Nina tampak berpikir sesaat.
Tadi Kak Felisia memang kelihatan nyaman sama Devan. Tapikan Devan ini anak suaminya dengan wanita lain. Bagaimana ya?
Nina berkata dalam hati.
"Boleh ya Tante," bujuk Devan.
"Tanya aja sama mamamu itu," balas Nina sambil menatap sinis Wilona.
Ini pelayan belagu banget
ucap Wilona kesal dalam hati namun tetap menampilkan senyumnya.
"Kalau Devan senang, gak papa" ucap Wilona.
Bagus juga kalau ini anak pergi. Aku bisa berduaan sama Dafi
kembali Wilona berucap dalam hati dengan senangnya.
"Makasih mama, Devan sayang mama" ucap Devan.
"Sudah ayo cepat kalau mau ikut," ucap Nina bosan melihat wajah Wilona.
"Iya Tante," Devan turun dari kursi.
Saat Devan ingin mengangkat piringnya untuk dibawa ke kamar Felisia, dengan cepat Nina mengambil alih piring itu.
Bagaimanapun dia tidak tega membiarkan Devan yang berusia tiga tahun. Yang pasti tidak biasa mengangkat beban karena anak orang kaya. Dia hanya berpikir Devan bisa terluka jika piring itu jatuh.
"Makasih Tante," ucap Devan.
"Ya," balas Nina datar.
Mereka berdua berjalan menuju kamar Felisia.
"Dafi," panggil Wilona.
Dafi hanya diam tanpa berkata apa apa.
"Terima kasih karena kamu masih mau menerimaku dan mau menikahi ku," ucap Wilona.
"Saya melakukannya hanya demi Devan," balas Dafi datar.
"Tidak masalah. Walaupun hanya demi Devan. Tapi kamu tetap mau menerimaku," ucap Wilona.
"Wilona, saya pernah mencintai kamu dulu. Saya menikahi kamu hanya untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi di malam itu. Saya khilaf dan saya tahu itu. Walaupun terlambat, tapi saya tetap bertanggung jawab. Hanya karena hal itulah saya menikahi kamu," ucap Dafi tegas.
"Ya aku tahu. Bagimu mungkin Devan adalah kesalahan. Tapi bagiku, Devan adalah anugerah terindah yang kudapat," ucap Wilona dengan menampilkan wajah sedih.
Dafi menghembuskan nafasnya kasar.
"Sudahlah, kamu makan saja sendiri. Saya sudah kenyang," ucap Dafi malas berdebat dan langsung pergi begitu saja
"Dafi... Dafi..." teriak Wilona namun tak dihiraukan Dafi.
Prang...
"Ah sial," ucap Wilona kesal setelah melempar sendok yang ada ditangannya.
"Di kantor tidak bisa berduaan. Dan dirumah juga. Menyebalkan," ucap Wilona.
***
Tok tok tok
"Kak, Nina masuk ya" izin Nina.
"Masuk aja Nin," balas Felisia dari dalam.
Nina meletakkan piring ditangannya ke atas meja yang ada di dekat pintu. Lalu dia membuka pintu dan mengambil lagi piring yang dia letakkan. Setelah itu Devan membantu Nina menutup pintu kamar.
Terlihat Felisia yang sedang duduk di jendela dengan sebuah meja kecil dan kertas kertas yang berisi sketsa bertaburan di lantai.
"Eh Devan juga ada," ucap Felisia sambil menunjukkan senyumnya.
"Iya Tante. Devan mau makan malam dengan Tante," ucap Devan.
"Benarkah? Wah... Tante senang mendengarnya," ucap Felisia.
"Kamu duduk dulu di sofa ya. Tante mau bereskan kertas kertas ini dulu," ucap Felisia.
"Iya Tante," ucap Devan dengan mengangguk.
Devan pergi dan duduk di atas sofa dimana didepannya sudah ada tiga piring diatas meja yang telah disiapkan Nina.
"Biar aku bantu kak," ucap Nina.
"Makasih ya Nin," balas Felisia.
Mereka berdua dengan cepat membereskan kertas kertas itu. Dan menyimpannya di tas yang telah disiapkan Nina untuk tempat sketsa Felisia.
"Kak, kakak yakin hanya akan menyimpan sketsa ini. Kakak tidak mau menjualnya ke butik atau mengadaptasikan menjadi baju baju sesungguhnya?" Tanya Nina.
Nina sudah sering sekali menanyakan pertanyaan ini. Bahkan saking seringnya dia sudah lupa sudah berapa kali dia menanyakan itu.
"Sketsa seperti ini tidak akan bisa dijual Nina. Kakak juga menggambar ini hanya karena bosan dan iseng saja. Dan untuk mengadaptasi kan menjadi baju. Kakak tidak ada kemampuan itu," jawab Felisia.
Nina selalu mendapatkan jawaban itu atas pertanyaannya. Namun entah kenapa walau sudah terbiasa dia masih kecewa dengan jawaban itu.
"Ya udah yok, kita langsung makan aja. Kakak dah lapar," ucap Felisia mengalihkan pembicaraan agar Nina tidak terlarut kecewa.
"Ok," balas Nina.
Mereka berdua berjalan ke sofa dan memulai makan malam bertiga.
***
Keesokan harinya.
Felisia seperti biasa bangun dipagi hari. Dia pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Seperti hari hari biasanya Felisia memasak untuk suaminya. Senyum terukir di bibirnya. Ya setiap memasak untuk suaminya dia selalu bahagia.
Tapi tiba tiba...
"Maaf kamu pelayan ya," suara itu seperti menyindir Felisia.
Felisia pernah mendengar suara itu kemarin. Dan dalam seketika senyumnya langsung lenyap.
Dia lupa bahwa ada istri lain dan anak yang dimiliki suaminya.
Bukankah dia sangat bodoh? Bagaimana dia bisa melupakan hal itu!
"Enggak kak, saya Felisia istrinya Kak Dafi," ucap Felisia dengan memaksakan senyum senang dibibirnya.
"Oh maaf, saya pikir kamu pelayan. Karena pakaian dan penampilan mu tidak seperti Nyonya Andhika," sindir Wilona dengan wajah bersalah.
"Tidak apa apa kak," balas Felisia ramah.
"Oh ya biar saya yang lanjutkan memasaknya. Dafi bilang dia sudah rindu makan masakan saya. Haha Dafi memang sangat merindukan dan mencintai saya. Maklum lah saya ini cinta pertamanya. Kami juga sudah berpisah lama. Apalagi ada anak diantara kami. Hubungan kami itu sangat erat dan tidak akan bisa dipisahkan" ucap Wilona dengan santai tanpa perduli dengan perasaan Felisia.
"Ya Kak, Kak Dafi pasti sangat merindukan dan mencintai kakak. Jadi kakak masaklah agar Kak Dafi senang," balas Felisia.
"Saya permisi," ucap Felisia dan pergi dari dapur.
Felisia berjalan agak cepat menuju taman. Dia menghapus air matanya.
"Felisia, kenapa kamu menangis?" Tanya Felisia kepada dirinya sendiri sambil tangannya mengambil alat penyiram tanaman.
Aku tidak ada hak apapun terhadap Dafi. Aku hanya istri diatas kertas, bukan? Dan hubungan kami hanya sebatas untuk kebutuhan saja bukan cinta! Seja dulu aku sudah tahu bahwa Kak Dafi tidak mencintaiku tapi mencintai Wilona. Dan suatu saat Kak Wilona dan Kak Dafi pasti akan bersama karena mereka saling mencintai. Tapi saat hari itu tiba, kenapa? Kenapa hatiku tidak dapat menerimanya? Kenapa hatiku sangat sakit?
Tanya Felisia dalam hati sambil sesekali tangannya menghapus air mata di pipinya karena hatinya yang merasa sakit.
Felisia meletakkan alat penyiram di atas rumput. Dia juga duduk untuk menyingkirkan tanaman liar.
"Mulai sekarang Wilona dan anak kami akan tinggal disini,"
"Kamu, mulai hari ini tidur di kamar tamu saja. Kemasi barangmu,"
"Mamakan pigi sama papa,"
"Papa Mama,"
"Devan, jangan lari lari sayang. Nanti kamu jatuh,"
"Iya ma,"
"Kamu kasih salam sama papa,"
"Selamat datang papa,"
"Iya sayang,"
"Sayang, kamu mandi sana gih. Aku temani Devan dulu. Kamu pasti capek banget kan"
"Iya,"
"Papa mandi dulu ya sayang,"
***
Jangan lupa like dan komen 🤗🤗🤗.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
tri kutmiati
hari gini...istri diperlakukan spt itu kok nurut aja...agak gak nalar sih thor ...ceritanya jd kurang pas ...
2024-07-04
0
Amanda Ayunda
mungkin bukan anak kandung nya
2022-06-11
0
Kod Driyah
kyanya Devan bkn anakny Davi cm di jebak sm wanita ular
2022-06-05
1