Bab 5

"Bunda... bunda.. bikin.. bikin.. " teriak hafidz.

" Astagfirullah adek.. ia dek bunda bikinkan"

Nabila tiba - tiba terbangun mendengar teriakan Hafidz, dan langsung membuatkan susu untuk Hafidz.

"Cup.. cup.. cup... ini dot nya nak.Maafin bunda ya sayang, sudah lama ya kamu bangunnya.. bunda capek banget hari ini makanya tidurnya keenakan nak"

Hafidz pun kembali tertidur, Nabila melihat ke arah jam dinding dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 2 malam.

"Sudah jam 2,aku sholat tahajjud dulu deh"

Nabila segera menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, tidak lupa ia sempatkan untuk melihat Zahira di kamar nya yang tidur terlelap sekali.

Selesai sholat dan berdzikir, dengan mengangkat kedua tangannya, Nabila memohon doa kepada sang pencipta.

" Bismillahhirrahmannirrahim"

" Ya Allah Ya Tuhanku, Hanya kepadamu aku memohon dan meminta. Ya Allah, selalu beri aku kesabaran menghadapi semua cobaan yang engkau berikan kepadaku, beri aku kekuatan untuk menghadapi kehidupan ini. Jagalah selalu anak - anak ku ya Allah, jadikan mereka anak yang sholeh dan sholehah "

" Dan Ya Allah, aku tidak pernah menganggap semua laki - laki sama seperti Fajar. Aku juga tidak kecewa dan menyesal akan keputusan yang aku buat. Aku yakin engkau pasti akan mempertemukan ku dengan seseorang yang sangat mencintai dan menyanyangi ku dan kedua anak - anak ku sepenuh hatinya Ya Allah"

" Amin yarobal alamin"

Itulah doa yang selalu di panjatkan Nabila kepada sang Pencipta.

Selesai menunaikan Sholat, Nabila kembali ke tempat tidurnya. Nabila tersenyum tipis melihat Hafidz yang sekarang sudah berada di tepi kasur.

"Hafidz.. Hafidz.. tidur kok gak bisa diam nak, kalau bangun juga main terus gak bisa diam, tidur juga gitu"

Nabila memperbaikinya posisi tidur Hafidz, kemudian ia pun ikut berbaring di samping Hafidz.

Nabila membuka layar HP nya, ia kaget karena begitu banyak sekali pesan yang masuk dan panggilan tak terjawaba. Terlihat ada pesan dari Risa dan juga Bara.

Bara adalah teman kuliah Nabila di kota, Bara sebenarnya menyukai Nabila.

" La, udah nyampe belom "

" La.. kok gak di balas sihh"

" La kamu baik - baik aja kan"

" Nabila kebiasaan deh ku telpon gak di angkat"

" Nabila... La.. aku khawatir ni"

Bla.. Bla.. Bla..itulah chat WA dari Risa yang bertubi - tubi ia kirimkan kepada Nabila karena Nabila tidak kunjung memberinya kabar.

Satu lagi pesan dari Bara yang tidak luput dari perhatian Nabila.

" Assalamualaikum Bila"

"Kamu lagi apa sekarang"

"Gimana tadi udah antar suratnya ke perusahaan itu"

Karena Nabila tidak merespon, Bara juga sempat menelpon Nabila beberapa kali.

" Astagfirullah, aku lupa buka HP ku"

"Kasian mereka pasti khawatir sama kabar ku"

Setelah selesai membalas chat Risa dan Bara satu persatu, Nabila ingin melanjutkan tidurnya.

" Aku tidur sebentar ahh, nanti jam 4 kan aku harus bangun lagi", batin Nabila yang sudah mulai memejamkan matanya"

Nabila setiap hari berjualan minuman, bermacam kue dan pentol rebus di depan rumah nya.

Itulah sumber rejeki dari Nabila untuk menghidupi kedua anaknya.

Nabila berjualan dari hari Senin sampai Jumat, sedangkan hari Sabtu dan Minggu adalah waktunya Nabila untuk kuliah.

Dikediaman Aditya...

Jam dinding menunjukkan pukul 7 pagi, Aditya sudah duduk di meja makan siap untuk menikmati sarapan paginya.

" Bibi ", panggil Aditya.

" Ia Tuan", jawab Bi Inah pembantu Aditya.

" Malam ini tidak usah masak Bisa, aku akan pulang larut malam "

" Ia Tuan baiklah "

Tak lama kemudian, Haris datang menemui Aditya.

" Tuan, apa sudah siap "

" Iya sudah, ayo kita berangkat "

Aditya bangkit dari duduknya, mengambil tas nya lalu berjalan keluar menuju mobil yang sudah diparkir didepan rumah.

Butuh waktu 30 menit saja, Aditya sudah sampai di kantornya.

Seperti biasa semua karyawan akan menunduk dan menyapa ketika Bos mereka itu sudah datang.

Dan seperti biasa juga Aditya tetap memasang wajah datar dan tidak membalas sapaan dari karyawannya itu.

" Apa semua berkas sudah siap Haris", tanya Aditya.

" Sudah Tuan, sebentar lagi meeting akan dimulai ", jawab Haris.

Tok.. Tok.. Tok..

" Permisi Pak, Tamu kita sudah datang "

"Baik, aku segera kesana "

" Ia Pak "

Aditya segera menuju ke ruang meeting diiringi Haris dan Lula yang berjalan di belakang Aditya.

Sepanjang jalan menuju ruangan meeting, Aditya tidak luput dari pandangan karyawan - karyawan nya.

Terlebih lagi oleh karyawan wanita di sana, mereka sangat mengagumi pesona Aditya.

Aditya memang sangat tampan, kulit yang putih, mata sipit, tubuh kekar dan juga atletis, diselimuti kemeja putih dan jas hitamnya membuat Aditya tampak kasual dan berwibawa.

Maklum saja Papa Aditya adalah orang Korea, sedangkan Mama nya orang asli Indonesia, pantas saja sekarang Aditya memilki paras wajah seperti Opa opa karena turunan dari Papa nya.

" Ehh.. ehh.. teman - teman liat opa opa Korea lewat ", ujar salah satu karyawan di sana.

Di antara mereka juga ada Sarah dan Cindy yang tak luput memperhatikan Pak Bos nya itu.

" Ia itu Pak Aditya kok ganteng banget ya, udah ganteng kaya raya hot Duda lagi"

" Gimana ya rasanya kalau jadi istri Pak Aditya pasti bahagia banget deh", ucap Cindy yang sudah mulai menghayal menjadi istrinya Aditya.

"Huss.. Huss.. berhenti menghayal Cin, gak bakal kesampaian. Apalagi Pak Aditya kejam gitu emang kamu tahan", ucap Sarah membangunkan Cindy dari lamunan nya.

" Ahh kamu Sar, liat teman bahagia dikit kenapa sih"

" Sapa tau nanti aku bisa dapatin pak Aditya"

"Udah ah ayo kerja lagi", ucap Sarah.

" Iya - iya Mak bawel ", jawab Cindy.

" Aku harus dapetin pak Aditya, harus". Batin Cindy dalam hati.

Dikediaman Nabila

Nabila sedang berada di depan rumahnya, Nabila sudah menyiapkan semua dagangan nya.

" Assalamualaikum Neng Nabila",

" Sudah buka Neng Warung nya, abang kopi hitam satu ya Neng", ucap abang Jono.

" Ia bang sebentar ya Nabila bikinkan kopinya ", ujar Nabila.

" Ini bang kopinya, silahkan diminum"

Bang Jono langsung menyeruput kopi berian Nabila, padahal kopi itu masih sangat panas.