BC:SAM #2

Setelah selesai menatap kamar itu, Felisia keluar dengan koper ditangannya.

"Kak Felis? Kenapa kakak malah membawa barang barang kakak keluar kamar?" Tanya Nina yang melihat Felisia turun dengan koper.

"Tidak ada. Hanya saja kamar itu akan ditempati orang lain. Tidak mungkin Kakak menganggu orangkan," ucap Felisia dengan lembut.

"Sudahlah, lupakan saja. Apa mereka sudah makan?" Tanya Felisia sambil berjalan ke kamar tamu.

"Iya, mereka lagi makan" jawab Nina dengan nada benci dan tetap mengikuti Felisia.

"Ya sudah, kamu layani saja mereka dulu. Kakak akan membereskan barang barang kakak sebelum mereka siap makan," ucap Felisia sambil menepuk pelan bahu Nina.

"Kak Felisia. Kakak kenapa sih? Tuan Dafi itu suami kakak. Kakak yang paling berhak atas tuan. Jangan biarkan Tuan Dafi terus bersama wanita itu kak," nasehat Nina ketika mereka sudah masuk ke dalam kamar tamu.

"Hak apa yang ku punya Nina? Hak istri? Sejak kapan dia menganggap ku sebagai istrinya? Tidak pernah Nina! Aku hanyalah wanita yang menemaninya tidur. Bukan wanita yang akan menjadi ibu dari anaknya dan menemaninya sampai akhir," ucap Felisia sambil duduk lesu diatas kasur.

"Tapi kak, jangan lupa. Nyonya besar tidak akan pernah membiarkan Tuan Dafi dan wanita ular itu bersama. Nyonya besar hanya akan mendukung dirimu kak. Jangan pesimis," ucap Nina.

Felisia tersenyum mendengar kata kata penyemangat Nina. Dia bisa bertahan disini karena ada Nina yang selalu bersamanya. Jika tidak mungkin dia akan selalu mengurung diri di kamar dan berdiam selama satu harian.

"Terima kasih Nina, kalau tidak ada kamu. Mungkin aku tidak akan bisa bertahan dirumah ini," ucap Felisia sambil memeluk Nina dan menangis.

"Kak, kenapa kakak malah menangis?" Tanya Nina khawatir dan ingin melepaskan pelukan Felisia untuk melihat wajah Felisia.

"Biarkan aku memelukmu Nina. Aku butuh sandaran," ucap Felisia masih dengan sesegukan.

Nina membiarkan Felisia memeluknya sangat erat. Setelah hidup bersama selama tiga tahun. Ini pertama kalinya Nina melihat Felisia menangis.

Bukankah itu berarti kejadian ini sangat menyakitkan baginya?

"Nina, sejak dulu keadaan mengharuskanku untuk disiplin dan mandiri. Dulu keadaan itu juga memaksaku untuk tidak menunjukkan kesedihanku. Aku tidak berani menangis karena jika aku menangis adik adik panti lainnya akan ikut sedih," curhat Felisia.

"Dari dulu aku tidak pernah mendapat kasih sayang. Ibu panti juga tidak terlalu memperhatikan ku karena sibuk dengan anak anak yang lain. Dan saat grandma menemuiku dulu. Aku sangat bahagia. Karena beliau memberikan kasih sayang yang selama ini aku dambakan. Saat dia ingin menikahkan ku dengan cucunya aku terima. Karena aku pikir itu yang terbaik. Aku hanya ingin hidup bahagia bersama suamiku. Dan untukku itu aku sudah berusaha, tapi usahaku sia sia, Nina" ucap Felisia.

Nina mengelus punggung Felisia sayang. Dia tahu sakitnya yang diderita Felisia. Karena dia juga hidup tanpa kasih sayang dan menjadi tulang punggung diumur 8 tahun. Itu karena dia memiliki seorang adik yang harus dia nafkahi sendiri.

"Kakak harus kuat ya. Dirumah ini hanya ada satu nyonya rumah, yaitu kakak. Tidak bisa menjadi dua atau digantikan oleh siapapun. Dimata hukum dan agama kakaklah satu satunya istri sah Tuan Dafi," ucap Nina mengingatkan Felisia.

Felisia mengangguk.

"Ya sudah, kamu keluarlah. Layani mereka. Kakak akan menyusun pakaian kakak dulu," ucap Felisia akhirnya.

Nina mengangguk dan pergi.

Untuk apa aku menjadi istrinya, Na? Hatinya bukan milikku, hatinya ada bersama wanita lain. Tidakkah aneh jika aku memamerkan diriku yang adalah istrinya tapi tidak pernah mendapatkan cintanya?

Ucap Felisia membatin.

***

Sore hari

Felisia sedang berada di taman sedang memetik bunga disana. Itu adalah salah satu caranya untuk mengalihkan pikirannya dari kejadian tadi siang.

"Bunga bunga ini sangat indah," puji Felisia sambil memetik bunga gardenia untuk diletakkan di kamarnya.

Bunga gardenia melambangkan kemurnian dari sebuah cinta dan kebaikan. Cinta Felisia murni dan kebaikan nya juga murni. Jadi bunga ini cocok dengan Felisia bukan?

Tak...

Felisia tiba tiba terkejut saat mendengar suara benda yang dilempar tepat didepannya.

Seorang bocah kecil berlari dengan kakinya yang kecil.

"Tante tante, bisa ambil bolaku?" Tanya bocah itu kepada Felisia. Ya dialah Devan.

Sesaat Felisia mematung karena Devan memegang celananya.

Apapun yang terjadi anak ini tidak tahu apa apa Felisia. Dia hanya anak anak

ucap Felisia mengingati dirinya sendiri.

Felisia mengangguk. Ia memasukkan tangannya kedalam tumbuhan bunganya karena bola Devan masuk ke dalam.

Setelah Felisia mendapat bola itu, dia mengeluarkan tangannya.

"Ini bolanya," ucap Felisia menyerahkan bola kecil itu.

Devan mengambilnya lalu berkata, "telimakasih tante."

"Sama sama. Oh ya kamu main sama Mama kamu ya?" Tanya Felisia.

Devan menggeleng.

"Mamakan pigi sama papa," ucap Devan.

Felisia tersenyum pilu. Mama, Papa, dan anak. Sebenarnya siapa yang menjadi pengganggu disini? Dia atau Mama Devan. Hati Felisia sakit.

"Oh ya, jadi Devan main sama siapa?" Tanya Felisia.

"Devan main sendili," jawab Devan.

"Oh, apa tante bisa ikut main bareng Devan?" Tanya Felisia.

"Tante mau main sama Devan?" Tanya Devan dengan mata berbinar binar.

"Mau," jawab Felisia sambil mengangguk.

"Yey," bocah berusia tiga tahun itu loncat loncat kegirangan.

"Akhilnya ada yang mau main sama Devan," ucap bocah kecil itu.

Mendengar kata kata itu, Felisia sontak terkejut. Apa selama ini bocah ini tidak pernah bermain dengan siapapun?

"Devan, boleh tante bertanya sesuatu?" Tanya Felisia.

Devan mengangguk.

"Apa tante?" Tanya Devan.

"Apa selama ini Mama Devan tidak pernah bermain dengan Devan?" Tanya Felisia.

Devan menunduk sedih.

"Iya, tante. Kata mama, mama sibuk. Jadi gak ada waktu main baleng Devan," ucap Devan sedih.

Felisia iba melihat anak itu. Dia seperti melihat dirinya didalam diri anak itu. Kesepian!

"Ya sudah, Devan jangan sedih ya. Devan main bareng tante aja. Ayo kita main," ajak Felisia.

Devan mengangguk.

Felisia menggandeng tangan Devan masuk ke dalam rumah. Dia membawa Devan ke kamarnya.

"Devan duduk disini sebentar ya," ucap Felisia setelah meletakkan Devan di atas sofa.

Devan mengangguk.

Felisia berjalan kearah lemarinya. Dia mencari sesuatu. Setelah mendapat apa yang dia cari, dia mengambil dan membawanya untuk diperlihatkan kepada Devan.

"Devan, tante punya puzzle. Kita bisa main ini ya," ucap Felisia sambil menunjukkan puzzle sederhana yang dia punya.

"Puzzle? Devan suka puzzle," ucap Devan bahagia.

"Syukurlah kalau Devan bahagia," ucap Felisia ikut bahagia.

"Iya, dulu Devan punya banyak mainan. Devan juga punya puzzle tapi Devan udah bosan main puzzle Devan. Kalena semuanya mudah mudah," ucap Devan.

***

Jangan lupa like dan komen 🤗🤗🤗.

Terpopuler

Comments

Kod Driyah

Kod Driyah

Devan anaknya Wilona

2022-06-05

0

Suzhy

Suzhy

up

2022-02-28

1

Sulati Cus

Sulati Cus

naik level emosi mendengar cerita Devan

2022-02-10

1

lihat semua
Episodes
1 BC:SAM #1
2 BC:SAM #2
3 BC:SAM #3
4 BC:SAM #4
5 BC:SAM #5
6 BC:SAM #6
7 BC:SAM? #7
8 BC:SAM? #8
9 BC:SAM? #9
10 BC:SAM? #10
11 BC:SAM? #11
12 BC:SAM? #12
13 BC:SAM? #13
14 BC:SAM? #14
15 BC:SAM? #15
16 BC:SAM? #16
17 BC:SAM? #17
18 BC:SAM? #18
19 BC:SAM? #19
20 BC:SAM? #20
21 BC:SAM? #21
22 BC:SAM? #22
23 BC:SAM?#23
24 BC:SAM? #24
25 BC:SAM? #25
26 BC:SAM? #26
27 BC:SAM? #27
28 BC:SAM? #28
29 BC:SAM? #29
30 BC:SAM? #30
31 BC:SAM? #31
32 BC:SAM? #32
33 BC:SAM? #33
34 BC:SAM? #34
35 BC:SAM? #35
36 BC:SAM? #36
37 BC:SAM? #37
38 BC:SAM? #38
39 BC:SAM? #39
40 BC:SAM? #40
41 BC:SAM? #41
42 BC:SAM? #42
43 BC:SAM? #43
44 BC:SAM? #44
45 BC:SAM? #45
46 BC:SAM? #46
47 BC:SAM? #47
48 BC:SAM? #48
49 BC:SAM? #49
50 BC:SAM? #50
51 BC:SAM? #51
52 BC:SAM? #52
53 BC:SAM? #53
54 BC:SAM? #54
55 BC:SAM? #55
56 BC:SAM? #56
57 BC:SAM? #57
58 BC:SAM? #58
59 BC:SAM? #59
60 BC:SAM? #60
61 BC:SAM? #61
62 BC:SAM? #62
63 BC:SAM? #63
64 BC:SAM? #64
65 BC:SAM? #65
66 BC:SAM? #66
67 BC:SAM? #67
68 BC:SAM? #68
69 BC:SAM? #69
70 BC:SAM? #70
71 BC:SAM? #71
72 BC:SAM? #72
73 BC:SAM? #73
74 BC:SAM? #74
75 BC:SAM? #75
76 BC:SAM? #76
77 BC:SAM? #77
78 BC:SAM? #78
79 BC:SAM? #79
80 BC:SAM? #80
81 BC:SAM? #81 (END)
82 Kisah Dyla Telah Rilis!!!
83 Apa Salahku Sampai Dibuang?
Episodes

Updated 83 Episodes

1
BC:SAM #1
2
BC:SAM #2
3
BC:SAM #3
4
BC:SAM #4
5
BC:SAM #5
6
BC:SAM #6
7
BC:SAM? #7
8
BC:SAM? #8
9
BC:SAM? #9
10
BC:SAM? #10
11
BC:SAM? #11
12
BC:SAM? #12
13
BC:SAM? #13
14
BC:SAM? #14
15
BC:SAM? #15
16
BC:SAM? #16
17
BC:SAM? #17
18
BC:SAM? #18
19
BC:SAM? #19
20
BC:SAM? #20
21
BC:SAM? #21
22
BC:SAM? #22
23
BC:SAM?#23
24
BC:SAM? #24
25
BC:SAM? #25
26
BC:SAM? #26
27
BC:SAM? #27
28
BC:SAM? #28
29
BC:SAM? #29
30
BC:SAM? #30
31
BC:SAM? #31
32
BC:SAM? #32
33
BC:SAM? #33
34
BC:SAM? #34
35
BC:SAM? #35
36
BC:SAM? #36
37
BC:SAM? #37
38
BC:SAM? #38
39
BC:SAM? #39
40
BC:SAM? #40
41
BC:SAM? #41
42
BC:SAM? #42
43
BC:SAM? #43
44
BC:SAM? #44
45
BC:SAM? #45
46
BC:SAM? #46
47
BC:SAM? #47
48
BC:SAM? #48
49
BC:SAM? #49
50
BC:SAM? #50
51
BC:SAM? #51
52
BC:SAM? #52
53
BC:SAM? #53
54
BC:SAM? #54
55
BC:SAM? #55
56
BC:SAM? #56
57
BC:SAM? #57
58
BC:SAM? #58
59
BC:SAM? #59
60
BC:SAM? #60
61
BC:SAM? #61
62
BC:SAM? #62
63
BC:SAM? #63
64
BC:SAM? #64
65
BC:SAM? #65
66
BC:SAM? #66
67
BC:SAM? #67
68
BC:SAM? #68
69
BC:SAM? #69
70
BC:SAM? #70
71
BC:SAM? #71
72
BC:SAM? #72
73
BC:SAM? #73
74
BC:SAM? #74
75
BC:SAM? #75
76
BC:SAM? #76
77
BC:SAM? #77
78
BC:SAM? #78
79
BC:SAM? #79
80
BC:SAM? #80
81
BC:SAM? #81 (END)
82
Kisah Dyla Telah Rilis!!!
83
Apa Salahku Sampai Dibuang?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!