Bab 4

Aku bangkit berdiri sambil tersenyum kecil. Dunia novel bahkan lebih kejam dari dunia nyata. Satu kakiku melewati pagar pembatas, kemudian satu lagi. Lalu tanganku yang masih berpegang pada pagar pembatas terlepas. Tidak. Aku yang sengaja melepaskannya.

Selamat tinggal. Aku tak mau menjadi penjahat menyedihkan di dunia ini. Kumohon kembalikan aku ke tempat asalku.

Tubuhku meluncur begitu cepat ke bawah, membuatnya menghantam udara yang seketika berubah setajam silet. Begitu dingin, menyakitkan, mengiris-ngiris kulit, membekukan hingga ke tulang belulangku. Aku memejamkan mata saat hampir mencapai tanah. Ini dia. ini rasa sakitnya—

Bruk!

Rasanya sakit sekali. Tubuhku hancur menjadi jutaan keping. Berserakan. Bertumpah ruah. Aku bergerak gelisah. Gelagapan dan langsung membuka mata. Angin dingin menerpa tengkukku. Helai-helai rambut terurai terbang menutupi pandangan mataku. Mataku melirik ke bawah, jalanan yang padat kendaraan terlihat. Ketika mendongak, hamparan kerlap-kerlip lampu yang kulihat tadi tampak kembali.

“Apa-apaan ini?” Aku melihat sekeliling. Ini masih atap gedung kantorku.

“Apa aku tadi cuma mimpi? Tapi kenapa rasanya sangat nyata?”

Lalu bagaimana dengan rasa sakit yang kurasakan tadi. Yang menghantam keras dan menghancurkan seluruh tubuhku. Kupejamkan mata erat-erat.

“Jadi seperti ini cara yang kalian pilih?” jeritku marah menatap langit jauh. Rasanya mereka sedang menertawakanku sekarang. Mereka pasti berpikir telah menang dan bisa mengendalikan hidupku sesuka hati mereka.

Tidak akan.

Itu tidak akan pernah terjadi.

Sekali lagi, aku melepaskan pegangan di tembok pembatas. Meluncur kembali menuju—

Tempat yang sama lagi.

Berhentilah! Tak ada gunanya melawan.

Kotak misi muncul kembali. Ini pertama kalinya benda itu muncul tanpa memberikan perintah.

“Jika kalian bisa bersikap seenaknya aku juga akan bersikap begitu.”

Aku terus-terusan melakukan hal tersebut. Di percobaan yang ketiga belas kotak tersebut muncul kembali.

Catherine, berhenti! Kau hanya menyiksa dirimu sendiri dengan bertindak begitu.

“Apa pedulimu? Bukankah kalian memang sangat ingin menghancurkanku? Aku lebih baik mati sekarang daripada mati setelah menjadi penjahat bodoh seperti yang kalian harapkan,” tegasku. “Kenapa? Apa kalian takut aku benar-banar mati dan tidak bisa dimanfaatkan lagi?”

Baiklah. Sekarang apa maumu?

Aku tercenung sejenak membaca balasan tersebut. Tak biasanya kotak itu mau bernegoisasi lebih dulu.

“Keluarkan aku dari sini! Kembalikan aku ke rumahku.”

Hal itu tidak mungkin. Begini saja, identitasmu akan diubah.

“Apa maksudnya mengubah identitas itu?”

Mendadak beberapa data diri terpampang di layar kotak tersebut.

Shania Suherman, protagonis wanita, pegawai magang yang sangat rajin di kantornya, baik dan mempunyai sifat lemah lembut.

Tony Lesmana, aktor terkenal tunangan Catherine Wijaya. Jatuh cinta pada Shania Suherman dan akan melakukan apa saja untuk protagonis wanita. Namun sering tak bisa berbuat banyak untuk melindungi Shania karena Catherine adalah pemimpin perusahaan.

Catherine Wijaya, CEO agensi hiburan WJ Entertainment yang arogan.

Aku masih tak mengerti. “Apa maksud tulisan-tulisan itu?”

Catherine, identitasmu telah diperbarui. Sekarang kau bukan lagi perusak hubungan antara protagonis wanita dan protagonis pria.

Ini sulit dipercaya, tapi aku tersenyum. Aku sama sekali tak menyangka akan seperti ini. jujur saja aku melompat bukan untuk membuat kotak sialan itu prihatin dan mengasihaniku. Tapi jika akhirnya dia kasihan ya bagus juga. Aku jelas tak bisa terus-menerus melompat dan menahan semua rasa sakit yang kuperoleh karena melawan.

“Memangnya apa identitasku yang sebelumnya? Bukankah dari awal aku sudah menjadi seorang CEO?”

Jawabannya muncul mendadak.

Catherine Wijaya, cinta mati pada Tony Lesmana. Akan melakukan apa pun untuk mendapatkan cinta protagonis pria. Iri dan cemburu berat melihat protagonis wanita yang baik hati membuat Tony Lesmana jatuh cinta.

Apa perlu kata “wanita yang baik hati” itu ditulis di sana?

“Ini sih bukan diganti, tapi hanya sifat burukku saja yang dihilangkan.”

Jadi kau tidak mau?

Aku buru-buru tertawa. “Tentu saja aku mau.”

Kalau begitu turunlah dari sana.

Wah, kotak ini sekarang jadi sangat cerewet. Tapi aku akan menurut. Dengan perasaan lebih ringan aku melewati tembok pembatas dan kembali di atap gedung—tak bergelantungan seperti monyet lagi.

Aku membenahi pakaian dan rambutku yang awut-awutan. Yang membuatku yakin bahwa aku memang sempat melompat dari atas gedung ini. Dengan perasaan cemas aku menoleh ke belakang kembali. Ludahku terasa serat saat diteguk. Membayangkan aku benar-benar melompat dari atas sini benar-benar menyeramkan. Tak kusangka tadi aku berani melakukannya.

Sekarang aku mengerti. Orang-orang yang berniat bunuh diri itu pastilah sudah amat tertekan. Pikiranmu tak lagi berjalan dengan semestinya. Namun jika seseorang datang dan mengembalikan sedikit saja kewarasan yang dia punya, tak akan ada orang yang mau sampai melakukannya.

Sebab hal itu sangat menakutkan. Sekarang pun tubuhku masih gemetaran.

Setelah menguatkan diri aku berniat kembali ke kantor. Entah sudah berapa lama aku berada di luar sini. Dahi mulus Keegan bisa mulai berkerut jika aku ikut membuat masalah di saat seperti ini.

Sebuah layar muncur lagi di depanku. Aku belum mendongakkan kepala.

Katanya tadi tidak akan membuatku menjadi perusak hubungan antara dua burung yang sedang jatuh cinta itu, kenapa sekarang muncul lagi?

Aku ditipu?

Dadaku serasa diremas-remas. Sistem novel ini mempermainkanku. Mereka menawarkan janjinya seperti itu hanya untuk membuatku menurut.

Dengan marah aku bersiap untuk menyemprot—“

Katakan, “Nona, kamu berhasil menarik perhatianku,” pada Shania nanti.

Anying.

“Apa maksud dialog ambigu ini?” jeritku pada layar tersebut. Yang kalau orang lain melihat, pasti aku dikira gila bicara sendiri di tengah malam sambil gelap-gelapan begini. Namun sialnya kotak itu tidak memberikan jawaban.

“Hei, kau gak mau jawab?”

Masih hening. Layar tak kunjung berganti memberikan jawaban.

“Hei!!!”

Mendadak pintu menuju atap terbuka dan Keegan masuk ke dalam.

“Ternyata Ibu di sini? Saya cari-cari dari tadi?” Orang itu mendekat dengan raut khawatir.

Aku merubah sikapku menjadi formal kembali. Kuharap dia tak melihatku yang menjerit-jerit pada udara malam tadi.

“Ada apa, Kee? Saya agak pusing jadi sedikit mencari udara segar di sini.”

"Ibu pasti stres artis Ibu berulah, dan perempuan itu malah bikin Ibu digosipkan sama karyawan-karyawan lain.” Meski kata-katanya menunjukkan kekhawatiran, tapi wajah Keegan tak tampak seperti itu. Kuyakin dia berkata begitu hanya basa-basi untuk atasan.

“Gak apa. Ini memang risiko yang harus dihadapi orang seperti saya.”

“Benar Ibu gak apa? Tapi gara-gara perempuan itu Ibu dijelek-jelekkan orang kantor.”

“Itu bukan salah dia. Memang saya yang gak sengaja menumpahkan kopi di bajunya, dan ditambah dengan sikap saya selama ini, wajar orang-orang salah paham.”

“Baiklah kalau Ibu bicara begitu," ucapnya. “Dan Bianca besok setuju untuk menemui Ibu. Dia akan menyelesaikan masalah ini sebaik-baiknya.”

Aku mendesah kembali. “Baik, atur pertemuan dengan Bianca besok.”

***

Sejak berada di dalam mobil aku sudah tidak tenang. Sejak semalam kotak misi itu terus menghantuiku. Dia tak kunjung hilang. Bersinar sepanjang malam di depan tempat tidurku. Saat jatuh tertidur aku bermimpi dikejar-kejar kotak tersebut hingga jatuh ke tebing, menghantam batu dan pingsan dengan kepala berdarah-darah.

“Ibu gak apa-apa?” tanya Keegan saat kami berjalan menuju ruang rapat.

“Kalau Ibu merasa gak sehat, rapatnya bisa kita undur.”

“Gak usah. Mereka juga sudah menunggu kita kan?”

Beberapa langkah sebelum ruang rapat aku melihat Shania. Gadis itu membawa banyak kertas fotokopi yang sepertinya adalah materi rapat kali ini. Beberapa saat kemudian ia keluar kembali.

“Shania!” panggilku. Ini dia. Meski menjijikkan, ini masih lebih baik dibanding menjahatinya.

“Iya, Bu.” Gadis itu berlari mendekatiku. “Ada apa ya, Bu?” sahutnya lembut dan ingin tahu.

Aku mendekatkan wajahku, lalu berbisik di telinganya, “Nona, kamu telah berhasil menarik perhatianku.”

Setelah aku menjauhkan wajahku kembali, dapat kulihat wanita itu tercenung.

Aku pun begitu jika jadi dia. Kuharap sistem novel ini tidak berniat mengubah genre cerita menjadi yuri.

Untuk menutupi perasaan malu aku mengangkat dagu tinggi-tinggi lalu masuk ke ruang rapat dengan percaya diri. Sayup-sayup kudengar mereka membicarakan tentangku dan Shania. Mereka pastilah melihat. Ruangan ini memang kedap suara dari luar tapi bagian depannya hanya ditutup kaca.

“Bu Catherine ngancam Shania?”

“Kasihan banget dia—“

Begini lagi.

Aku menatap tajam mereka satu per satu. Seketika semuanya terdiam.

“Baiklah. Rapatnya kita mulai sekarang.”

***

Sincerely,

Dark Peppermint

Terpopuler

Comments

AlIs

AlIs

masih belum ketara alurnya bakal gimana

2021-11-25

2

Alina_03

Alina_03

Hem kesel banget deh sama sistem nya

2021-11-17

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!