Tak disangka Hana yang ada didalam satu mobil dengan Rangga melihat Melvin yang merangkul Clara masih berjalan di trotoar.
"Rangga, itu Melvin. Bagaimana jika dia melihatku, apa lagi dia juga sudah dekat di persimpangan arah rumahku." Hana menunjuk pada dua insan yang mereka lewati.
Rangga mempertajam pandangannya mengikuti kilah kebahagiaan pada keduanya.
"Mengapa kamu begitu bodoh Hana, sudah jelas-jelas Melvin asyik pacaran dengan kekasihnya kau malah masih memikirkan takut kalau Melvin bakal marah padamu."
Rangga melihat kegelisahan di wajah wanita yang duduk bersebelahan dengannya.
"Ayo cepetan, Rangga. Aku gak mau cari masalah."
Saking paniknya Hana memegang tangan Rangga agar Rangga mempercepat laju mobilnya lebih dulu dari Melvin.
Rangga menatap lengan yang menyentuh itu, seakan-akan darahnya berdesir hebat. Lalu kemudian menatap kearah Hana yang masih saja terlihat gusar.
"Tenanglah, Hana. Melvin tidak akan memarahi diri mu," tukas Rangga. Rangga mencoba menenangkan Hana agar berfikir rasional.
Hana menarik tubuh menyandar kan punggungnya di jok.
"Aku tahu Melvin tidak mencintai aku, Rangga. Tapi bagaimana pun akhirnya nanti aku ingin menjadi istri yang menghargai suaminya."
"Wanita idaman, itu yang aku suka dari dalam diri mu Hana. Tapi mengapa kamu tidak pernah mau memberikan hatimu padaku."
Rangga menghentikan mobilnya tepat di arah persimpangan.
Melvin dan Clara Yang tak jauh dari mereka, melihat Hana turun dari mobil Rangga.
Pandangan Melvin sangat lekat melihat keakraban keduanya.
Itu menjadi kesempatan Clara untuk membuat Melvin memanas dan secepatnya menceraikan Hana.
"Vin, Apa Rangga dan Hana itu berpacaran ya? kok akrab banget kayaknya?" Clara mulai memprovokasi.
Melvin hanya menyipitkan mata tampa senyum sedikit pun.
"Biarin sajalah, Sayang," cuek Melvin.
Clara menyungging senyum kemenangan.
"Kau labrak saja mereka, Vin. Masak begitu di belakang kamu. Bagaimana pun juga kan Hana itu seorang istri yang harus menjaga martabat suaminya."
Melvin menimang ucapan Clara. Hana terlihat mengatupkan tangan dan segera meninggalkan Rangga. Melvin mengayunkan langkah nya dengan cepat menghampiri Rangga seperti hendak marah. Clara bergegas mengikuti, Ia tak ingin menyia-nyiakan pemandangan yang pasti akan seru nantinya yaitu duel Melvin dan Rangga.
Melvin berhenti dibelakang Rangga, tepat saat Rangga hendak membuka pintu mobilnya.
Rangga menyadari itu, dan menunggu reaksi Melvin.
"Clara, kamu pulang naik taksi ya. Aku tidak ada waktu mengantar mu," tukas Melvin. Tapi tidak melepaskan pandangan sedikit pun pada Rangga lalu melanjutkan langkahnya menyusul Hana.
Clara mengkerut kecut. Ia ingin melihat duel malah yang terjadi hanyalah mereka saling diam dan tampa suara.
"Melvin, kenapa kamu gak marah sih? aku kan pengen ngeliat kamu cepetan cerai sama Hana." Clara menghentak-hentakkan kakinya dengan wajah cemberut dan akhirnya pergi tampa mendapatkan apa-apa.
Rangga menyungging senyum bahagia, meski tak melihat mimik muka Clara tapi Ia yakin dengan suara yang di timbulkan oleh Clara cukup menyatakan kalau Clara sangat kesal dengan Melvin.
Setibanya di depan teras, Melvin yang berhasil menyusul Hana dengan kasar menarik lengan Hana hingga Hana berbalik dan masuk kedalam pelukannya.
Tatapan keduanya bersi tegang. Ada tanda ketidak sukaan Melvin melihat Hana bersama Rangga.
"Dari mana kamu?" tanya Melvin mengintimidasi.
Hana menggerak-gerakkan bola matanya memandang keseluruhan wajah suaminya.
"Ayo jawab, apa kalian selingkuh?" Ucapan Melvin sangat menusuk.
Hana meneguk liurnya, Ia tidak menyangka mendengar tudingan itu dari mulut Melvin. "Apa maksudmu, Vin?" tanyanya.
"Heh." Melvin melepaskan pelukannya dengan kasar.
"Kalau mau selingkuh jangan disini, kenapa gak ditempat yang sepi saja?"
Hana menjadi bingung, lalu tersenyum miring kearah Melvin. "Bukannya kamu yang pacaran tak mengenal tempat?" balas Hana tak mau kalah.
Melvin mengernyitkan dahi.
"Maksudmu?"
"Bukan urusan mu, jangan hanya bisanya mengomentari orang lain." Hana memilih masuk tampa mau melanjutkan perdebatan mereka pagi itu.
Melvin menggaruk-garuk kepalanya. Malah Ia yang merasa terhunus dengan ungkapan Hana.
Melvin memutuskan ikut masuk dan kembali bertemu Hana di kamar. Hana sibuk menata baju yang kemaren Melvin belikan belum sempat Ia rapikan di dalam lemari.
Tatapan Melvin tetap saja mengikuti Hana meski gerakannya adalah mengambil handuk untuk membersikan diri. Tak ada yang tahu apa penilaian Melvin terhadap Hana kecuali Melvin sendiri.
Melvin melangkah kekamar mandi untuk membersihkan diri sejenak. Saat masih menyikat gigi, Melvin teringat kembali akan ucapan Hana di teras tadi. Ia merasa apa yang Hana katakan soal dirinya berpacaran dengan Clara di sekitaran rumah benar adanya. Itu membuktikan kalau dirinyalah yang sebenarnya salah.
"Dasar cewek sial, bisa bisanya Ia malah bicara seperti itu."
Melvin segera berkumur-kumur dan menyelesaikan waktu mandinya.
Melvin kembali kekamar dan melihat semua bajunya sudah tersedia diatas ranjang. Ada hal aneh yang Melvin rasakan di dalam hatinya, sesuatu yang membuatnya merasa telah dihargai.
Melvin segera memakai celana dasar berwarna abu-abu dan kemeja putih nya yang masih belum ter kancing karena mendahulukan celananya.
Hana yang sudah menyelesaikan tugasnya langsung berinisiatif membantu Melvin memasang kan kancing nya satu persatu. Melvin agak terkejut dengan Kelakuan Hana tapi membiarkan Hana menyelesaikannya. Lagi-lagi tatapannya tak bisa lepas dari Wajah Hana.
Hana juga yang memasukan ujung bajunya kedalam pinggang tampa canggung. Padahal Hana agak risih sebenarnya, tapi baginya bakti istri pada suami harus Ia tegakkan.
Ada perasaan menjalar di dalam diri keduanya, tetapi mereka memilih bungkam. Hana bergerak menyeret kursi mini untuk menumpu kakinya guna memasangkan dasi Melvin dengan lihai.
Melvin masih membisu, tak disangka Hana sepengertian itu pada nya meski sikapnya sangat dingin pada Wanita di depannya. Ia benar-benar menikmati suasana langka itu. Begitu pula Hana yang sebenarnya menutupi getaran di dalam lubuk hatinya.
Selesai dengan kewajibannya, Hana bergerak keluar.
"Tunggu!" cegah Melvin. Melvin sedikit gugup mengatakan niatnya. "Te.. terima kasih," ucapnya datar.
Hana tak menoleh namun menganggukkan kepalanya beberapa kali dan berlalu dari pandangan Melvin.
"Ada apa denganku?" Batin Melvin bergejolak.
Mereka melakukan sarapan bersama, Hana masih saja menunjukkan baktinya untuk melayani sang suami.
"Hana, kamu memang perempuan idaman ya?" Mama Maya sangat bangga tetap memiliki Hana sebagai menantunya meski tidak menikah dengan Arya melainkan dengan Melvin.
Hana mengulas senyum ikhlas nya.
"Ini kan kewajiban Hana, Ma." Rendah hati, itu yang selalu tercermin dalam diri seorang Hana.
Melvin cuek dan Fokus dengan makanan dihadapanya walaupun telinganya merekam dengan sempurna ucapan dari mulut Hana.
Maya memegang lengan menantunya diatas meja dengan penuh kasih sayang. "Semoga pernikahan kalian langgeng ya? tidak ada ulat-ulat yang mengganggu hubungan ini." Mama Maya menatap keduanya secara bergantian. "Kau dengar, Vin. Belajarlah membuka hati untuk istri mu ini!" pinta Mama Maya.
Melvin mengangkat wajah menatap Sang Mama dan Hana yang menundukkan kepalanya. Melvin kemudian membanting sendok yang Ia pegang diatas piring. Ia tidak menyukai ucapan Mama Maya.
"Aku kenyang, aku pergi dulu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Sebenarnya Melvin sudah sangat kagum sama Hana tapi dia terlalu gengsi mengakui..jadi ya nikmatilah dulu Melvin semoga setelah ini kamu menyadari perasaanmu
2022-07-05
1
Opick Cynkcibehsllu
hana memang baik tp tdk pernah dhargai oleh suaminya
2022-02-23
1
Aris Pujiono
aduhh melvin yang sopan dong
2022-01-15
0