Melvin menghentikan mobilnya ditepi jalan. Ia benar-benar tidak ingin diganggu dan ingin sendiri. Sebenarnya Ia marah pada Clara karena Clara lah penyebab Ia akhirnya meminta tubuh Hana agar bersedia melayani keinginannya.
Clara menatap bingung wajah Melvin, Ia tidak habis pikir telah kecolongan akan rencananya sendiri.
"Vin." Clara menyandarkan kepalanya di bahu Melvin.
Melvin hanya meliriknya. Suaranya belum mampu untuk meminta Clara keluar dari mobilnya.
Clara membelai dada Melvin, dan hanya itu alat yang Ia miliki untuk meluluhkan hati Melvin tapi sepertinya Melvin enggan membalasnya kali ini.
"Sayang, benar. Semalam kau telah mengkhianati aku, mengapa kamu tega sekali sama aku."
Melvin melirik Clara dengan tatapan datar.
"Maaf Clara, ini semua salah kamu!" tuturnya menatap kedepan.
"Kenapa aku? ini semua karena asisten mu si Dafa, Vin. Seharusnya kau pecat saja dia, dialah yang merusak kesenangan kita," sungut Clara melipat tangan.
Melvin menoleh.
"Kenapa dengan Dafa?" Melvin tidak ingat apapun.
Clara memasang wajah dongkol, jika disamakan batu hatinya pasti sekeras itu, manakala mengingat ulah Dafa yang telah membawa Melvin pergi dari jeratannya.
"Dia merusak kebersamaan kita dan membawa kamu pulang meninggalkan aku sendirian di hotel itu."
Melvin merasa bersalah lalu menarik kepala Clara kembali ke pundaknya. "Maaf, Sayang. Aku tidak mengingat apa pun tapi kamu jangan sedih ya toh Cintaku cuma buat kamu kan?"
Clara mendongak lagi, dengan pura-pura polos menunjuk bibirnya agar Melvin mencium Ia disana.
Melvin melakukanya mengecup bibir merah Clara yang dilapisi lipstik tebal, akan tetapi tidak selama seperti biasanya Melvin sudah mengakhirinya.
"Maaf, Sayang. Kamu turun disini saja ya, aku ada pertemuan soalnya!"
Clara terperangah.
"Apa? kau mengusir diriku, Vin.
"Tidak Sayang, aku mohon pengertian kamu. Aku benar-benar sibuk," jawab Melvin meluruskan.
Clara mendengus kesal dan memutuskan keluar dari mobil Melvin hingga akhirnya Melvin meninggalkan dirinya.
"Aku tidak akan melepaskan diri mu, Melvin. Enak saja Hana merampas hak ku lebih dulu."
Clara menyetop taksi dan pergi kemana pun yang Ia mau untuk melupakan kegusaran hatinya.
Clara masuk kesebuah Losmen dalam sebuah kamar milik seorang pria yang membukakan pintu untuknya. Ternyata sang pria telah menunggu nya sejak pagi.
"Halo, Sayang. Pagi-pagi minta aku diam dirumah ada apa, kangen ya?"
Pemuda itu sangat mengenal tubuh Clara mereka langsung saling menyapa diri lewat bahasa tubuh mereka melalui ciuman panas hingga keduanya jatuh keranjang.
"Aku kesal, Leo. Melvin sudah memberikan haknya pada istri miskinnya itu," tutur Clara.
Leo terkekeh, Leo adalah pria yang sering Clara datangi hanya untuk berkeluh kesah menunaikan hasrat wanitanya tampa sepengetahuan Melvin maupun sepupunya Gerry.
"Tenang, Sayang. Ada aku disini." Leo memeluk Clara untuk menenangkan gadis itu.
"Apa yang bisa kulakukan, aku sangat mencintainya, Leo," manja gadis itu.
Leo tidak suka akan kejujuran Clara yang lebih mencintai Melvin dibanding dirinya karena Ia hanya dianggap pacar simpanan bagi Clara namun Leo menutupi kekecewaannya.
"Tenangkan dirimu, jika Melvin menolak mu aku siap menerima dirimu kapan saja." Leo mengambil sebotol alkohol dan gelas yang Ia tuang Lalu Ia suguhkan pada Clara.
Clara menerimanya dan menelan tandas air Bergas didalam gelas kecil itu hingga habis. "Maaf Leo, aku tidak mau minum banyak-banyak sebab aku sudah minum banyak sekali semalam." Clara menyerahkan gelas itu kembali.
"Tidak apa, apa kau butuh refreshing?" tawar Leo mencium kening Clara.
Wajah Clara tampak merona.
"Kemana EO?"
"Kemana saja, ayo!"
Leo merangkul Clara keluar Losmen untuk bersenang-senang.
Hari itu tepat seminggu kepergian Arya, Hana pergi berziarah di makam Arya dengan membawa satu keranjang bunga mawar berwarna warni ditangannya.
Mata Hana tertegun menatap nisan yang masih baru bertuliskan nama Arya Prabu Wijaya, tampa Ia sadari air matanya meleleh.
"Mas Arya, kenapa Mas Arya pergi dan telah menjadikan aku orang ketiga diantara mereka, Mas. Aku merasa jahat sudah membuat mereka sulit untuk bersama."
Hana menghela nafas, sambil mengusap-usap nisan itu dengan perasaan teriris.
"Andai kamu masih hidup, aku pasti akan sangat bahagia saat ini Mas dan perasaan bersalah ini tidak akan muncul dalam hatiku, hig.. hig..."
Hana mencoba tegar, rasanya kepergian Arya serasa hanya mimpi baginya. Arya adalah lelaki yang sangat dicintainya dan Arya membuat hari-harinya tidak pernah merasa kesepian.
Hana mengingat kembali masa-masa dimana Arya masih hidup. Arya sering sekali datang memberikan kejutan padanya saat Ia tengah melamun, bahkan tidak jarang Arya menggodanya dengan menunjukkan wajah lucunya yang mirip donal bebek dan Chamseupay yang lucu. Arya juga sangat suka dengan bunga mawar dan setiap kali bertemu dirinya Arya selalu membawakan Ia seikat bunga itu karena kesukaannya tapi Hana tidak masalah karena Ia menyukai semua jenis bunga.
Tampa sadar Hana tertawa sendiri, Ia tidak bisa menampik kerinduan akan kisah itu agar terulang lagi dan berharap Arya muncul disana untuk menghibur hatinya yang gundah gulana.
"Hana, Hana, mana mungkin orang meninggal hidup lagi." Hana meratapi dirinya sendiri. "Lihat Mas, aku membawa semua jenis bunga mawar untuk mewangi kan tempat kediaman mu, semoga kamu bahagia disurga sana ya Mas."
Hana menabur bunga yang sudah Ia uraikan dari tangkainya sebelum pergi kesana.
Hana kemudian berdiri dan melangkah mundur sambil terus menatap nisan itu, perasaannya sangat berat untuk pergi meninggalkan Kekasih yang sangat dicintainya.
Hana terisak-isak mengusap dadanya dan tidak sadar bahwa ada seseorang berdiri dibelakangnya.
"Tumpahkan kesedihanmu, Hana. Biar aku obati luka mu nanti."
Hana terkejut lalu menoleh kearah sumber suara itu.
"Rangga, dari mana kamu tahu aku ada disini?" Hana menatap dalam wajah lelaki di depannya.
Rangga tersenyum membalas menatap netra sembab milik Hana dan mengulurkan tangan untuk mengusapnya.
"Aku melihatmu membeli bunga tadi, jadi ku ikuti diri mu sampai disini," jawab Rangga santai.
Rangga mendekati gundukan nisan milik Arya dan memegangnya dengan perasaan seperti sebuah kemenangan. Bagi nya, kepergian Arya adalah jalan agar Ia lebih mudah mendapatkan Hana apalagi Ia tahu, Melvin tidak punya perasaan apapun terhadap Hana dan sudah dipastikan Melvin pasti akan menceraikan Hana demi Clara dalam waktu yang singkat.
"Semoga kau bahagia Arya, seharusnya kau menitipkan Hana pada orang yang tepat. Tapi kau terlalu bodoh untuk itu, Kau membiarkan wanita yang kau cintai harus menangis setiap hari oleh perbuatan adik yang kau anggap mampu mengemban amanah mu. Aku yakin kini kau menyesal kan, kau tidak bahagia melihat Hana ada bersama adikmu itu."
Hana terusik dengan penuturan Rangga yang dilakukannya di depan makam Arya.
"Rangga, apa yang kau katakan?"
Rangga berdiri sambil membersihkan tangannya lalu tersenyum kearah Hana.
"Tidak apa-apa, Hana. Aku hanya ingin memberi tahu Arya kalau kau sebenarnya tidak bahagia bersama Melvin," jawab Rangga simpul.
"Apa? kau salah Rangga, aku sangat bahagia bersama Melvin."
"O ya? tapi kenapa kau merasa jadi orang ketiga diantara mereka jika kau bahagia, Hana? katakan padaku, apa Melvin membela mu saat Clara menggunjingnya?" desak Rangga meminta Hana mengakui kegamangan hatinya.
Hana begitu lemah untuk mengakui semua itu, Air mata nya lagi-lagi berderai lalu berbalik dan berlari meninggalkan Rangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Erviana Erastus
apaan sih rangga bkn bantuin hana buat bahagia sm melvin malahan mw jd pebinor arya tuh tau kamu berengsek mkx minta melvin yg jaga hana
2022-12-11
1
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Rangga kelihatannya baik tapi kenapa Arya tidak menyukainya apakah pernah ada dendam diantara mereka..?
2022-07-04
1
Siti Ainun Habibatur Riskiah
kalo kak uwwu yg jadi Hana,pasti sudah kak uwwu kebiri tuh Melvin🤣
2022-02-07
0