Seperti biasa Almahyra bangun pagi untuk membantu Mita menyiapkan sarapan. Meskipun sedang hamil dia tidak ingin bermalas-malasan. Beruntung dia tidak mengalami mual seperti ibu hamil kebanyakan.
Tidak mual bukan berarti tanpa keluhan sama sekali, Almahyra sering sekali mengalami pusing dan berkeringat. Terkadang badannya sangat lemas dan mengantuk. Dia juga mudah lelah.
"Non Al istirahat aja. Biar saya yang menyelesaikannya. Kan cuma tinggal nggoreng ayam sama menata semua di atas meja," ucap Mita. Dia kasihan melihat Almahyra beberapa kali memijat pelipisnya.
"Nggak papa, Mbak. Cuma sedikit pusing aja kok." Almahyra tetap membantu memindahkan masakan ke dalam wadah.
"Ya sudah, kalau nggak tahan Non Al istirahat, ya." Mita menyerah membujuk majikannya.
"Iya, Mbak. Makasih banget dah perhatian sama aku." senyum manis tersungging di wajah cantik Almahyra.
Kehamilan Almahyra membuat aura kecantikannya semakin terpancar. Badannya terlihat lebih berisi dan kulitnya yang putih semakin cerah. Pesonanya membuat Kenzo semakin menyayanginya.
Beberapa hari ini Mona selalu bangun lebih pagi. Dia menyuruh Almahyra membuatkannya sarapan yang dia suka. Tapi bukannya di makan, Mona malah membuangnya ke tempat sampah. Tidak jarang dia mengacak-acak masakan Almahyra di atas meja. Bahkan Mona tak segan menghamburkannya di lantai. Mona sangat senang menindas Almahyra. Itulah yang selalu dilakukan Mona satu minggu ini setelah tahu dia di poligami.
Derap suara sepatu pantofel Mona memecah keheningan pagi. Almahyra mencoba bersikap biasa. Dia tak ingin mengingat perlakuan buruk Mona padanya.
"Pagi Kak Mona!" sapa Almahyra ramah.
"Pagi pelakor!" Mona menarik kursi di ruang makan lalu duduk menyilangkan kaki.
Almahyra tetap tersenyum meskipun panggilan itu sangat menyakitkan baginya.
Mona menatap tajam Almahyra. Dia sedang memikirkan ide untuk mengerjainya pagi ini. Mona merasa ada yang kurang jika tidak meluapkan kebenciannya pada Almahyra sehari saja.
"Heh, buatkan aku nasi goreng seafood pedas! Harus pedes banget! Dan satu lagi, jus pare tanpa gula. Buruan nggak pakai lama!"
"Baik, Nyonya!" jawab Mita.
"Aku nggak nyuruh kamu! Aku nyuruh wanita nggak tau diri itu." Mona memelototi Mita.
"Tunggu sebentar, Kak!" Almahyra melaksanakan perintah Mona. Kebetulan di kulkas sudah ada seafood olahan yang siap pakai. Tangannya yang terampil memasak begitu lincah memainkan alat dapur.
Dalam waktu singkat, menu pesanan Mona sudah siap. Mita merasa iba melihat Almahyra yang terlihat sangat lelah dan berkeringat. Beberapa kali dia mengelap keringat di dahinya dengan tisu. Sementara Mona duduk santai sambil bermain ponsel.
"Ini Kak." Almahyra meletakkan nampan berisi sepiring nasi goreng dan jus pare di hadapan Mona.
"Hmm." Mona memasukkan ponselnya ke dalam tas.
Almahyra berjalan menuju kursi yang ada di seberang Mona duduk.
"Ini apaan? Hambar sekali rasanya. Huhh haaahhh! Byuuuurrr!" Mona kepedasan dan menyemburkan jus pare yang dia minum ke muka Almahyra.
Muntahan nasi goreng pedas bercampur jus pare membasahi rambut, wajah, dan tubuh Almahyra bagian depan. Belum puas dengan itu Mona datang menghampiri Almahyra.
"Heh, pelakor! Kamu sengaja mau bunuh aku kan? Biar kamu jadi satu - satunya nyonya di rumah ini. Jangan mimpi!"
Byurrr!
Mona menyiramkan sisa jus pare yang tadi dia minum.
"Makan ini!" Mona kembali menyodorkan nasi goreng seafood super pedas pesanannya tadi untuk Almahyra.
Almahyra menggeleng. Almahyra tidak suka pedas. Apalagi nasi goreng ini pasti sangat pedas.
"Kenapa? Ayo buruan makan!" bentak Mona.
"Aku nggak bisa makan itu, Kak," ucap Almahyra lirih. Matanya terasa pedih terkena semburan Mona dan guyuran jus pare.
"Nggak bisa makan, ya? Biar aku suapin!" Mona menyendok nasi goreng sampai manjung lalu menyuapkannya ke mulut Almahyra.
"Buruan buka mulutnya!" Mona sangat ingin memaksa membuka mulut Almahyra dengan tangannya, tapi dia merasa jijik saat melihat muka Almahyra belepotan dan kotor karena ulahnya tadi. Mona tidak kehabisan ide, dia menarik rambut Almahyra dengan tangan kirinya.
"Aahh, sakit Kak... " lheep sesendok nasi goreng pedas masuk ke mulut Almahyra.
Tidak berhenti sampai di situ. Mona kembali menyendok nasi goreng untuk dijejalkan ke mulut Almahyra.
Mita diam-diam pergi dari ruang makan dan melaporkan kekejaman Mona pada Kenzo.
Muka Almahyra sudah memerah. Mulutnya penuh dengan makanan pedas yang tidak berani dia kunyah. Tenggorokannya terasa kering dan panas. Dia berusaha keras agar tidak terbatuk.
"Mona!" teriak Kenzo yang muncul tiba-tiba.
Mona menghentikan aktifitasnya. Dengan santainya dia pergi ke wastafel untuk mencuci tangannya.
Almahyra sudah tidak tahan lagi dia memuntahkan nasi goreng pedas di mulutnya ke tempat sampai. Napasnya megap - megap menahan pedas. Dia terbatuk dan kesulitan bernapas.
Kenzo sangat khawatir. Dia sangat tahu jika Almahyra tidak bisa makan pedas. Dia tidak mau berpura-pura lumpuh lagi. Kenzo meninggalkan kursi rodanya dan buru-buru mengambilkan segelas susu untuk Almahyra yang meringkuk lemas di dekat tempat sampah.
"Ken, kamu?" Mona menatap Kenzo tak percaya.
Setelah meminum habis susunya. Almahyra merasa sedikit lebih baik. Tanpa mempedulikan keheranan Mona dan Almahyra, Kenzo mengangkat tubuh Almahyra dan membawanya ke kamarnya.
Mona berjalan mengikutinya. Dia merasa di bohongi dan dihianati oleh Kenzo. Dia berpikir Kenzo yang salah dan dia benar dalam hal ini. Mona ingin membuat perhitungan dengan Kenzo dan Almahyra.
Kenzo langsung membawa Almahyra ke kamar mandi miliknya. Dia membantu Almahyra membersihkan diri. Dia tidak peduli pada Mona yang terus berteriak di luar pintu dengan sumpah serapahnya.
Almahyra keluar dari kamar mandi memakai bathrobe milik Kenzo. Sedangkan Kenzo bertelanjang dada karena bajunya basah setelah membantu Almahyra bersih-bersih.
"Kamu bisa jelaskan ini, Ken? Sejak kapan kamu sembuh. Kenapa kalian bersekongkol untuk membohongiku?" Mona mencengkram kedua lengan Kenzo. Matanya melotot melihat Almahyra.
"Al tidak tahu apa-apa," ucap Kenzo sebelum Mona kembali menyerang Almahyra.
"Kamu tega Ken. Kamu brengsek. Aku menyesal menikah denganmu." Mona tersadar dengan ucapannya. Ada yang salah. Bukankah dulu dia yang mengejar Kenzo.
"Bagus kalau kamu menyesal. Kamu bisa pergi dari hidupku. Kamu bisa berbuat semaumu. Dan jangan lupa, cari laki-laki yang tidak menuntutmu untuk memberinya anak." Kenzo melepaskan tangan Mona.
"Bukan begitu Ken, aku terbawa emosi. Aku janji aku tidak akan meminum pil itu lagi. Aku akan memberimu anak. Tapi ku mohon tinggalkan dia!" telunjuk Mona mengarah pada Almahyra.
"Nggak akan. Dia juga istriku. Bahkan dia hadir di hidupku jauh sebelum aku bertemu kamu."
"Kenapa harus dia, Ken? Apa kamu selama ini menduakanku?" Mona masih dikuasai emosi.
"Pikir saja kelakuanmu selama ini, Mona. Apa aku kurang sabar menghadapimu? Apa kamu pikir aku akan berpikir untuk menikah lagi jika kamu nggak meminum pil kontrasepsi dan belajar menjadi istri yang melayaniku dengan baik?"
"Aku sudah berusaha, Ken. Bukankah aku selalu memanjakanmu. Bahkan tanpa kamu minta sekalipun. Apa kamu kurang puas?"
"Urusan suami istri bukan hanya di atas ranjang saja, Mona. Aku yakin sebelum menikah denganku pun kamu sudah lihai melakukannya."
Mona terdiam. Dia memang sudah tidak perawan ketika menikah dengan Kenzo. Posisinya kini benar-benar terancam. Dia harus melakukan sesuatu untuk membuat Kenzo kembali menerimanya.
"Ken, maafkan aku. Aku melakukan semua ini karena aku terlalu mencintaimu. Aku janji tidak akan minum pil kontrasepsi lagi." Mona menangis di bawah kaki Kenzo.
"Bangunlah, Mona!" Kenzo paling tidak tahan melihat wanita menangis. Bagaimanapun Mona masih berstatus sebagai istrinya.
"Berjanjilah kau memaafkanku, Ken!" tangan Mona masih memeluk kaki Kenzo.
"Aku akan memaafkanmu jika kamu nggak mengganggu dan menganiaya Al lagi!" ucap Kenzo tegas.
"Iya, Ken. Aku nggak akan menyakitinya lagi. Al, maafkan aku." Mona pura-pura meminta maaf pada Almahyra padahal hatinya berkata lain.
Kenzo dan Almahyra saling pandang.
"Iya, Kak Mona. Aku juga minta maaf. Aku permisi dulu mau ganti baju." Almahyra berjalan meninggalkan kamar Kenzo.
Mona berdiri lalu memeluk Kenzo. Dia tidak ingin pergi ke rumah sakit hari ini. Dia harus berusaha mendapatkan perhatian Kenzo lagi.
"Menyingkirlah! Aku mau ambil baju dulu." Kenzo melepaskan pelukan Mona. Dia masih bersikap dingin padanya.
"Sayang, mulai hari ini jangan tidur di kamar ini lagi, ya." Mona mengekor Kenzo ke mana dia berjalan.
"Kamu kan sudah nyaman tidur sendiri," jawab Kenzo acuh.
"Aku kan sudah menerima kehadiran Al. Harusnya kamu bersikap adil. Kamar kamu dan Al di sini berdekatan. Kamu pasti sengaja ingin melupakanku." Mona menggunakan airmatanya untuk meluluhkan Kenzo.
"Iya... iya... Tapi biarkan barang - barangku di sini." Kenzo enggan berdebat dengan Mona.
"Terimakasih, Sayang." Mona bergelayut manja di lengan Ken menuju ruang makan.
Mereka melanjutkan sarapan yang sempat tertunda karena insiden tadi. Almahyra sudah berada di sana lebih dulu. Dia menghangatkan kembali masakan yang sudah dingin. Sesekali dia melirik Mona yang bersikap sok perhatian dan terkesan berlebihan pada Kenzo.
Almahyra mencoba bersikap biasa dan melakukan aktifitasnya seperti biasanya. Dia memberi ruang untuk Kenzo bersama Mona. Sebagai wanita biasa, Almahyra tidak memungkiri jika rasa cemburu itu ada. Tapi dia juga harus ikhlas karena sejak awal dia tahu ini pasti akan terjadi.
Hari - hari berlalu dengan damai tanpa keisengan Mona. Almahyra memilih menghabiskan waktunya di kamar. Jika tidak membuat sketsa dia membaca artikel seputar ibu hamil.
Setelah berbaikan dengan Kenzo, Mona selalu menempel padanya. Dia mengambil cuti tahunannya hanya untuk mendekati Kenzo lagi. Dia berusaha keras agar secepatnya bisa hamil.
Kenzo yang sudah mati rasa pada Mona, sangat sulit untuk melakukan hubungan suami istri dengannya. Kenzo kehilangan gairahnya pada Mona. Dia terlalu mencintai Almahyra meskipun saat ini Almahyra belum bisa melayaninya di atas ranjang.
Mona tidak kehilangan akal. Sebagai seorang dokter dia tahu apa yang harus dia lakukan. Tanpa sepengetahuan Kenzo, Mona menukar suplemen vitamin yang biasa Kenzo minum dengan obat afrodisiak. Dengan cara ini dia berhasil melepaskan kerinduannya pada Kenzo.
Sebenarnya Kenzo yang juga seorang dokter mengetahui ulah Mona. Dia sengaja membiarkannya. Dengan begitu dia bisa memberikan nafkah batin pada Mona.
Setiap kali berhubungan dengan Mona, yang terbayang di mata Kenzo adalah Almahyra. Tanpa dia sadari pun dia sering menyebut namanya. Mona yang merasa sebal, membuat banyak tanda di tubuh Kenzo agar Almahyra melihatnya. Dengan begitu dia berharap Almahyra akan cemburu dan pelan-pelan mundur dari pertarungan cintanya.
****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sunarti
wiih dsr Mona yg tak tau malu
2023-01-15
1
Juan Sastra
bukan tidak mungkin selama kenzo pura pura lumpuh mona berhubungan dengan lelaki lain
2022-06-25
1
bunda fz
semNgat Al
2021-12-25
1