Usai membantu Melvin meletakkan belanjaan diatas Sofa, Bola mata Dafa mengekor gerakan Melvin yang mengambil air minum dari dispenser dan meneguknya hingga tandas, Sepertinya Melvin sangat kehausan setelah seharian bekerja dan belanja.
"Bos..." Dafa nyengir menunjukkan jejeran giginya. Belum puas rasanya bila Ia belum tahu Semua pakaian bejibun yang dibeli Melvin akan diberikannya pada siapa.
"Kenapa?" Tanya Melvin tampa ekspresi. Ia merebahkan tubuhnya di sofa.
"Emang baju itu buat siapa, Bos?" Dafa sedikit memberanikan diri, takut Bosnya marah dan menghancurkan dunianya.
"Mengapa kau sangat bodoh, Dafa. Menurutmu aku membelinya untuk siapa?" Melvin memukul-mukul keningnya, mungkin sedang pening.
Dafa meraih bantal di sofa dan duduk memangku nya.
"Bukannya dengan Bos tadi bilang buat grand Ambasador hotel?"
Dafa mengkerut mengingatkan si Bos.
"Hanya alasan," jawab Melvin datar. Melvin memang tidak pandai bercanda, karena baginya bercanda tidak akan ada guna didalam hidupnya.
Beku dan kaku, itu yang orang nilai dari diri seorang Melvin.
Benar kalau dulu Ia sangat bodoh dalam pendidikan. Tapi kerena seringnya di maki sang Papa, Melvin bangkit dan menunjukkan bakatnya didalam bidang bisnis. Tak jarang hampir semua tender yang Ia garap berhasil Ia menangkan.
"Oh, begitu. Berarti buat...." Ucapan Dafa menggantung mendengar sapaan dari luar.
"Ehk ada nak Dafa, kalian sudah pulang?" Mama Maya akhirnya ikut mengobrol. Garis kecantikan wanita paruh baya itu masih sangat nampak.
"Iya Tante, Oma Prabu belum pulang?" Dafa menatap kearah Mana Maya muncul.
"Belum, Daf. Tante masak banyak kamu ikut makan disini ya?" tawar Mama Maya.
"Ahk, gak usah Tante. Nanti Dafa merepotkan," elak Dafa tak enak hati.
"Jangan begitu Dafa, kamu itu sudah kayak anak Tante sendiri lo." Mama Maya mencoba memaksa.
"Iya, Tante. Terima kasih, Dafa akan ikut."
Mana Melvin memperhatikan Melvin dan barang belanjaan miliknya lalu memeriksa semua isi di dalam paper bag itu.
"Sayang, kamu beli baju buat siapa sebanyak ini?" Maya tampak mengintimidasi.
Melvin belum menjawab, kemudian mengambil posisi duduk.
"Hana kemana, Ma?" Melvin mengalihkan pembicaraan. Pasalnya Ia merasa tidak ada tanda-tanda ada Hana dirumah itu.
"Oh dia pamit pergi ziarah ke makam Arya tadi," jawab Mama Maya.
Melvin memutuskan mengangkut semua belanjaannya masuk tampa menghiraukan lagi Sang Mama dan Dafa.
"Melvin kenapa, Dafa?" Mama Maya mengintimidasi Dafa.
Dafa hanya nyengir dan mengangkat bahu tanda tak mengerti. Melvin membersikan diri lalu berdiri ditepi jendela.
"Sudah sesore ini, mengapa perempuan itu belum pulang?"
Hana terlihat dari dari pagar besi, Ia baru saja turun dari taksi dan membayar argonya. Melvin memperhatikannya dengan tatapan penuh syarat makna tapi Ia sendiri tidak bisa memecahkan pemikiran yang ada di otaknya.
"Mengapa aku menikahinya, apa spesialnya gadis itu?"
Beberapa menit berlalu, Hana memberi salam lalu menyambut tangan Ibu mertua dan Dafa.
"Kamu dari mana saja, Nak. Kenapa kamu baru pulang jam segini?" Tanya Mama Maya.
"Maaf Ma, maaf kalau Hana menyusahkan. Hana hanya butuh waktu sendiri," jawan Hana yang menundukkan kepalanya.
Mama Maya tidak mempersalahkannya, Ia tahu betul hati menantunya saat ini belum benar-benar baik. "Hana, Mama tau perasaan kamu. Mama juga merasakan sakitnya kehilangan Arya. Tapi kita harus bangkit, Nak. Belajar untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan bukan untuk melupakan Arya, tapi untuk mengikhlaskan Arya agar Ia tenang disana."
Hana mengangguk.
"Iya Ma, Hana memang masih belum sepenuhnya ikhlas. Tapi Hana akan berusaha untuk rela, Ma."
"Bagus, masuk lah kekamar, suamimu sudah pulang!" pinta Mama mertua.
Hana melangkah kan kakinya kekamar dengan gontai, entah mengapa Ia tidak tau kakinya amatlah terasa berat.
Ceklek!
Hana membuka pintu dan melihat Melvin berdiri memperhatikan kedatangan dirinya.
"Maaf, Vin. Aku baru pulang," ucapnya bersalah. Seharusnya sebagai istri Ia siap siaga menyambut kepulangan suaminya bekerja tapi Ia malah asyik menghibur diri.
Melvin membisu, lalu melangkah mendekati Hana dengan tatapan tajam.
"Aku tidak keberatan jika kau masih memikirkan Kak Arya, tapi aku minta, jangan tunjukkan air mata mu di depanku. Aku tidak suka." Ucapan dingin itu begitu menyeramkan bagi Hana.
"Iya, Vin. Saya akan berusaha."
"Good, satu lagi, buang semua baju jelek yang kau bawa aku tidak ingin melihatnya lagi!"
Hana mendongakkan kepala, menangkap sesuatu yang tidak biasa dikedua bola mata suaminya.
"Untuk apa? aku kan hanya...."
Melvin mengangkat telunjuk.
"Jangan membantah, aku suami mu kan?" ketus Melvin tidak mau dibantah.
Hana mengangguk kecil.
"Kalau begitu turuti, kau bisa memilih dan memakai baju yang kau sukai disana." Melvin menunjuk keatas ranjang. Sesaat menatap dalam kedua netra Hana yang belum lepas memandang dirinya. lalu melangkah meninggalkan Hana yang mengikuti punggungnya menghilang dibalik pintu.
Hana sempat ragu, lalu memutuskan memeriksa isi tas-tas kecil itu, mungkin ada dua puluh lima atau lebih jumlahnya.
Hana memeriksa satu persatu sebagian isinya lalu terkekeh tampa sadar.
"Mengapa isinya gaun seksi dan dress semua, Apa dia menyuruhku memakai ini saat tidur?"
Hana kembali mengeluarkan yang lainnya lalu menggaruk-garuk kepalanya.
"Dasar orang aneh, suami macam apa dia itu, kenapa gak sekalian beli Mall nya saja?"
Tapi apalah daya, Ia harus patuh akan keinginan sang suami.
Beberapa saat merendam diri di Buthtup, Hana mengenakan salah satu dress yang dirasa nyaman ditubuhnya, tidak terlalu seksi cukup sempurna berada ditubuhnya.
Hana menyisir rambut nya yang panjang dan lurus didepan cermin dan mengamati setumpuk alat kecantikan yang Ia tata sebelum mandi.
"Haruskah aku memakainya, tapi ini semua sangat mahal harganya. Untuk apa Melvin membelikan semua ini?" Sibuk bergelut dengan pemikiran dan rasa ragu Hana bangkit dan urung memakainya. Tapi baru selangkah saja, Ia menoleh lagi. Entah angin apa yang membuatnya bingung akhirnya Hana balik dan secepatnya berias diri.
Keluarga sudah menunggu dimeja makan, tapi Hana tak kunjung datang.
"Daf, besok kita akan meninjau lahan yang akan dijadikan pembangunan taman hiburan itu karena pembangunan itu akan secepatnya dilaksanakan, Oya nanti ku kirim denahnya kau buat dalam bentuk proposal ya?"
"Apa Bos, lembur dong?" keluh Dafa manyun.
Melvin melotot.
"Kau keberatan, kalau begitu aku pecat saja dirimu?" ancam Melvin.
"Aduh, aduh, jangan dong, Bos. Kejam amat sama asisten," melas Dafa.
"Bodo' amat, biar tau rasa."
"Hehehe.. si Bos mah lucu bin ngeselin untung punya asisten sabar kayak aku." Dafa membusungkan dada dengan bangga.
"Kacung aja senang," celoteh Melvin tidak suka.
"Biarin, yang penting bayarannya banyak," balas Dafa tak mau kalah.
"Aduh, anak-anak Mama ribut aja kerjaannya ya?" sahut Mama Maya yang masih sibuk menata menu.
"Om belum pulang, Tante?" Dafa celingukan karena tidak melihat adanya Prabu.
"Jangan dicari, seperti biasa setiap Jum'at, Sabtu dan minggu Ia punya kerjaan diluar kota," jawab Mama Maya.
Dafa mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti.
Tak lama langkah kaki dari arah belakang punggung mereka membuat mereka menoleh mendadak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Dan selanjutnyaaa eng ing eng..
2022-07-05
1
Opick Cynkcibehsllu
pasti terpana akan kecantikan hana
2022-02-23
1
Aris Pujiono
hana pasti cantik ya
2022-01-12
0