Bintang Kecil Untuk Faila
“Fai, aku tidak akan mungkin jatuh cinta padamu, kita sudah hidup lama satu atap dan kamu sudah seperti adik untukku. Jadi, tolong berhentilah.” Frans menatapku tanpa minat.
“Kamu bilang kamu mengangapku seperti adik. Seorang kakak tidak akan meniduri adik perempuannya, kan?”
Perkenalkan namaku Faila Kirana usia 24 aku lahir dan tumbuh di Malang sebuah Kota di Jawa Timur. Kedua orang tuaku sudah meninggal saat aku masih kecil. Saat kedua orang tuaku meninggal, kakekku mengantarku ke sebuah panti asuhan
Tepat saat lulus dari bangku SMP. Aku hijrah ke Jakarta, tinggal di rumah sahabat ibuku, aku diterima baik dan diperlakukan seperti anak sendiri.
Karena hal itulah membuatku nyaman dan betah tinggal di rumah mereka. Aku jatuh cinta pada salah satu anak pemilik rumah, namanya Frans Devan. Lelaki tampan yang membuat kaum hawa terpesona, termasuk diriku.
‘Apakah itu berlebihan? Iya itu memang berlebihan , aku sudah ditampung dan diterima baik di rumah keluarga Frans, aku masih maruk, jatuh cinta pada anak mereka’
*
Aku, masih berdiri di ambang pintu rumah milik keluarga Frans,
Menunggunya Frans pulang, ia orang yang paling sibuk, selain sibuk kuliah, ia juga ikut latihan Basket, Aku tinggal di ruamah Frans sekitar empat tahun yang lalu, bulanya aku lupa, apa lagi tanggalnya lebih lupa lagi.
Tinggal satu rumah bersama Frans membuatku bersemangat,
Bersemangat bangun pagi, karena bisa ikut menemaninya olah raga, bersemangat berangkat kuliah karena bisa berangkat
Bersama dengannya, hidupku terasa bersemangat jika ada Frans.
Kami sama –sama masih menempuh pendidikan di salah satu perguruan Negeri di Depok jawa barat.
Aku selalu mengekor kemanapun ia pergi, dimana ada dia di situ ada aku, aku seperti bayangannya untuknya.
Kalau di tanya apa ia tergangu atau marah? Jawabannya sudah pasti” Iya”
Tapi ia sudah terbiasa dengan segala tingkah dan kelakuanku, aku selalu menempel pada Frans, bak permen karet
Awalnya sih ia risih dan selalu mengusirku, karena ia bilang malu sama teman- temanya, setiap kali mengusirku dengan paksa, aku akan mengadu pada maminya Frans.
Di rumah ia akan di omelin dan di potong uang saku akhirnya ia lelah membiarkanku mengekorinya.
*
“Duduklah Fai” nanti juga datang panggil mami yang terlihat santai.
Mereka sudah terbiasa dengan diriku dan segala tingkahku, tante dan o, duduk bersantai di ruangan tamu, mencicipi cemilan yang aku hidangkan
Walau kami tinggal dalam satu rumah, maksudku satu atap, dengan Frans, tidak lantas hubungan kami menjadi dekat. Ia terkadang memiliki sikap yang tidak mudah di tebak. Terkadang perhatian, membuat siapapun yang dekatnya akan salah paham
Tapi aa terkadang menjadi sangat dingin melebihi dinginnya balok Es.
Tapi itulah yang membuatku semakin pensaran pada Franas.
Besi saja bisa melebur jika dibakar, Balok es pun akan mencair bila kena panas.
Bagi orang lain itu Cinta yang gila. Tapi untukku, Ini namanya bunga-bunga cinta. Aku hanya ingin tetap bersamanya selamanya. Umurku saat ini hampir beranjak 23 tahun, sudah dewasa memang dan sudah cukup dewasa, tapi banyak orang bilang sikapku masih kekanak- kanakkan
‘Horeeee orang yang kau tunggu akhirnya datang juga’ aku bersemangat bersenandung ria dalam hati melihatnya sudah datang.
Frans tiba sudah hampir malam dan mami sama papinya sudah pergi ke kamar mereka. Tinggal aku sendiri yang masih berada di sana menunggu sang pujaan hati pulang.
Aku berlari kecil menghampri Frans.
“Kok pulangnya malam bangat Kak?” Tanyaku membantu membawa tas punggung miliknya
“Iya,” jawabnya, membiarkanku membawa tas ke kamarnya.
Seperti biasa, ia akan cuek dan acuh, walau bagaimana aku bertindak dan melakukan apapun dia akan cuek, setelah menyerahkan tas rangsel miliknya. Ia lalu melonggos masuk kekamar.
Aku mengekor dari belakang, tapi kali ini raut wajahnya terlihat lebih suram dari biasanya, ia tidak membuka pakainya seperti yang biasa ia lakukan,
Biasanya membuka pakaianya, tanpa sungkan, walau aku berdiri di sana sepanjang waktu. Frans tidak pernah merasa malu ataupun terganggu, mungkin di matanya, aku bukanlah seorang wanita dan tidak perlu merasa malu.
Saat aku duduk di sisi ranjang Frans, ia menatapku dengan tatapan tidak suka atau lebih tepatnya ia mengusirku.
“Pergilah ke kamarmu, aku mau istirahat.” Tatapan matanya tegas, seperti Bos lagi memerintah bawahannya
Aku juga tidak mau mendengar kalimat menyuruh itu, aku membereskan isi dari tas rangsel miliknya dan duduk di sisi kasur miliknya
“Ada apa?” Aku bertanya dengan suara yang dibuat selembut mungkin
“Aku lagi tidak ingin membicarakan apapun, jadi tidurlah,” jawab Frans tegas.
“Aku tidak mau …. ceritakan dulu,” desakku kekanak- kanakkan
“Fai! Dengar baik baik, aku punya sedikit ruang frivasi untukku dan ini kamarku”
“ Tapi ceritakan dulu,” rengekku seperti anak kecil.
“Baiklah besok aku akan menceritakannya, jadi tolonglah keluar dari kamarku”
Frans endorongku keluar dari kamarnya, aku memilih menurut takut, ia bertambah kesal.
Aku bangun sangat pagi seperti biasa, berharap lelaki tampan itu segera turun dan kami berangkat sama-sama ke kampus. Tetapi pagi ini, Frans sudah berangkat sangat pagi, sepertinya ia menghindar dariku.
“Dia sudah berangkat pagi-pagi sekali Fai,” ujar mami Frans, saat aku menunggu Frans. Wanita cantik itu menatapku dengan iba.
“Baiklah Mi, aku berangkat sendiri saja”
Berangkat sendiri ke kampus tanpa Frans,
Saat tiba di kampus sahabatku Tari mulai mengintrogasiku dengan pertanyaan yang itu-itu lagi;
“Kenapa kamu yang harus mengejar-ejar dia, sih?” Tanya sahabatku, ia heran melihatku sifatku selama ini.
“Karena aku yang lebih mencintainya,” jawabku apa adanya.
“Itu bukan cinta, Aneh!” Tangannya itu menoyor kepala ini.
“Terus, karena apa donk?” Tanyaku dengan tawa tertahan, lucu melihat alisnya yang saling menyatu.
“Karena lo gila, karena ketampanannya,” ucapnya lagi dengan kesal.
Aku hanya tertawa setiap kali melihatnya marah.
“Aku mencintainya, bukan hanya karena dia memiliki badan kotak kotak kayak Roti sobek, ini.” Menunjuk roti di tanganku.
“Terus? Karena apa ?” tanya Tari sahabatku, mulutnya masih di penuhi roti. Ia memasukkanya sekaligus, takut aku minta sebagian.
“Karena hidupku bergantung padanya”
Aku dan Tari mengambil jurusan yang sama Ahli Gizi. Tari tinggal di asrama Putri di kampus, sedangkan aku menumpang hidup di rumah Frans di terima dengan baik oleh keluarganya. Walau aku tahu Frans tidak pernah mencintaiku karena ia punya selera tinggi untuk wanita yang jadi kekasihnya.
Tetapi usaha keras akan membuahkan hasil, aku akan selalu mengejarnya sampai aku mendapatkannya.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Nabila srimulya
tolong sayaaa, tidak bisa tidur ngeliat karya² nyaaa
2022-03-03
0
Naga Bulan Salju
kasian si fai
2021-11-23
1