Ini mungkin karena aku terbiasa hidup miskin. Jadi aku norak banget saat mendapati diriku sangat kaya. Lihatlah rumah dua lantai bergaya kontemporer di depan. Begitu mewah dan elegan. Perpaduan antara kayu dan kaca. Yah, aku sudah bisa menduga hal ini sih saat menemukan sebuah Benz sebagai mobilku.
Setelah memasukkan mobil ke bagasi, aku hanya bisa menutup mulut saat melihat sebuah Audi dan Porsche terparkir cantik di sana. Jika setelah membuka pintu rumah aku menemukan tambang berlian di dalam, bisa-bisa aku mati karena terlalu kaya.
Sayangnya tidak ada tambang berlian di dalam. Baguslah. Jantungku juga tak akan siap akan hal yang seperti itu. Kejutan hari ini saja sudah banyak sekali.
Bagian dalam rumah ini juga bagus sekali. Warna kayu dan hitam mendominasi. Perpaduan yang pas untuk kesan homey namun juga berkelas. Begitu sampai di kamar aku langsung menuju walk in closet. Deretan pakaian terbentang di kanan dan kiriku. Lemari-lemari penuh sepatu dan tas mahal. Perhiasan dan jam-jam tangan mewah. Dari bermacam-macam merek butik-butik ternama.
Aku menyambar pakaian koleksi Valentino Garavani, lalu mematut diri di depan cermin. Dan tersadar. Catherine benar-benar wanita yang cantik. Kukembalikan pakaian tadi ke tempatnya, lalu mulai melihat-lihat yang lain. Kebaya karya Anne Avantie. Jam tangan Omega. Serta merek-merek seperti Gucci, Hermes, Louis Vuitton, Balenciaga, Prada, dan lainnya mengisi setiap penjuru ruangan ini.
Aku mendatangi sebuah meja rias.
“Aku punya SK-II?” Mataku mendelik memandangi sebotol essense mahal. Tidak. Benda tadi belum seberapa. Aku mengambil sebotol minyak wangi dari Saint Laurent, Serum dari Dior. Lalu hand cream, night cream, day cream, eyes cream, moisturizer dan sebagainya yang semuanya dari merek ternama. Ada pula set peralatan make up. Yang juga banyak sekali. Aku malas menyebutnya satu per satu.
Aku belum puas menikmati kekayaan mendadak ini saat sebuah pesan masuk ke ponselku.
*Temui aku di Kafe Mawar sejam lagi*.
Pesan itu dikirim oleh Tony. Firasatku buruk tentang hal ini. Semua kebahagianku perlahan sirna. Apa lagi yang akan terjadi?
Saat aku tiba di Kafe Mawar sejam kemudian Tony sudah menunggu. Aku tersenyum canggung lantas duduk di depannya. Dia sudah memesankanku minuman yang sepertinya adalah Green Tea Latte.
Aku tak tahu kenapa dia memesankanku minuman ini. Tapi seingatku ini bukan minuman favorit Catherine dan bukan minuman favoritku juga.
“Terima kasih sudah menunggu dan minumannya juga,” kataku. Dia hanya mengatakan “hmm” sebagai jawaban. Tak tersenyum bahkan saat aku memberinya senyuman canggung tadi. Ya, dia pasti benci sekali pada seorang Catherine Wijaya setelah kejadian siang ini.
“Aku mau langsung ke intinya aja,” ucap Tony saat aku baru menyesap minumanku.
Kuletakkan cangkir itu kembali ke tempatnya. “Iya. Itu lebih bagus. Aku juga gak punya banyak waktu.”
Pria itu terlihat tak suka mendengar jawabanku. Tapi peduli setan. Ada banyak hal yang harus kupikirkan dibanding menghabiskan waktu ngopi-ngopi cantik dengan pria yang sepertinya sudah siap membunuhku kapan saja ini.
“Aku mau pertunangan kita dibatalkan. Aku gak mau punya hubungan apa-apa lagi sama kamu.”
Oh, jadi gitu...
Kalau kujawab malas-malasan begitu dia pasti semakin kesal.
“Setelah ini aku harap kamu gak ganggu hidupku lagi. Terutama Sania. Dia gak salah apa-apa. Dia perempuan yang sangat baik.”
Jadi Sania adalah hidupnya dan selama ini Catherine mengganggu hidupnya yang berharga itu? Oh, Catherine yang malang, kau pasti tersiksa mencintai laki-laki seperti ini. Maafkan aku.
“Catherine, kamu dengar aku kan? Aku gak main-main. Pertunangan kita batal. Hubungan kita berakhir.” Gue kagak tuli, Kartono, gue dengar. “Aku udah melaporkan kamu ke polisi. Kamu bisa bersyukur, karena status kamu itu hukum gak mempan di kamu.”
Aku bersiap untuk menjawab kata-katanya saat kotak misi sialan itu muncul kembali.
Memohon dan menangislah pada Tony Lesmana agar pertunangan kalian tidak dibatalkan.
Jika aku meludahi kotak di depanku ini bisa kena tidak ya? Takutnya kotak itu tembus pandang dan ludahku malah menempel di wajah Tony. Aku sih senang-senang saja meludahi Tony, tapi efek kelanjutannya tak akan baik. Jadi aku menegakkan dudukku, menatapnya tepat di kedua manik matanya, lalu dengan tegas aku berkata, “Kalau itu yang kamu inginkan, kita batalkan saja pertunangan ini.”
Dia terkesiap. Sebelum pria itu sempat menjawab aku buru-buru melanjutkan,” Aku juga gak akan ganggu kamu lagi dan—“ Mendadak perutku terasa seperti ditinju oleh sesuatu. Aku menoleh pada kotak misi yang berubah warna menjadi merah. Seolah aku telah memberi jawaban yang salah. Sistem ingin aku memohon-mohon seperti orang bodoh agar diterima kembali. Aku sedang diarahkan ke jurang kehancuran. Membuatku menjadi manusia paling buruk hanya untuk memperkuat hubungan cinta antara tokoh utama wanita dan laki-laki.
Kedua tanganku mengepal kuat. Aku tak ingin melakukan ini. Sebelum ini hidupku sudah sulit. Aku baru saja mendulang sukses sebelum masuk ke sini. Aku belum sempat menikmati hidupku. Tak akan kubiarkan perintah dari sistem sialan membuatku lebih menderita. Ini hidupku. Jika kalian membawaku kemari, maka biarkan aku bertindak sesuka hatiku.
“Aku juga gak akan mengganggu Sania lagi. Pertunangan kita benar-benar memuakkan. Aku sendiri merasa bodoh karena jatuh cinta pada pria yang menyelingkuhiku seperti ini. Kuakui aku salah karena sudah cemburu buta dan melakukan hal konyol. Tapi tenang saja, setelah ini kamu gak akan mendapat gangguan dariku lagi.” Tony semakin terperangah. Dia pasti tak menyangka wanita yang selama ini mengejar-ngejarnya seperti orang gila semudah itu disingkirkan. Namun aku tak punya banyak waktu lagi untu mengeluarkan semua unek-unek yang terpendam. Rasa sakit di perutku mulai menjalar ke seluruh tubuh. Aku bangkit dari kursi seraya menarik Gucci-ku. “Semoga kalian berdua bahagia. Selamat malam.”
Aku pergi dengan langkah pasti. Mantap dan penuh percaya diri. Namun hal itu tak bertahan lama, sesampainya di dalam mobil aku terduduk lemas. Lalu tanpa aba-aba rasa sakit itu keluar dari dalam mulutku. Berupa cairan merah kental berbau asin. Aku memuntahkan darah segar. Air mataku berlinang. Akibat dari rasa sakit badan dan perih di ulu hati.
Aku dihukum karena menolak menjadi penjahat menyedihkan.
Dengan tangan bergetar aku menarik tisu dan membersihkan mulut. Herannya yang paling sesak sekarang adalah dadaku. Aku memukulnya sedikit seraya mengusap blus putihku yang bernoda darah.
Sebuah panggilan masuk mengalihkan perhatianku.
“Iya, Kee,” jawabku senormal mungkin.
“Ibu belum lihat beritanya?”
“Berita apa?”
“Sekarang lagi ramai di sosmed berita kehamilan Bianca Salsabila. Sekarang wartawan sedang gencar menyerang agensi kita.”
Bianca Salsabila? Siapa pula itu?
Kepalaku diserang rasa pening mendadak. Sesuatu seperti mengalir cepat di dalam kepalaku. Sekelebat sosok wanita cantik dengan gaun mewah, berganti dengan sosok menggunakan kebaya di latar tempat rumah tradisional.
Aktris terkenal Bianca Salsabila. Dewi agensi kami.
Sialan. Dibanding memberi misi untuk menjahati orang, seharusnya sistem novel ini memberiku tugas menjalankan perusahaan dengan baik. Jika perusahaan bangkrut karena bos kw yang tidak kompeten, ratusan orang akan kehilangan pekerjaan.
Kotak misi itu muncul kembali. Anehnya misi kali ini tidak aneh-aneh seperti sebelumnya.
Kembali bekerja ke kantor sekarang.
Ya, baguslah. Meski aku pun sudah bersiap jika kotak itu berulah lagi dan menyuruhku menabrak orang tak bersalah di jalan raya.
“Saya segera ke kantor sekarang,” sahutku lalu segera mematikan sambungan telepon. “Baiklah, jangan gemetar.” Aku memukul kedua lenganku. Aku membutuhkan kalian bekerja senormal mungkin.
***
Sincerely,
Dark Peppermint
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Titus Adjust
dr miskin jdi kaya langsung bisa nyetir..hebat othornya..🤣🤣
2021-12-19
3
AlIs
syukurlaaah, penulisnya gk ikutin sistem 😅
2021-11-25
6
ANAA K
Semangat yah thor.
2021-11-16
0