Hai reader kesayangan, terima kasih ya sudah mau berpartisipasi menyumbangkan waktu dan dukungan mendukung novel ini. Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya, karna itu akan mendorong semangat ku untuk terus menulis.
Semoga apa yang aku tulis dalam novel ini berkenan sampai di hati kalian semua. Thank you for you!!!
...☘️☘️☘️☘️...
Rupanya tak semudah itu Clara mendapatkan izin dari Leo. Clara boleh menemui Melvin asal Clara bersedia membawa serta dirinya.
Awalnya Clara ragu untuk mengajak Leo, tapi akhirnya Clara mengalah dengan berbagai persyaratan yang harus Leo penuhi.
Clara berlalu masuk, Ia melewati Dafa dan menganggap Dafa patung. Dendam dihatinya belum terbalas kan pada Dafa yang sudah merusak rencana yang Ia siapkan untuk Melvin tempo hari.
"Sayang." Clara berlari memeluk Melvin. Mereka masih menunggu barang belanjaan mereka selesai dibungkus.
Sama halnya dengan Dafa, Dafa membuang muka melihat kehadiran Clara.
"Yah, ular betina muncul, perasaan Bos gak nelpon dia tadi, pasti janjian dah tu, keterlaluan Si Bos mau jadiin aku kacung beneran."
"Hey, Sayang." Melvin menyambut kedatangan Clara.
Melvin terpanah dengan keberadaan Leo. Itu kali pertama Melvin bertemu pemuda itu. Melvin menatap penuh arti kearah Clara yang masih berada dalam pelukannya.
"Kamu habis ngapain, Sayang? Siapa dia?"
Clara mengukir senyum di balik bibir merah merona nya. Ia sedikit bingung harus menjawab apa.
"Ini Leo, kerabat ku, Vin?"
Leo mengulurkan tangan dan disambut hangat oleh Melvin.
"Leo, Vin. Aku mendengar banyak tentang mu dari Clara. Kau adalah pemuda yang hebat katanya."
Melvin tersenyum simpel.
"Biasa saja, Kau saudara Clara dari mana?" Melvin setengah penasaran pada Leo karna Ia tahu betul Clara hanya memiliki Papa yang tinggal di luar negri dan Clara pernah bilang Papanya belum menikah lagi sampai saat ini.
Leo tampak gugup, Ia tidak punya alasan untuk itu. Ia sendiri belum mengenal Clara sedetail itu.
"Oh itu, Aku...."
"Saudara dari Mama, Vin," sambar Clara.
"O ya? salam kenal ya?" tukas Melvin.
"Oke, senang bisa bertemu calon suami Clara."
Leo melirik, Ia menganggap celotehan Clara yang mengaku Ia saudara dari Ibunya hanya angin lalu. Ia paham akan syarat Clara yang ditawarkan pada nya sebelum masuk ke toko itu.
Clara memperhatikan kedua pelayan yang tengah sibuk. Ia terheran-heran mengamati banyak gaun bagus dalam Keranjang yang masih tahap perapian sedang dilakukan dua orang pelayan toko tersebut.
Ia juga tahu gaun-gaun dan dress cantik itu hanya pantas di gunakan oleh wanita seusia dirinya. "Untuk apa Melvin membeli baju sebanyak itu, apa dia ingin memberi aku hadiah?" Clara berkabut dengan pemikirannya sendiri.
"Sayang, apa kau membeli gaun-gaun cantik itu?" Clara menunjuk kearah yang di maksud.
Dafa mengerucutkan bibir, ingin sekali Ia mencakar perempuan itu berkedok kan gadis yang manis. Seandainya hanya ada satu wanita didunia dan itu adalah Clara meski Clara terbilang cantik. Ia lebih memilih menjadi lelaki lajang seumur hidup. Melvin cerdas jika dalam bisnis tapi menurut Dafa Melvin terlalu bodoh dalam memilih pasangan.
"Astaga si Uler, seneng banget tu pasti."
Melvin mengangguk kecil.
"Untuk siapa, Beib. Yang pasti bukan buat Tante Maya 'kan?"
Mendengar itu, Dafa menjulurkan lidahnya. Suara Clara terdengar geli dan memuakkan baginya.
"Beib, ngomong aja suka. Gitu aja kok repot."
Melvin menggaruk pelipisnya. Wajahnya benar-benar tidak bisa ditebak oleh Dafa sekali pun.
"Oh.. ini untuk keperluan Grand Ambasador hotel Wijaya Permata Group, Sayang," jawab Melvin santai.
Dafa tercengang. "Tidak salah ni, Grand Ambasador kan sudah ada yang ngurus?"
"Oh, kupikir untuk siapa." Ada raut wajah kecewa di mata Clara.
"Hahaha... kasihan deh lo. Ternyata hanya harapan palsu."
Dafa cekikikan mengulum tawa melihat wajah Clara ditekuk.
"Kenapa, Mas?" tegur Leo menangkap aneh kearah dirinya.
Dafa menghentikan tawanya.
"Oh, ha? gak papa, emang kenapa?" Dafa pura-pura tegas sembari membenahi jas yang Ia tarik-tarik kebawah.
Melvin mengusap rambut Clara.
"Mumpung disini, kamu boleh kok meminta gaun atau dress mana pun yang kamu mau selain yang ada di keranjang ya," tawar Melvin.
"Beneran, Sayang?" Clara antusias mendengarnya.
Dafa kembali dongkol.
"Yeah si Bos, perempuan matre ditawarin. Senengnya tingkat seratus lah pasti."
"Asyik, aku pilih sendiri ya?" tutur Clara manja bin centil ditambah kemayu tak ubahnya anak kecil dikasih permen.
Melvin mengangguk memperhatikan Clara yang sudah berhambur mencari baju sesuai seleranya.
"Yang, ini bagus enggak?" Clara menunjuk satu dress paling seksi disana. Sudah bisa dipastikan jika dipakai akan menawarkan gundukan kembar yang menonjol.
Lagi-lagi Melvin mengangguk cuek.
Leo mematung, membiarkan Clara menikmati kesenangannya.
Usai memilih beberapa potong pakaian. Clara menyerahkan milik nya pada kasir.
Kasir itu tampak menghitung lagi.
"Tiga puluh juta, Pak."
Melvin menyerahkan kartu yang sama.
Tapi sepertinya ada yang aneh.
"Saldonya limit, Pak."
"Ha?" seisi ruangan tercengang.
"Kok bisa?" tanya Melvin bingung.
Clara kecewa lagi, wajahnya tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.
"Hahaha... rasain lo." Dafa benar-benar puas menyaksikan kejadian itu.
"Sayang, kamu keterlaluan," ketus Clara.
Melvin gagap.
"Sa.. sayang maaf. Coba Mbak kartu yang ini."
Melvin mengeluarkan beberapa kartu unlimited miliknya.
Mbak Kasir bolak-balik mengecek.
"Semuanya sudah kosong, Pak.
"Kenapa bisa sih, apa ada yang salah?" Melvin Gusar lalu menelpon Ke bank untuk meluruskan penyebabnya.
"Halo, Mbak.
"Iya, ada yang bisa kami bantu?" sahut dari balik layar pipih itu.
"Saya ingin menanyakan soal kartu ATM saya, Kenapa kartu ATM saya saldonya nol ya, setelah saya menggunakan uang senilai dua ratus lima puluh juta bukanya isinya lebih dari itu?"
"Oh itu, Maaf Mas. Bapak Prabu yang membatasi jumlah isi saldo anda. Anda hanya boleh menggunakannya jika ada keperluan saja."
"Apa, Papa."
"Benar, Pak Prabu tahu anda banyak menghabiskan uang hari ini."
"Lalu kartu saya yang Lain?"
"Sama, Pak. Kali ini saldo anda hanya akan ada di kartu yang berwarna hitam."
"Oke, baiklah."
Melvin mengakhiri telponnya.
"Sial, apa maksud Papa seperti itu."
"Gimana, Vin?" tanya Clara mulai kesal.
Melvin memegang kedua sisi pundak Clara guna merayu Clara agar tidak marah.
"Maaf, Sayang. Aku belikan besok saja ya?"
"Apa?" Clara menepis lengan Melvin dengan kasar. "Keterlaluan, kau sudah mempermalukan aku, Vin."
Clara akhirnya menggeret tangan Leo meninggalkan tempat itu. Melvin hanya membisu tampa berusaha mencegahnya karena Ia tahu tidak ada gunanya mengejar Clara saat Clara sedang marah.
"Bos, baju sudah selesai dikemas." Dafa sengaja membuat Melvin tidak fokus merasa bersalah pada Clara.
"Ya, Bawa saja kemobil."
Setibanya dirumah, Dafa benar-benar tidak percaya lagi dengan Bos nya itu. Melvin mengeluarkan semua baju dan peralatan kecantikan masuk kedalam rumah.
"Lah, katanya buat grand ambasador, kau sungguh tidak ku mengerti Bos."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Erviana Erastus
kapok loe melvin....salut sama prabu biar ketaun belangx clara simatre
2022-12-11
1
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Huuu dasar gengsi aja digedein Vin..malu mengakui belanjaannya buat istri
2022-07-04
1
Aris Pujiono
dafa lucu ya
2022-01-11
0