Selesai menghabiskan makan malam nya, Agam dan Mayra tampak masih berbincang santai.
Yang dibahas adalah tentang iklan yang akan dibintangi Mayra.
Raut wajah kesal kembali terlihat di wajah cantik Mayra yang berbalut kelelahan.
"May..aku mau mengatakan sesuatu padamu.."
Ucap Agam kemudian, setelah mereka terdiam beberapa saat. Wajahnya nampak serius sekaligus tegang. Agam adalah petarung ulung dalam hal berbisnis, tapi dihadapan wanita ini dia seakan tak mempunyai nyali sedikitpun.
Cinta...bisa membuat seseorang menjadi sosok yang berbeda dalam waktu singkat.
Mayra menatap Agam yang ada dihadapannya, hatinya tiba2 berdebar tak menentu.
"May..mungkin yang akan aku sampaikan ini, akan membuatmu tidak nyaman..Tapi sungguh aku sudah tidak bisa lagi menahannya.. Aku takut kamu akan lari menjauh dariku kalau aku menundanya lagi.."
Ucap Agam dengan suara sedikit bergetar.
"Mas..apa yang ingin kau katakan..?"
Mayra mencoba berucap walau sebenarnya detak jantung nya sudah tak beraturan.
Mereka bertatapan dalam saling mengunci.
"May..sudah lama sekali aku menyimpan perasaan ini padamu, perasaan yang sangat tulus, sangat dalam, dan sangat kuat.."
Agam menjeda ucapannya, mencoba menelan saliva nya yang terasa sulit sekali.
"Aku..aku mencintaimu May.. Aku sangat mencintaimu, menyayangimu sepenuh hati.."
Akhirnya kata2 itupun keluar dari mulut Agam.
"Mass..."
Mayra terpaku..Matanya berkaca-kaca.
Antara bahagia, tak percaya, dan juga rasa sesak di dada yang menghimpit perasaannya.
Tidak...!! kenapa baru sekarang pernyataan cinta Agam ini didengarnya.
Bukankah semua sudah terlambat??
Dada Mayra makin sesak, air mata memaksa keluar dari pelupuk matanya. Turun dengan derasnya membasahi pipi mulusnya.
Dan Agam tampak terhenyak melihat reaksi Mayra, tidak mengerti ada apa dengan gadis yang di cintai nya ini. Apakah dia sangat terharu dan bahagia hingga menangis seperti itu.?
Ataukah dia tidak suka dengan pernyataannya?
"May..maafkan kalau aku terlalu terburu-buru..Tapi aku sungguh tidak bisa lagi menahannya..Aku sangat mencintaimu May.."
Ucap Agam resah melihat tangis Mayra.
Tanpa sadar dia menggenggam tangan Mayra dan menciumnya lembut.
Mayra tersentak dan makin sedih melihat kenyataan ini. Ini adalah impian nya selama ini, mendapatkan pernyataan cinta dari laki2 ini..
Tapi sekarang semua sudah berbeda, dia harus tahu diri dan menyadari statusnya.
Dia adalah ISTRI..seseorang..!!
"Maaf mas..aku..aku mau ke toilet dulu.."
Mayra berucap sambil melepaskan genggaman tangan Agam, kemudian mengambil tasnya dan bergegas pergi menuju toilet yang letaknya lumayan jauh dari tempat itu.
****
Mayra menangis tersedu di dalam toilet, menumpahkan segala rasa sesal dan kesedihannya.
"Tuhan...kenapa harus seperti ini..hik hik hik.."
Tangis Mayra makin pecah, tapi dia berusaha meredam suara tangisnya takut di dengar oleh orang lain. Dia terus menyesali keadaan yang tidak berpihak kepadanya.
Setelah puas mengeluarkan segala rasa sesak di dadanya, Mayra mencoba menguatkan hati.
Dia keluar dari bilik toilet, membasuh muka di wastafel. terlihat matanya sembab.
Air mata itu masih saja menetes.
"Begitu cintanya kamu pada bos mu itu sampai menangisinya seperti ini..!"
Sebuah suara bariton di belakang Mayra membuyarkan kekalutan nya.
Mayra dengan cepat membalikan badannya.
Dan laki2 yang berstatus suaminya tiba2 telah berdiri dibelakangnya dengan tatapan tajam menghujam.
Wajah Dirga tampak keras tak bersahabat.
"Kau..kenapa ada disini..?"
Mayra berucap terbata karena gugup tidak menyangka kalau Dirga ada di tempat itu.
"Kenapa..? kaget..??"
Dirga melangkah maju mendekati Mayra, dan Mayra sontak mundur menjauh.
Dirga terus maju merangsek hingga tubuh Mayra membentur wastafel yang ada di belakang nya.
Kini mereka berdua berdiri berhadapan hanya berjarak sejengkal lagi.
"Apa kau sangat mencintai bos mu itu hahh..?
Kau bahagia dengan pernyataan cintanya??"
Tanya Dirga dengan intonasi yang terkesan mengintimidasi. Matanya terkunci di wajah Mayra yang lelah dan matanya yang sembab.
"Kalau pun benar..apa aku masih punya hak untuk menentukan pilihan perasaan ku sendiri..?"
Mayra mencoba tegar dan tidak mau ditekan oleh Dirga. Dia tahu posisinya, tapi dia punya hak untuk membela harga dirinya.
"Hoohh..kau memang tidak punya hak lagi untuk menyimpan hati pada laki2 manapun..Apa kau tidak sadar dengan posisi mu sekarang nona Mayra..?!"
Dirga berucap dengan suara yang sedikit meninggi.
Dia maju memerangkap tubuh Mayra, mengurung nya dibalik wastafel. Tangannya di letakan di dua sisi, hingga kini Mayra tidak bisa lari lagi.
Mayra mengangkat wajahnya hingga kini mata mereka beradu tajam, saling menantang, dan mengadu kekuatan.
"Jadi menurutmu aku masih punya posisikah..? Posisi seperti apa yang kau maksudkan Tuan Moolay? Apakah posisi sebagai wanita pendamping..?"
Wajah Dirga tampak makin dingin, rahangnya mengeras, ada hantaman amarah yang tiba-tiba memenuhi dadanya saat mendengar ucapan Mayra.
"Kau adalah istriku...wanita yang aku siapkan untuk melahirkan keturunanku..Apa posisi itu kurang bagus untukmu nona sekretaris..?"
"Ya..!! Kau menikahiku tanpa persetujuan ku..!! Kau menekan ayahku..!! Orang kaya seperti mu memang tidak pernah memikirkan hati dan perasaan orang kecil seperti kami..!!"
Ucap Mayra tidak kalah keras. Walau dia berusaha mengimbangi tekanan Dirga, namun air matanya tak bisa diajak kompromi. Hatinya yang sakit dan seperti tercabik2 membuat jiwanya seakan remuk redam.
Wajah Dirga makin kelam, kekesalannya sudah memuncak melihat perlawanan Mayra.
Tangan nya meraih dagu Mayra dan menekannya kuat hingga Mayra meringis kesakitan.
"Posisi istri kedua yang aku sematkan padamu sudah lebih dari cukup..Tugasmu hanya melahirkan anak untuk ku..! Setelah itu urusan selesai..!"
plak
Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Dirga yang dilayangkan Mayra.
Mata Dirga berkilat murka. Dia memegang pipinya yang cukup terasa panas, mata mereka kembali bertatapan tajam, tak ada yang ingin mengalah.
"Kau bahkan tidak menghargai aku sebagai wanita..!
Bagaimana bisa aku melahirkan anak untukmu..!!"
Mayra berucap kuat dengan bercucuran air mata.
Harga diri nya merasa benar-benar di rendahkan oleh laki2 yang telah menikahinya itu.
Dirga terdiam dengan masih menatap tajam mata Mayra yang terus meneteskan air mata.
Amarah di dadanya mengalahkan rasa kasihan terhadap wanita itu.
Entah kenapa dia merasa begitu murka melihat Agam memegang dan mencium tangan Mayra, dan Mayra meneteskan air mata dihadapan laki2 itu.
"Aku memang wanita biasa yang hina, tapi setidaknya aku masih punya harga diri..!"
Ucap Mayra kembali dengan suara yang sudah serak dan bergetar.
"Kau tidak menghargai aku, sama saja kau tidak menghargai ibu yang sudah mengandung dan melahirkanmu..!"
"Kau..! jangan bawa2 ibuku dalam masalah kita..Kau tidak bisa dibandingkan dengannya..!"
Bentak Dirga kalap.
"Kenapa..? lalu kenapa kau mau menjadikan aku sebagai ibu dari anakmu kelak..??"
Sentak balik Mayra, Dirga mengepalkan tangannya di depan wajah Mayra.
Tapi tertahan dan hanya melayang di udara saja.
Mayra terbelalak melihat Dirga mengangkat tangan dihadapannya..
"Kenapa. ?? kau mau menamparku hahh..
Aku benci padamu..!! aku benci..!!"
Teriak Mayra, tubuh Dirga bergetar hebat menahan luapan amarahnya. Dia menurunkan tangannya.
Dan sekilat Mayra mendorong tubuh Dirga kemudian berlari keluar dari toilet itu, terus berlari menuju keluar dari kafe tersebut.
Dia menyetop taxi, dan segera pergi dari halaman kafe itu dengan cucuran air mata yang tiada henti tumpah.
Dia menangis sesegukan di dalam taxi yang ditumpanginya.
Si bapak supir hanya diam memperhatikan Mayra dari balik kaca spion tengah nya.
Sementara itu Dirga hanya mematung di tempat.
Dia mencoba mengatur napasnya mengendalikan diri dari serbuan amarahnya.
Ponselnya sudah berdering sedari tadi saat Mayra masih berteriak padanya.
Dan Agam pun sudah resah dari tadi karena Mayra tidak kunjung kembali ke ruangan itu.
Dia ragu untuk menyusulnya karena takut membuat Mayra makin terasa tertekan.
Kini hanya tinggal kebingungan yang menguasai pikirannya. Kemudian mencoba menghubungi telpon Mayra namun sampai sepuluh kali panggilan pun tidak direspon nya.
Tidak lama ada chat dari Mayra yang mengatakan kalau dia sudah pulang duluan karena merasa tidak enak badan.
Agam hanya bisa tertegun mendapati kenyataan itu.
Wajahnya tertunduk lesu kemudian, dia tahu kalau Mayra sengaja menghindar darinya...
*******
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
luiya tuzahra
ayo mayra jgn lemah biar dirga gak semena -sema. sbgai seorg wanita pastinya sy dukung mayra trlepas dr posisi mayra sbg seorg istri
2023-11-26
1
🌹Fina Soe🌹
bagus mayra harus tegas...biar dirga gak semena-mena...
2023-10-13
0
andi hastutty
bagus Mayra dengan tindakannya smoga kamu tidak memberi harapan ke laki2 meskipun kamu benci dengan suamimu dn jadi istri ke 2 biar kamu terlihat berharga di mata manusia
2023-10-09
0