Usai melakukan perbuatannya, Melvin membalas dengan menarik selimut Hana dan menahan tengkuk Hana dibawah guyuran air yang masih mengguyur tubuh keduanya.
"Kau harus membayar kesalahanmu ini, Han."
Hana mengernyit, menatap masuk kedalam bola netra bening milik suaminya dengan penuh kebingungan.
"Dengan apa? apa kesalahan ku begitu besar?"
"Iya, kau sudah membuat aku semakin terbelenggu dengan hubungan ini." Melvin merekatkan lagi tubuh Hana lebih erat kedalam tubuhnya akan tetapi Hana mendorongnya.
"Jangan membuat aku takut, Melvin." Hana melangkah mundur tapi Melvin malah menarik lengannya hingga tubuhnya berputar dan masuk lagi kedalam pelukan Melvin dari belakang punggungnya lalu Melvin mencec*pi lagi lehernya dengan kasar.
Hana meringis, Ia kesakitan akan ulah Melvin.
"Berhenti Melvin, kau menyakiti ku!" Hana memejamkan matanya.
Melvin kemudian melepaskan Hana setelah memberikan stempel disana. "Aku sudah memberi tanda disana, jangan lagi kamu bersentuhan dengan Rangga!" Melvin menatapi Hana yang masih memegangi tanda merah dibawah telinganya lalu meraih handuk diatas gantungan dan meninggalkan Hana yang masih diselimuti ketidak mengertian akan sikap Melvin, dan hanya air matanya yang mewakili perasaan hati nya saat itu.
Usai membersihkan diri, Hana ikut berkumpul di meja makan guna mengisi perut sebelum beraktivitas.
"Mama, maaf. Hana tidak membantu di dapur tadi." Hana berusaha menutupi kilah tanda merah itu karena takut Kedua mertuanya melihat itu.
Tapi rupanya tidak semudah itu Prabu dan Maya sudah menebak kejanggalan yang dilakukan oleh Hana.
"Tidak apa, Sayang. Ayo sarapan!"
Hana kemudian duduk dalam diam mengamati Melvin yang sengaja sibuk melahap nasi goreng miliknya tampa menghiraukan ocehan Ibunya.
"Melvin." Prabu membuka suara.
Melvin mendongak dan memperlambat kunyahan di mulutnya.
"Kenapa Pa?"
"Ada pertemuan dengan Perusahaan Bahardikha, Papa ingin kamu yang pergi kesana atas permintaan Pak Dikha," tutur Sang Papa.
"Iya, Nanti aku yang menemui dia," jawab Melvin dengan nada datar.
"Vin, Papa mengandalkan mu karena Arya sudah tidak ada. Jika seandainya Arya masih hidup Papa tidak ingin menyulitkan dirimu."
Melvin kembali menatap Prabu dengan pandangan tidak suka. "Apa maksud Papa, Papa tidak percaya dengan ku?" tuding Melvin tersinggung.
Maya memegang tangan Prabu agar tidak menjawab Ucapan Melvin. "Bukan begitu, Sayang. Maksud Papa, Kamu kan masih pengantin baru. Seharusnya kamu mengajak Hana berbulan madu tapi Papa malah membuat kamu sibuk dengan pekerjaan."
Melihat piring Melvin sudah kosong, Hana bergegas mengambilkan Melvin air minum yang langsung di teguk oleh Melvin tampa sisa.
"Aku pergi, Ma." Melvin melangkah keluar.
"Biar aku antar, Melvin dulu Pa, Ma." Hana berlari menyusul Melvin baru saja keluar dari ambang pintu Hana melihat Clara tengah memeluk Melvin. Entah sejak kapan gadis itu ada dirumah mereka.
Clara tampak memasang wajah sinis kearah Hana kemudian melangkah mendekat. Sudah dipastikan tatapan itu adalah tatapan kebencian dari Clara pada dirinya.
Clara mengitari tubuh Hana lalu menyibak rambutnya dan melihat ada tanda merah disana.
"Dasar ular, bisanya kau memanfaatkan kelengahan Melvin saat Ia tengah mabuk. Kau pasti menjebaknya kan agar dia bisa bercumbu dengan mu," geram Clara tersenyum picik.
Hana menundukkan kepalanya dan membiarkan Clara mengatakan apapun yang Ia mau untuk mengumpat dirinya.
Clara memicingkan mata, Ia muak melihat wajah teduh dari gadis yang telah merampas haknya. "Ck, kenapa? kamu malu mengakuinya, beraninya kamu menyentuh calon suamiku?"
Plak!
Clara tak dapat membendung kemarahannya pada sosok seorang Hana hingga Hana harus rela mendapat tamparan keras dari Clara.
"Dasar jal*ng, aku tidak ikhlas Kau merebut milikku lebih dulu!" Makian kasar terus terlontar dari Mulut Clara membuat Hana panas mendengarnya sampai Ia menitikan air mata.
Melvin merasa iba pada Hana atas perbuatan Clara, lalu menarik lengan Clara agar berhenti memaki Hana.
"Ayo kita pergi, Sayang!"
"Tidak, aku belum puas mencaci maki dirinya," tuding Clara menolak ajakan Melvin. Clara mendorong Hana dengan kasar hingga Ia terjatuh.
"Clara, apa yang kamu lakukan?" Prabu tersulut dengan gadis yang semena-mena pada menantunya.
Maya bergegas membantu Hana berdiri.
"Ayo Sayang!"
"Melvin, inikah gadis yang kamu cintai? sungguh dia tidak pantas menjadi istri mu karena sikapnya sama sekali tidak punya moral dan tata Krama sebagai seorang perempuan."
"Cukup Pa." Melvin menarik Clara kebelakang punggungnya.
"Jangan campuri masalah pribadiku sama Clara sebab Papa tidak punya hak sama sekali atas hidupku," timpal Melvin kasar dan menekankan kalimat terakhirnya agar sang Papa sadar bahwa Ia hanya bisa mengatur kehidupan yang Ia jalani.
Plak!
Tamparan Prabu kembali melayang untuk yang kesekian kalinya kewajah Melvin dan itu sudah hal yang lumrah bagi Melvin setiap kali bertemu Papanya.
"Lalukan Pa, Lakukan sesuka hati Papa sampai Papa merasa puas telah beribu-ribu kali menampar pipi ini." Melvin menunjuk pipinya yang memerah.
Prabu makin marah dan ingin menampar lagi wajah Melvin akibat amarahnya semakin meledak akan perlawanan Melvin terhadapnya tapi Hana menahannya. "Cukup Pa, tolong jangan lakukan ini sama suami Hana, Pa. Hana mohon!" Hana berderai air mata didepan Papa mertuanya.
"Hana, Papa lakukan ini agar Melvin tidak seenaknya dalam menjalani hidup yang keras ini. Papa mengajari dia agar dia membuka mata bahwa perbuatanya jangan sampai menghancurkan hidupnya sendiri," tegas Prabu menunjuk wajah Melvin.
Melvin membuang muka
"Terserah Pa, Papa memang tidak pernah Sayang pada Melvin. Yang ada di otak Papa hanya Kak Arya yang cerdas itu, bukan aku."
"Itu kenyataan Melvin, lihat Kakak mu! dia tidak pernah dibodohi orang lain karena kecerdasannya bahkan Ia menjauhi minuman terlarang yang membuatnya hilang akal akibat perempuan." Prabu menatap sinis wajah Clara. Baginya Clara bukanlah ukuran gadis yang baik diusianya karena sangat bebas pada seorang laki-laki.
Melvin menganggukkan kepalanya disertai senyum yang getir. "Papa benar, Melvin memang tidak pernah bisa melakukan yang terbaik untuk Papa. Makasih Pa, Papa membuka mata Melvin dengan segala yang Papa lakukan bahwa, ternyata Orang tua hanya akan menyayangi anak nya yang cerdas dan membanggakan dirinya didepan orang banyak lalu membuang anaknya yang lain karena kebodohannya."
Maya dan Hana menggelengkan kepalanya.
"Itu tidak benar, Nak. Kamu pasti salah paham anakku."
Maya memeluk Melvin tapi Melvin menolaknya.
"Tidak Ma, jangan pedulikan hidup Melvin dan biarkan Melvin memilih jalan Melvin sendiri." Melvin melangkah mundur dan membawa Clara meninggalkan mereka yang masih menatap kepergiannya.
Maya kemudian mendekati Prabu dan memegang lengannya. "Tolong jangan keras pada Melvin, Pa. Papa terlalu kasar padanya hingga membuat Ia menjadi pembangkang."
Prabu mengusap kasar rambutnya.
"Sudahlah Ma, Papa lakukan ini agar Ia menjadi kuat," tandas Prabu. Ia pun pergi meninggalkan Maya dan Hana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Erviana Erastus
didepanmu ada wanita baik dan sdh jd istrimu ngapain km pertahankan clara wanita nggak ada akhlak heran juga nih sama prabu kok si clara keluar masuk rmhx bebas amat ya
2022-12-11
1
Maulina Kasih
aq jd hana minta pisah aj..atau pergi gitu nenangin diri...biar melvin sdkit mikir
2022-04-10
1
Aris Pujiono
hadir lagi...salam sanubari
2022-01-09
1