Alvian yang masih duduk di hadapan Airin, kini menatap tajam wajah gadis cantik itu. Tatapanya seolah mengisyaratkan banyak tanya yang kini membenam dalam benaknya.
"Kenapa anda, menatapku seperti itu?" tanya Airin yang heran akan tatapan Alvian.
"Aku baru paham, kenapa pria sialan itu menduakanmu," cetus Alvian tiba-tiba.
"Maksudmu?"
"Kau terlalu polos, hingga tak paham apa yang dia mau,"
"Heeh," Airin mengerutkan wajah cantiknya.
"Selingkuhan, kekasihmu itu hamil, kan?" Alvian memastikan.
"I_iya," jawab Airin gugup.
"Di butuh dekap hangat darimu, tapi kau tak bisa memberikan itu, hingga akhirnya dia berselingkuh dan mencari wanita yang siap tidur denganya," jelas Alvian, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah cantik Airin.
"Haaaaah,"
Si cantik membuang nafas kasar, penjelasan Alvian cukup masuk akal, sebab setelah ia ingat-ingat, Nino berkali-kali meminta ia untuk siap menikah, namun karena masih kuliah, Airin selalu menolak ajakan yang Nino ajukan.
"Apa yang kau, pikirkan?" Alvian penasaran, sebab Airin benar-benar terdiam tanpa kata.
"Anda benar, pak. Sebab dia berkali-kali memberi kode, agar aku mau menginap berdua di kamar hotel, tapi aku melarangnya, karena kami belum terikat pernikahan, hingga setelah itu, ia berkali-kali memintaku menjadi istri, tapi aku menolak sebab aku masih kuliah," jelas Airin dengan wajah berkaca-kaca, hal itu tentu membuat si tampan merasa kasihan.
Polisi tampan yang sering di panggil komandan oleh teman-temannya itu, menepuk pelan pundak si cantik, tertanda untuk menguatkan.
"Mendengar semua ceritamu itu, aku secara pribadi memutuskan, untuk mencarikan pengacara untukmu." Tegas si tampan bersungguh-sungguh.
"Apa, anda serius?" Airin menatap tak percaya.
"Iya, aku sangat serius. Tapi, aku tidak berjanji untuk membebaskanmu, namun setidaknya, dengan adanya pengacara, bisa meringankan sedikit bebanmu ," tambah Alvian kemudian.
"Tapi, pak," ucapan Airin tertahan karena mulutnya seketika di tutup oleh jari-jari tangan si tampan.
"Jangan panggil aku, pak, panggil aku Alvian! Tapi kau boleh memanggilku dengan sebutan pak, jika berada di hadapan semua orang," ujar sang polisi lagi.
"Ba_baik," jawabnya gemetaran.
"Bagus, lanjutkan! Kau tadi ingin mengatakan apa kepadaku?"
"Bukankah, beberapa hari lalu? Polisi sudah menjatuhan hukuman 1 tahun penjara,"
"Lalu?"
"Lalu, apakah masih bisa menggunakan pengacara?"
"Tentu saja bisa, kita akan ajukan banding," jelas Alvin lagi.
"Benarkah?"
"Iya."
"Tapi, bagaimana dengan biaya? Sebab keluargaku sudah tak mau tau semua tentangku,"
"Tenang! Perkara biaya, serahkan semua padaku, kembalikan setelah kau keluar dari sini dan bisa bekerja untuk mencari uang sendiri," ucap si polisi baik hati, dan kini beranjak pergi meninggalkan keberadaan Airin.
Gadis itu tersenyum penuh arti, sebab ia bersyukur di pertemukan dengan polisi baik hati, yang sebenarnya Airin sendiri belum paham, kenapa Alvian seperduli itu kepadanya. Tapi apapun alasanya, keperdulian Alvian membuatnya mampu bernafas lega, setidaknya ia akan mendapatkan jaminan untuk keluar dari penjara, lebih cepat dari yang seharusnya.
"Mbak ayo kembali!" ajak salah satu polisi bersikap sangat ramah padanya.
"Terima kasih pak," jawabnya dengan senyum sumringah, lalu kembali ke tempatnya dengan hati yang bahagia.
Jika Hani kini sudah berada di tempat yang seharusnya. Berbeda dengan Alvian yang kini justru melajukan mobilnya menuju rumah sakit, polisi tampan itu ingin menemui, Nino dan juga Dini, dua orang yang telah menjebloskan Airin kedalam penjara, sekaligus pembuat luka yang teramat sakit, terhadap gadis malang yang seharusnya kini masih bebas seperti anak gadis lainya.
"Tenang, Rin! Aku akan memberi hak bebas untukmu," ucap Alvian seraya terus memacu kendaraan miliknya.
Sampailah Alvian di rumah sakit dimana Dini di rawat, namun pria tampan tersebut merasa cukup kecewa, sebab Dini sudah pulang dan tidak di rawat lagi di rumah sakit tersebut.
"Huuuuh," ia membuang nafas kasar lalu meraih ponsel miliknya untuk menghubungi seseorang.
"Hallo, pak. Ada apa?" tanya seseorang dari sebrang panggilan telpon.
"Hubungi pelapor saudari Airin, untuk menemuiku besok pagi!" titah Alvian.
"Siap komandan,"
Alvian segera melajukan mobilnya kembali, dan kali ia pun pulang ke rumah, karena ada hal yang harus Alvian lakukan di rumahnya.
"Al, tumben, jam segini sudah ada di rumah?" tanya wanita paruh baya yang juga baru saja pulang dari tempat ia bekerja.
"Iya mah, ada sesuatu yang perlu aku bicarakan. Tapi bukan hanya dengan mama, tapi papa juga," ujar Alvian tanpa basa basi.
"Papamu masih di jalan. Sepenting itukah?" si mama menatap sang anak penuh selidik.
Alvian kini mendudukan tubuhnya di sofa, dan diringi pula oleh sang mama. Anak muda itu menarik nafas panjang sebelum mengutarakan maksud dan tujuanya, untuk berbicara serius dengan si mama juga si papa.
"Sore Al, papa senang sekali, baru saja tiba di rumah ternyata ada jagoan papa," tukasnya lalu menepuk pundak Alvian pelan.
"Ya ampun, pah, biasa aja ih," Alvian menyunggingkan senyum di wajahnya lalu meminta sang papa untuk duduk di sampingnya.
"Ada apa?!" tanya si msma dan si papa bersamaan, keduanya cukup penasaran dengan apa yang akan anaknya sampaikan.
"Bagaimana?"
Alvian menceritakan, kasus yang Airin hadapi, sebuah hal yang tak sengaja gadis itu lakukan. hingga akhirnya ia mendekam dalam penjara. Mirisnya, setelah Alvian menjelajah siapa Airin sebenarnya, membuat Alvian semakin iba, sebab Airin adalah anak dari pengusaha kaya raya bernama Wijaya Bratayuda.
"Maksudmu?" selidik si mama.
"Airin anak orang yang sangat mampu, mah. Tapi kedua orang tuanya memilih untuk tidak perduli lagi denganya," ujar Alvian, yang sebenarnya memiliki maksud dan tujuan menceritakan hal itu kepada kedua orang tuanya.
"Lalu, apa kesimpulanya?" kini si papa yang bertanya.
"Airin, gadis yang papa vonis bersalah 10 hari yang lalu dan ia di tuntut 1 tahun penjara," ungkap Alvian yang membuat si papa berpikir sejenak.
"Astaga, gadis itu ya!" si papa mulai mengingat.
"Iya. Dan, aku menceritkan ini bukan tanpa alasan, tapi ada maksud dan tujuan," jujur Alvian kemudian.
"Apa, tunjuanmu?" si papa dan si mama sama-sama penasaran.
Kedua orang tua Alvian, sama-sama bekerja di dunia perhukuman, si papa adalah seorang jaksa, sedangkan sang mama adalah pengacara.
"Apa maksudmu?" si mama makin penasaran.
"Aku, berbarap, mama bisa menjadi pengacara untuk Airin, dan mendanpingi dia dalam kasus ini. Perkara biaya, biar aku yang membayarnya," jujur Alvian pada sang mama.
"Apa kau serius?" si mama berdecak keheranan.
"Serius mah, jadi aku berharap. Meski Airin akan tetap mendekam dalam penjara, tapi aku harap mama bisa membantunya untuk hal ini, setidaknya masa tahanan Airin bisa lebih di ringankan," jelas Alvian lagi penuh harap.
Sikap Alvian yang begitu perhatian terhadap narapida di tempatnya bekerja, membuat si mama dan si papa saling menatap, kini banyak tanya memenuhi benak keduanya.
"Al. Apa kau menyukai Airin?!" bisik si mama tanpa ragu.
"Haaaaaah......!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Nur Ain
kerana cinta manusia bisa berkorban
2022-08-25
0
*k🎧ki€*
ini ada lagunya. tapi liriknya diganti. bukan 'adikku melanggar hukum' tapi 'aku yang melanggar hukum, calon papa mertua penuntut hukum, calon mama mertua pengacaranya' 🤭
2022-04-22
0
ummu fa
Mampir kynya bagus buat dibaca
2022-02-11
0