"Kalau kamu ingat, sikapku mulai berubah saat kita sampai di pos dua."
Wawan
"Iya aku ingat, kamu mendadak diam, tidak seperti biasanya yang ceria tapi kupikir itu karena kelelahan saja. Meskipun, beranggapan seperti itu tetap terasa aneh bagiku karena jam terbangmu di gunung cukup tinggi. Tidak mungkin secepat itu kelelahan."
Aris
"Iya Wan, memang bukan karena kelelahan."
Wawan
"Coba kamu ceritakan!"
Aris
"Sejak dari basecamp aku selalu merasa ada yang mengikuti langkah. Satu langkah kumelangkah, dia pun juga melakukan hal yang sama. Bahkan saking penasarannya, ketika kita sampai di pos satu, sengaja ku arahkan senter ke segala arah untuk mencari sosoknya."
Wawan
"Benar, aku sempat menegurmu waktu itu. Lalu bagaimana, apa kamu melihat sosok itu?"
Aris
"Belum, yang kulihat malah dua kuntilanak yang bertengger di dahan pohon. Sudah biasa bagiku melihat penampakan seperti itu. Aku tidak takut sama sekali."
Wawan
"Apa kamu yakin, bukan kuntilanak itu yang mengikutimu?"
Aris
"Yakin, aku tidak bisa menjelaskannya tapi hatiku meyakini bahwa itu bukan dia."
Wawan
"Oke, apa lagi yang kamu lihat atau rasakan?"
Aris
"Saat kita melanjutkan perjalanan, aku sempat menoleh ke belakang dan dua kuntilanak itu masih berada di sana, tidak mengikuti kita. Kurasa, memang di sana areanya. Hal ganjil selanjutnya yang kurasakan adalah seolah-olah ada yang berjalan mendahuluiku dari semak-semak di kiri kananku. Begitu cepat layaknya embusan angin dan terjadi berkali-kali."
Wawan
"Makhluk apa itu?"
Aris
"Berdasarkan yang kulihat, itu segerombolan anak-anak yang tengah asik bermain."
Wawan
"Anak-anak? seperti tuyul kah?"
Aris
"Entahlah, mereka terlihat seperti anak manusia normal. Hanya saja, mereka memakai pakaian kuno."
Wawan
"Pakaian jaman dulu maksudmu?"
Aris
"Iya. Aku hanya diam hingga salah seorang dari mereka menoleh ke arahku membuatku terhenyak. Anak itu tersenyum lalu kembali berlarian bersama teman-temannya."
Wawan
"Menarik, apa mungkin, mereka termasuk warga di alam lelembut tempatmu tersesat?"
Aris
"Kurasa iya karena aku juga sempat bertemu beberapa di antara mereka ketika tersesat di sana."
Wawan
"Bisa dibilang, anak itu ramah padamu ya?"
Aris menggelengkan kepalanya.
Aris
"Seramah apa pun, tidakkah kamu berpikir bahwa itu semua hanya tipu muslihat untuk menjerumuskan manusia?"
Wawan
"Ah benar."
Wawan mengangguk sepakat dengan pendapat temannya, Aris.
Comments
Fitri wardhana
lanjuttt
2022-07-24
0