Patah Pusaka

Di hari yang cerah Patricia mengantarkan makanan untuk ayahnya yang tengah di rawat di Bannerick Hospital. Rumah sakit ini juga merupakan milik keluarga Bannerick.

Tom Evening di rawat selama dua hari di sini. Dokter mengatakan bahwa dia mengalami Patah Pusaka. Atau dalam istilah medis disebut Fraktur p*nis yaitu robekan dari korpus kavernosum. Robekan pada pusaka relatif jarang terjadi, tetapi ini dianggap sebagai Darurat Urologi.

Perbuatan yang dilakukan oleh Jessi menyebabkan robeknya tunika albuginea. Kedua bagian korpus kavernosum mengalami cedera bersamaan dengan uretra. Trauma uretra lebih sering terjadi ketika kedua korpus kavernosum terluka.

Pada dasarnya, pusaka terdiri dari dua jenis jaringan, yaitu korpus kavernosum dan korpus spongiosum.

Kedua jaringan tersebut berperan dalam proses ereksi, karena merupakan jaringan lunak berongga yang berisi banyak pembuluh darah. Ereksi terjadi ketika darah membanjiri pembuluh darah yang berada di dalam pusaka. Namun, keduanya cidera bersamaan membuat para dokter kebingungan sekaligus ngeri.

Tunika albuginea adalah bagian yang merupakan jaringan ikat padat–seperti ligamen dan tendon– ini membungkus korpus kavernosum, serta membuat pusaka mengeras dan kaku saat ereksi.

Keluhan Tom terjadi karena pusaka patah yang mengakibatkan darah bocor dan adanya cedera jaringan tunika albuginea, sehingga menyebabkan rasa nyeri, bengkak karena terjadi peradangan, memar, serta tidak dapat lagi berereksi.

Selain itu Tom juga mengalami gangguan berkemih karena darah yang bocor di jaringan pusaka menyebabkan saluran kencing (uretra) mengeluarkan darah.

Para tim medis tidak bisa melakukan tindakan selain memotong seluruh batang pusaka dan uretra atau dalam istilah medis biasa di sebut Total Panectomy. Karena kerusakan yang terlalu parah menyebabkan kematian jaringan (gangren), sehingga mengharuskan dokter untuk memutuskan mengamputasinya.

Patricia membuka pintu, memasuki ruangan ayahnya. Dia melihat sang ayah–Tom Evening–masih belum sadar dari kondisinya. Dokter menambahkan obat bius setelah operasi agar pria tersebut tersadar lebih lama dari seharusnya. Hal ini di karenakan kondisinya yang mungkin akan sangat menyakitkan jika efek pereda nyeri itu sudah habis.

Wanita itu sangat mengerikan, Daddy sampai harus kehilangan kejantanannya karena dia. Aku tak ingin lagi berurusan dengannya, ucap Patricia dalam hati.

"Engh." Suara lenguhan Tom mulai tersadar dari tidur panjangnya mulai terdengar, membuat Patricia langsung mendekati pria tersebut.

"Daddy, sudah sadar!" Patricia lantas menekan tombol intercom agar dokter segera datang dan memeriksa kondisi ayahnya.

"Hauss," kata Tom lirih. Beberapa hari tak sadarkan diri membuat tenggorokan pria tersebut terasa kering setelah sadar.

"Sebentar, Dad." Wanita tersebut lantas mengambil gelas berisi air dan disodorkan kepada ayahnya.

Tom meminum air itu hingga membasahi tenggorokannya. Tak lama kemudian, suara langkah kaki dokter dan seorang perawat terlihat mulai memasuki ruangan tersebut.

"Selamat siang, Tuan Tom," sapa seorang dokter. Tom hanya membalas dengan menganggukkan kepalanya sedikit. Kondisinya masih cukup lemah karena pengaruh obat bius.

"Bagaimana perasaan Anda, Tuan Tom. Adakah keluhan yang anda rasakan?" tanya dokter.

"Ekhem, itu saya nyeri!" Tom berbicara dengan lirih, pria tersebut sangat malu mengatakan hal itu. Akan tetapi, hal pertama yang dia rasakan setelah sadar memanglah kesakitan di bagian vitalnya.

"Oh, itu hal yang wajar, Tuan. Bagi pasien yang baru saja diamputasi adalah hal lumrah jika mengalami nyeri dan gatal pada luka jahitan," jelas dokter dengan nada halus, tetapi berhasil mengejutkan Tom.

Mendengar kata amputasi kedua bola mata Tom langsung membulat sempurna. Suaranya seakan tertahan di tenggorokan dan enggan untuk keluar dari mulutnya. " A–amputasi?" Sejenak pria tersebut mencoba untuk menelan salivanya sendiri dengan susah payah.

Sedetik kemudian, wajah Tom berubah menjadi merah padam dengan emosi yang berapi-api. "Apa yang kalian amputasi?" Dia lekas bangun dari tidur menjadi posisi duduk, tangan pria tersebut menyibakkan selimut di tubuh dan memindai setiap bagian dalam dirinya.

"Mohon maaf, Tuan Tom. Saat dibawa ke mari kondisi pusaka Anda sudah tidak tertolong lagi. Jika tidak segera diangkat maka akan berpotensi menyebabkan infeksi yang malah menyebar." Dokter yang memahami kegusaran pasiennya berusaha untuk menjelaskan dengan tenang.

Namun, bukannya tenang pria itu malah menatap tajam ke arahnya hingga menampakkan urat leher yang menegang karena emosional dan berteriak cukup keras kepada sang dokter. "Apa kau gila, hah? Bagaimana bisa pria hidup tanpa pusakanya?"

"Tolong tenanglah, Tuan. Kondisi Anda masih belum stabil, jika seperti ini nanti jahitannya malah akan terbuka!" Dokter mencoba sabar menghadapi kegusaran Tom. Bukan hal mudah bagi pasien ketika mengetahui ada yang hilang dalam dirinya di saat tak sadarkan diri. Apalagi kenjantanan seorang pria adalah simbol masa depannya.

"Jika tidak ada pusaka bagaimana aku buang air?" Tom berteriak dengan wajah berapi-api. Setiap kalimat yang dokter ucapkan tak mampu membuat dirinya tenang, apalagi membayangkan kebanggaannya telah hilang.

"Untuk berkemih kami melakukan prosedur perineal uresthotomy setelah operasi. Kami telah membuatkan lubang di perineum yaitu antara anus dan buah z*kar." Penjelasan dokter sukses membuat Tom membelalakkan mata dengan ekspresi sulit untuk untk dicerna.

"Bukankah artinya aku sama saja dengan wanita sekarang." Suara Tom Evening terdengar lirih karena perasaan terkejut membayangkan senjata kebanggaannya sudah benar-benar tiada. Hal tersebut sontak membuatnya syok dankembali pingsan.

________________________

Di sisi lain Nich tengah berada di salah satu pabrik yang bergerak di bidang transportasi udara. Dia sudah meminta Willy agar mereka mempersiapkan sebuah helikopter tempur terbaru dan teraman serta telah diuji coba kelayakannya.

"Apa semuanya sudah siap?" Nich berjalan mendekati pada para awak helikopter dengan raut wajah bahagia. Bagaimana tidak, hari ini dia sudah bersiap sejak pagi dan berulang kali bercermin menatap dirinya sendiri agar terlihat sempurna serta mempesona ketika bertemu dengan sang pujaan hati.

"Sudah, Tuan. Semua sudah kami periksa dengan baik dan bisa langsung digunakan. Apakah ingin memanggil pilotnya, Tuan?"

"Tidak perlu, biar aku bawa sendiri! Will, kau ikut denganku." Nich mengajak Willy sambil mengenakan sarung tangannya.

"Tapi, Tuan Muda. Bukankah helikopter ini di gunakan untuk misi? Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan, Tuan Muda Nich?" Karyawan tersebut mencoba untuk memberikan pengertian kepada sang tuan muda atas kekhawatirannya. Meskipun helikopter itu sudah diuji coba, tetapi bagaimana jika terjadi sesuatu ketika Nich yang mengemudikannya sendiri.

"Iya, misi untuk mengunjungi istriku."Nich mencebikkan bibir di depan karyawan yang membuat mereka langsung ternganga atas tindakannya. "Apa kau ingin mengganggu kencan kami? Tidak akan aku biarkan!" Pria tersebut kemudian menaiki helikopter dan diikuti oleh Willy, meninggalkan para awak yang masih tercengang dengan sikap sang tuan muda yang sekarang.

Istri? Tuan Nich sudah menikah? Orang kaya memang beda, kencan pun minta pakai helikopter baru ckckck, decak anak buahnya dalam hati.

Nich mulai menyalakan helikopternya, membuka throttle perlahan hingga mencapai putaran per menit yang beroperasi dengan tepat. Lantas dia tarik collective ke atas. Ketika kecepatan collective bertambah, diinjaknya pedal kiri. Lanjut mendorong collective dan kurangi tekanan pada pedal kiri. Helikopter mulai terbang ke atas, di ketinggian yang diinginkan, barulah pria tersebut mengarahkan helikopternya menuju mansion Jessi sang pujaan hati.

"Sweety i'm coming," ujar Nich dengan senyum lebar di wajahnya.

Namun, tidak dengan sang asisten di sampingnya yang mulai heran melihat sikap Nicholas seperti itu. Cinta memang membuat orang jadi gila. batin Willy.

Di sisi lain, Jack yang tengah berdiri di samping Jessi mendapat laporan bahwa ada sebuah helikopter menuju ke arah batas wilayah yang telah dilarang.

"Nona, saya mendapat laporan ada sebuah helikopter tempur terbang menuju wilayah ini. Haruskah kita siapkan tembakan rudal sekarang?" lapor Jack.

Sejenak Jessi memicingkan matanya sambil memikirkan semua itu. Apakah itu bocah tengik? Mungkinkah dia sungguh membelikannya helikopter tempur?

Sebuah senyum lebar merekah di wajah Jessi. Dia kembali menyeruput kelapa mudanya dengan santai. "Biarkan dulu aku ingin lihat di mana dia akan mendarat!"

Tak butuh waktu lama, suara baling-baling helikopter semakin dekat mulai membuat orang-orang di kediaman Light berkumpul untuk menyaksikan siapakah gerangan yang berani memasuki wilayah itu tanpa izin. Hingga sesaat kemudian terlihat sebuah helikopter tempur mulai mengelilingi kediaman Light untuk mencari tempat mendarat.

Helikopter itu mendarat di landasan yang sudah disiapkan oleh Jessi sebelumnya. Melihat hal itu kedua mata Jessi membola sempurna sambil berdecak kagum melihat capung terbang gagah tersebut, sedangkan para anak buahnya sudah bersiap dengan pistol di tangan mereka.

"Turunkan senjata kalian!" perintah Jessi.

Mereka lantas memasukkan kembali pistolnya. Jessi tak henti-hentinya melebarkan senyuman ketika melihat benda terbang tersebut dengan rasa kagum.

Sebuah helikopter tempur NH90 NFH yang merupakan helikopter militer multi peran berukuran sedang. Helikopter ini hanya digunakan oleh angkatan laut paling modern dan terbaik di kelasnya. Dapat membawa hingga ketinggian enam ribu meter, dan jarak 800 kilometer dengan kecepatan 300 kpj.

Harga satu unitnya mencapai US $ 40 juta lebih, dan tidak sembarangan kelompok bisa memilikinya. Siapa yang tidak akan tersenyum melihat hal ini, hingga dia melihat dua orang laki-laki turun dari sana.