada kalian. Saat itu kalian bahkan tidak pernah muncul. Tapi kali ini kalian berkilauan, seakan merayakan hari bahagia mereka. Aku yang tersakiti, aku cemburu." Teriaknya sambil terus melangkah, sampai lupa ternyata langkahnya hampir menuju ujung lantai atap. Bahkan dalam beberapa langkah lagi, Auri akan melangkah diatas awang awang, karena tidak ada lagi pijakan.
"Berhenti, awas… awas…" Teriak seseorang dikejauhan dalam kegelapan malam itu.
Mendengar teriakan itu Auri pun menoleh pada sumber suara dan langsung menghentikan langkahya. Matanya kini menangkap sesosok pria yang tinggi, dengan hoody yang menutupi wajahnya. Pria itu berdiri diatas pembatas lantai atap. Berdiri di pinggir seakan hendak bunuh diri.
"Hey, apa yang kamu lakukan." Segera Auri berlari mengejar Pria itu. Dia berusaha meraih bagian belakang hoody pria itu dan menariknya agar tidak jatuh.
Namun sayang, pria itu sepertinya berusaha menyembunyikan wajahnya. Sehingga saat dia melihat Auri berlari kearahnya dia membalikkan tubuhnya dan akhirnya dia terpeleset dan jatuh.
"Tidaaakkk…" Teriak Auri yang benar benar berhasil meraih bagian lengan pria itu. Tangan Auri tidak menyentuh kulit lengan pria itu, hanya menggenggam erat lengan yang berbalut hoody pria itu.
"Bertahanlah, jangan bergerak. Aku akan mencoba menarikmu." Auri merasa tangannya akan copot karena menahan beratnya tubuh pria itu.
"Lepaskan lenganku. Biarkan aku jatuh. Tanganmu pasti sakit karena menahanku." Teriaknya.
"Tidak, aku tidak akan melepasnya. Aku akan menarikmu." Auri melirik sekelilingnya. Dia melihat sebilah kayu yang tidak jauh dari kakinya. Diraihnya kayu itu dengan kakinya hingga tangan bisa meraih kayu tersebut.
Auri membelitkan kayu pada sisa runtuhan pagar tembok atap. Lalu meminta pria itu meraih kayu tersebut dengan tangan yang satunya.
"Pegangan yang erat. Aku akan mencari tali. Bertahanlah."
Pria itu berpegangan erat pada kayu yang ternyata tidak begitu kuat untuk menahan berat tubuhnya. Dia mulai berkeringat dingin, ditambah hembusan angin yang bertiup membuatnya kedinginan.
"Dia berniat menolongku, atau sudah pergi meninggalkan aku yang bergelantungan disini?" Gumamnya dengan terus berusaha mengangkat tubuhnya agar naik.
Namun sayang, semakin dia berusaha mengangkat tubuhnya, kayu pegangan itu semakin terasa rapuh. Kayu itu bahkan sudah retak, serat kayu itu benar benar terlihat akan segera terlepas dan patah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Neulis Saja
kalau mau bunuh diri udah lanjutkan saja kenapa malah berharap ada yg nolong hah?
2024-02-25
0
entin Kustinah
ngerii bangets ngebayangin nya
2022-11-29
0
Biya
aduh ni tangan berkeringat lagi.....
2022-07-06
1