The Become A Villain In The Novel

The Become A Villain In The Novel

Bab 1

PERHATIAN: Cerita ini LURUS. TANPA UNSUR LGBT sama sekali. Jadi tenang aja.

____

Setelah orang tuaku meninggal setengah tahun lalu, hidupku yang sudah miskin semakin melarat saja. Selama enam bulan ini aku hidup dari gajiku sebesar delapan ratus ribu rupiah sebagai penjaga apotik. Dan di malam hari aku berjuang mati-matian sebagai penulis novel online tidak terkenal. Sudah dua tahun aku melakukannya. Namun hanya seuprit pembaca yang mau singgah di lapakku.

Akan tetapi tiga bulan terakhir ini berbeda. Novelku yang berjudul “My Man is Celebrity” laris manis. Bercerita tentang Sania Suherman, seorang pegawai magang rajin dan lemah lembut, dengan aktor terkenal Tony Lesmana. Kisah cinta manis dan menggairahkan dengan rating 21+. Ditambah konflik panas antara Sania dengan Catherine Wijaya, tunangan Tony sekaligus CEO agensi hiburan WJ Entertainment, atasan tempat sang tokoh utama bekerja. Catherine yang cemburu pria yang dicintainya memilih wanita lain melakukan berbagai macam cara untuk mengganggu Sania.

Aku tahu. Kisah itu klise.  Wanita lemah lembut dan biasa-biasa saja membuat pangeran tampan yang digilai banyak wanita bertekuk lutut, bahkan mengalahkan sang tunangan yang terkenal cantik, kaya, dan sangat berbakat. Salah satu trik untuk membuat pemeran utama wanita tampak lebih unggul dari semua tokoh yang ada.

Akan tetapi kisah klise ini yang membuat novelku dibaca sampai dua puluh juta kali. Membuat rekening tabunganku yang hampir dinonaktifkan tiba-tiba dapat durian runtuh. Namun selayaknya pohon yang semakin tinggi semakin banyak diterpa badai, novelku pun demikian.

Ah, si Catherine kurang jahat.

Bikin dia makin gila lagi dong.

Kurang seru. Terlalu biasa.

Kalau gini terus gue gak mau lanjut baca. Bosen.

Kayaknya konfliknya biasa banget. Catherine-nya kurang jahat.

Bikin si Catherine makin jahat dong, Kak. Habis itu bikin dia kena azab separah-parahnya. Pengin lihat Catherine jadi gila ngeliat Tony lebih milih Sania. Wkwkwk...

Aku didemo pembaca yang tidak puas dengan kejahatan sang antagonis. Kurasa para pembaca inilah penjahatnya. Bagaimana bisa mereka berharap seseorang berubah semakin jahat lalu menghancurkan hidupnya sendiri.

Jujur saja aku tak terlalu suka membuat cerita dengan tokoh antagonis yang terlalu gila. Dan aku pun kadang kasihan melihat mereka. Tokoh utama wanita terkadanag tak melakukan apa-apa. Hanya tersenyum sedikit dan menunjukkan sifat ceria, dia dengan mudah menarik hati semua orang. Sedangkan sang antagonis, yang berjuang keras mendapatkan satu cinta dari pemeran utama pria, tak mendapatkan apa-apa. Yang akhirnya membuat mereka cemburu buta dan hancur sehancur-hancurnya. Padahal jika ditilik lebih lanjut, pemeran utama wanita dan pemeran utama pria-lah yang berselingkuh di belakangnya.

Kulirik jam di meja yang telah menunjukkan pukul tiga pagi. Artinya sudah sepuluh jam aku duduk di depan laptop. Menguras semua tenaga dan ide untuk update bab baru sebanyak-banyaknya. Karena terlalu lelah, aku langsung menelungkupkan kepala di atas meja dan jatuh tertidur.

***

“Minta maaf ke Sania sekarang!” pekik seorang pria di depanku.

Mataku membulat. Pria yang sedang marah-marah itu tampan sekali. Jangkung dan proporsional. Wajah dengan tulang pipi tinggi, hidung mancung, rahang tegas, dan bibir merah penuh. Belum lagi kulitnya yang putih terawat.

Satu kata: dia benar-benar tipeku.

“Kamu gak mau minta maaf?” Pria itu menyugar rambut seraya mendesah frustrasi. “Catherine, sampai kapan kamu akan kayak gini?”

Catherine? Dia bicara pada Catherine siapa? Apa ada Catherine di sekitar sini? Aku menoleh kiri dan kanan, lalu balik lagi menatap pria itu. Jelas-jelas dia sedang memandangku.

“Apa lagi yang mau kamu lakuin sekarang? Mau mengelak apa lagi? Sebenarnya kenapa kamu terus mengganggu Sania? Salah dia apa?”

Mendadak sebuah layar muncul di hadapanku. Persis seperti kotak misi di dalam gim yang sering kumainkan.

Katakan, “Jika bukan karena dia, kamu tidak akan meninggalkanku,” pada Tony Lesmana.

Dialog murahan macam apa itu?

Tapi tunggu dulu. Sepertinya aku akrab dengan dialog murahan tadi. Lalu Tony Lesmana, dan Catherine?

Hahaha... aku pasti telah bekerja terlalu keras. Sekarang mereka bahkan menerorku di dalam mimpi. Tapi kenapa aku menjadi Catherine? Apa aku merasa bersalah telah membuatnya menjadi penjahat?

“Catherine, kamu benar-benar gak mau minta maaf?” Aku memandang lagi pria tampan di depanku ini. Lalu baru kusadari seorang wanita cantik berwajah sendu sedang berdiri di belakangnya. Ia basah kuyup. Sebuah jaket kebesaran menutupi pakaiannya yang menepak. Jaket yang kuyakini milik pria yang sedang marah padaku ini.

“Tony, aku gak apa-apa. Bu Catherine pasti gak sengaja.” Saat aku memperhatikan sekitar ternyata banyak pasang mata yang menonton kejadian ini. Kutatap sebuah air mancur yang berdiri megah di tempat yang kuperkirakan sebagai lobi kantor ini. Wanita bernama Sania itu pasti habis terjatuh ke sana. Dan Catherine dituduh sebagai orang yang mendorongnya.

“Kamu selalu bela dia. Sampai kapan kamu mau nutupin semua kejahatan dia ke kamu. Aku udah gak tahan lagi, Sania. Dia ini kriminal.”

Dadaku terasa diremas-remas oleh kata-katanya. Tak kusangka disebut kriminal bisa semenyakitkan ini.

Dengan wajah welas asih Sania berusaha menjelaskan kembali, “Tapi aku kepleset sendiri. Bu Catherine gak dorong aku.”

“Kamu memang terlalu baik.” Tony melirikku sinis. “Dan orang itu memanfaatkan kebaikan kamu.”

Sementara itu kotak berisi dialog yang harus kukatakan tak kunjung menghilang. Aku tak ingin mengatakannya. Saat ini aku kesal sekali. Dituduh sebagai penjahat dan sekarang harus mengatakan hal menjijikkan pada orang yang menatapku penuh kebencian.

“Aku gak bisa diam aja. Aku bakal melaporkan hal ini ke polisi.” Lalu pria itu beralih padaku. “Catherine, kamu gak bisa bertindak semena-mena hanya karena kamu bos di tempat ini. Kamu gak akan pernah dapat perhatianku dengan tingkah konyol kamu yang kayak gini.”

Lalu dengan semua sorot penuh cemooh itu, Tony membawa Sania pergi, meninggalkan aku yang masih berdiri mematung.

Kotak misi tadi muncul kembali.

Anda gagal melaksanakan misi.

Kini aku berada di tempat yang katanya adalah ruanganku. Aku sudah menampar pipiku berulang kali sampai terasa kebas. Artinya ini sungguhan. Masa iya aku tak kunjung bangun padahal tak lama lagi wajahku akan tampak seperti korban KDRT.

Dan lagi semuanya terasa nyata. Kopi yang barusan kuminum. Rasa empuk kursi yang kududuki. Layar komputer yang terasa dingin. Dan semua kejadian ini runtut dan tak ada bagian yang hilang. Maksudku, di mimpi terkadang kau akan mendadak berpindah tempat dan bertemu dengan orang yang tak terduga. Pembicaraan yang terjadi di mimpi pun seringnya tidak nyambung. Aku pun sangat yakin aku tengah sadar sepenuhnya saat ini. Jadi, meski tak suka dengan kenyataan ini, kusimpulkan aku masuk ke dalam novel. Menjadi seorang Catherine Wijaya.

“Ah, aku merasa gak waras sama kesimpulanku sendiri.” Aku mendesis frustrasi sambil mengacak-acak rambut.

Sudahlah. Jika dipikirkan terus aku bisa gila. Mendadak aku teringat sesuatu. Kutekan interkom.

“Iya, Bu,” sahut seseorang yang adalah sekretarisku. Namanya Keegan. Aku tahu dari mana? Orang inilah yang tadi menjemputku di lobi dan membawaku ke sini.

“Ke ruangan saya sekarang.”

Sejurus kemudian Keegan sudah berdiri di hadapanku.

“Tolong kamu belikan sesuatu buat saya. Entah itu buah, cokelat, atau... biskuit. Belikan saja biskuit dan kirim ke meja Sania.” Wanita itu pecinta biskuit akut.

Aku bukannya sok baik. Meski bukan aku yang mendorong perempuan itu, tetap saja aku merasa bertanggung jawab. Karena mau bagaimanapun, tubuh inilah yang mendorongnya.

“Sania?” cicit Keegan tak percaya. “Maksud Ibu, Sania Sulaiman?”

“Iya.”

“Gak pakai sianida kan, Bu? Ibu kan benci sekali sama wanita itu. Dia yang merebut tunangan Ibu.”

“Aku gak peduli dia merebut siapa. Belikan saja. Hibur dia atau apalah.”

Aku benci merasa bersalah.

“Baik, Bu.” Keegan lekas pergi dengan buru-buru. Padahal aku tak akan melemparnya keluar jendela kalau santai sedikit saja.

“Yah, lebih baik aku pulang saja dulu sekarang. Aku perlu menenangkan pikiran sejenak.”

Aku mungkin berniat membakar habis gedung ini kalau harus tinggal lebih lama. Lagi pula, aku Bos.

***

Sincerely,

Dark Peppermint

Terpopuler

Comments

Rosni Lim

Rosni Lim

Hadir

2022-01-29

0

senja

senja

wahhh hiatus ya?

2022-01-25

1

Titus Adjust

Titus Adjust

bener thor,kisah klise ini akhirnya aku baca setelah sekian lama absen dari noveltoon..😁😁

2021-12-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!