Aris kembali menenggak air mineral di tangannya lalu menghela napas panjang sebelum kembali melanjutkan ceritanya.
Wawan
"Lantas, bagaimana dengan suara langkah kaki yang selalu mengikuti langkahmu itu? apa dia masih ada atau sudah menghilang?"
Aris
"Sialnya masih ada."
Wawan
"Dia terus mengikutimu sampai di pos dua?"
Aris
"Benar, hal itulah yang membuat nyaliku akhirnya ciut dan merubah seketika sikap ceriaku menjadi pendiam."
Wawan
"Hanya suara satu orang kah?"
Aris
"Satu orang saja tapi hentakan kakinya benar-benar membuat kakiku lemas."
Wawan
"Kenapa? ceritakan lebih jelas!"
Aris
"Seperti suara kaki raksasa. Dum.. dum.. dum.. seperti itu."
Wawan
"Buto, mungkinkah itu?"
Aris
"Seperti itu juga yang kupikirkan saat itu."
Wawan
"Ah, aku kira buto hanya ada dalam cerita dongeng timun emas."
Celetukan Wawan berhasil mengulas senyum di bibir Aris.
Aris
"Ohya Wan, ada yang lupa belum kuceritakan."
Wawan
"Apa itu?"
Aris
"Semenjak kepergian anak-anak kecil yang berlarian di semak-semak. Tiba-tiba punggungku terasa berat. Apa kamu ingat saat aku minta berhenti sejenak waktu itu?"
Wawan
"Iya ingat."
Aris
"Waktu itu, aku bilang kalau aku lelah tapi sebenarnya aku curiga karena tiba-tiba carrierku berubah berat sampai punggungku terasa sakit dan saat kuturunkan carrierku, kamu tahu apa yang sedang bertengger di atas carrierku?"
Wawan
"Pasti makhluk halus."
Aris
"Iya, makhluk halus dengan bentuk manusia cebol tapi gemuk."
Wawan
"Pantas saja berat."
Aris
"Dan yang lebih menjijikkan adalah, makhluk itu terus menerus meneteskan air liur."
Wawan
"Hemm... apa dia langsung menghilang setelah carrier kamu turunkan?"
Aris
"Belum, dia masih bertengger di sana. Kamu sempat berkomunikasi secara batin waktu itu. Aku tidak tahu kenapa bisa seperti itu tapi apa yang aku ucapkan di dalam hati, dia mengerti dan aku pun bisa mendengar jawabannya."
Wawan
"Apa yang kalian bicarakan?"
Aris
"Aku menanyakan apa tujuannya menggangguku dan secara sopan memintanya untuk pergi."
Wawan
"Apa jawabannya?"
Aris
"Dia bilang, dia ingin lebih mengenalku karena tidak lama lagi, aku akan tinggal di kampungnya."
Wawan
"Kampung para lelembut?"
Aris
"Sepertinya memang itu maksudnya."
Wawan
"Bagaimana akhirnya dia mau pergi?"
Aris
"Seperti yang kukatakan tadi, aku meminta dengan sopan agar dia pergi dan tak lama kemudian, dia benar-benar menghilang."
Wawan
"Jujur, ini sangat menyeramkan Ris. Aku tidak tahu bagaimana caramu untuk tetap tenang saat itu."
Comments
Cahaya Lekatiandra
kok seperti ini teksnya
2024-10-17
0
Fitri wardhana
👍👍👍👏👏👏👏
2022-07-24
0
DHY
hai thor,mampir yuk ke cerita ku judulnya"Di belakangmu"😁.ceritanya bagus thor,semangat ya updetnya👍
2021-10-28
3