Pagi hari

Pagi menjelang, sinar hangat mentari pagi menembus jendela kaca besar di kamar Dave. Pagi-pagi sekali Erika sudah terbangun dan membuka tirai jendela. Sinar lembut mentari jatuh menyinari wajah Dave yang masih nampak tertidur pulas di sofa dekat jendela. Pria itu terlihat sedikit menggeliat menghindari silau cahaya mentari pagi. Melihat itu Erika menghalau sinar mentari dengan kedua tangannya agar tak mengenai Dave. Kemudian ia tersenyum, seolah ingin menggoda Dave, ia menyingkirkan kembali tangannya dan membuat Dave merasa kesilauan. Kemudian tangannya kembali menghalau sinar mentari lagi, Erika melakukan gerakan tersebut beberapa saat.

Kenapa aku rasanya senang sekali menjahilinya seperti ini.

Kemudian Erika mendekat ke arah sofa, dengan duduk berjongkok dan mulai mengamati wajah Dave dari dekat.

Ya ampun, ternyata dia memang sangat tampan. Gumam Erika seraya menutup mulutnya sendiri karena takjub.

Tak berapa lama perlahan mata Dave mulai terbuka, Ia tampak terkejut saat mendapati Erika sudah sangat dekat di depan mukanya.

"Huaaa...Apa yang kau lakukan!" Teriak Dave seraya bangkit dari tidurnya. Erika yang terkejut mendengar teriakan Dave, ia sampai terjatuh ke belakang saat berusaha menghindar, mundur dengan tetap posisi berjongkok.

"Astaga! Kau membuatku kaget saja!" Ujar Dave lagi seraya memijat keningnya sendiri pelan, setelah itu mengusap wajahnya sendiri dengan perlahan. "Lain kali jangan lakukan hal ceroboh itu lagi!" Lanjutnya dengan nada tegas menatap ke arah Erika yang seolah belum mampu mengucapkan satu kata pun.

"Ma..af..tadi aku hanya me..meriksa wajahmu..aku kira ada nyamuk ta..di!" Ujar Erika akhirnya dengan suara terbata, ia meringis konyol di kalimat terakhirnya yang menurutnya sendiri tak masuk akal. Nyamuk? ulangnya dalam hati, ini konyol sekali pikirnya.

"Haisss...!" Dave seketika memejamkan matanya sendiri karena merasa konyol mendengar alasan gadis yang ada di depannya ini. "Kau pasti mengarang, mana ada nyamuk disini!" Seru Dave dengan tatapan kesal. Matanya seolah sedang ingin mengiris. Membuat Erika menelan ludahnya sendiri karena merasa kawatir. Tak ada ide apapun selain melontarkan kalimat tadi, dan tak mungkin juga baginya berkata jujur. Kalo sebenarnya tadi ia sedang mengamati wajah Dave yang tampan dengan jarak yang sangat dekat.

"Dave, sudahlah, itu kan hanya masalah kecil, kenapa kau peduli dengan alasanku. Lebih baik kau mandi sekarang, lalu bersiap-siap berangkat ke kantor." Erika berkata dengan nada senormal mungkin dan berusaha bicara sambil tersenyum.

"Huh..ada-ada saja!" Dave masih nampak kesal dan tak menghiraukan omongan Erika. Ia pun segera beranjak dari duduknya, dan itu membuat mata Erika terhenyak, ia sampai menahan nafasnya karena melihat tubuh Dave yang atletis terpampang jelas di hadapannya.

"Kenapa kau melihatku terus seperti itu?" Tegur Dave yang menyadari Erika tampak salah tingkah di hadapannya. "Tunggu sebentar..." Dave perlahan berjalan mendekat ke arah Erika. Membuat jantung gadis itu seolah berhenti sejenak.

Erika sudah mulai memejamkan matanya sambil menahan nafasnya ketika Dave sudah semakin dekat ke arahnya. "Ku pikir ada nyamuk di pipimu, ternyata bukan!" Ujar Dave sambil mengamati wajah Erika dengan jarak yang sangat dekat, sama seperti yang ia lakukan tadi pada Dave. "Kenapa kau memejamkan matamu seperti itu? Jangan-jangan kau ingin berciuman ya?!" Dave sudah nampak menyeringai sekarang.

Siapa yang ingin berciuman? Lagi-lagi Erika menelan ludah sendiri kasar. Ia merasa benar-benar gugup sekarang.

"Ah..kenapa kau pandai sekali membaca isi hatiku, sepertinya kau juga ingin berciuman, iya kan?" Erika berkata sambil memasang muka manis.

Aku pasti sudah gila mengatakan semua itu. Gumam Erika dalam hati.

"Jangan harap!!" Ujar Dave ketus sambil berlalu meninggalkan Erika menuju kamar mandi.

Siapa juga yang berharap, aku hanya mencoba menggodamu tadi. Ah sial..padahal dia juga berusaha menggodaku tadi! Erika merasa kesal sendiri.

******

Dave sudah tampak selesai dengan mandinya. Ia keluar hanya dengan menggunakan handuk yang di lilitkan di pinggangnya. Lagi-lagi pemandangan itu membuat Erika menahan nafasnya.

Ya Tuhan, lindungilah mata suciku ini, jangan sampai aku terbuai dan tergoda.

Erika berusaha memalingkan wajahnya dari Dave. Ia pura-pura menatap ke layar telivisi di kamar Dave yang sedang menyala sekarang.

Dave masih sibuk mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil di tangannya. "Tolong siapakan baju untukku!" Serunya tiba-tiba.

"Apa?!" Erika seketika menoleh dan tampak sedikit terkejut.

"Jangan membuatku mengulangi perkataan ku. Tolong siapkan bajuku kataku! Ini perintah!" Seru Dave lagi dengan wajah dingin yang nampak menyebalkan.

"Ah..iya, baiklah sayangku, kau ini kenapa tidak sabaran sekali sih."

Abaikan saja kata-kataku yang terdengar gila ini. Yang penting aku selamat.

Dave mengeriyitkan dahinya. Masih berani juga dia menggodaku, memanggilku dengan sebutan sayang. Hemm..kedengarannya manis juga.

"Sayang! Kau mau yang mana? Kau lebih suka kemeja warna biru muda atau yang warna putih saja!"

Apa aku sudah terdengar seperti istri sungguhan? Haha. Erika merasa geli sendiri dengan tingkahnya.

"Yang mana saja, terserah!" Ujar Dave datar.

"Baiklah, kalo begitu kau pake yang biru muda ini saja, kau sepertinya cocok mengenakan yang ini, kau akan terlihat semakin tampan."

Haha..apa-apaan aku ini, biar saja, aku ingin tahu apa dia bisa luluh padaku.

"Hemm, tak perlu kau puji, aku pasti akan terlihat tampan mengenakan pakaian apapun!" Dave menyeringai jahil seorang, merasa menang dari gadis itu.

Ya ampun, sepertinya susah sekali menahlukan tuan muda yang dingin ini.

"Baiklah Dave sayang, kau ingin sarapan apa? Biar ku buatkan ya!" Erika memasang muka manis lagi, sepertinya ia sangat menikmati perannya sebagai istri pura-pura Dave.

"Apa kau sungguh ingin jadi istri sungguhan? Kenapa sikapmu seperti itu?" Ujar Dave sambil matanya memberi isyarat agar Erika mau mengancingkan kancing baju kemeja yang kini sudah di kenakannya.

Sejenak Erika mendekat dengan ragu-ragu, kemudian perlahan mulai mengancingkan kancing kemeja Dave satu persatu.

Semua gadis pasti menginginkan jadi istri sungguhan, buka istri pura-pura.

"Kau jangan terlalu banyak berharap ya rubah kecil. Kau harus terus ingat posisimu, kau hanyalah istri pura-pura, jadi jangan berharap lebih!" Perkataan Dave membuat Erika terhenyak, seketika ia buru-buru menyelesaikan pekerjaannya mengancingkan kancing kemeja Dave. Kemudian segera memundurkan kakinya beberapa langkah dan berusaha menghindari mata Dave yang kini sedang menatapnya bingung.

Apa gadis ini sungguh ada rasa denganku? Semoga ini hanya perasaanku saja.

"Maaf suamiku, mana mungkin aku akan berharap lebih." Erika memberanikan diri mengangkat wajahnya, berkata sambil tersenyum hambar. Ia merasa yang di bicarakan Dave tidak lucu sama sekali, tapi ia tak ingin Dave curiga padanya tentang perasaanya yang sebenarnya.

"Baguslah kalo kau faham." Dave mengangguk pelan. "Terimaksih atas bantuannya!" Lanjutnya lagi seraya mengancingkan kancing kemejanya yang paling atas yang belum sempat di kancing kan oleh Erika.

Maunya pria ini apa sih, kadang aku merasa ia ingin juga di cintai, tapi kadang seolah memberi pembatas untuk dirinya sendiri.

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Oi Min

Oi Min

Dave msih trauma atas percintaannya yg dulu Erika.....klo kmu bsa mnyembuhkan trauma itu, mngkin kmu bsa mndapatkan cinta Dave....

2020-12-13

3

ɖơ℘🎌VhieVhien'S L.A 🏔🕊<_

ɖơ℘🎌VhieVhien'S L.A 🏔🕊<_

sakitnya hatinya Erika,,,..tinggal kan saja Dave nya biar dia menyesal...huhuhu

2020-07-20

4

Sus Siti

Sus Siti

aiiiissssh

2020-07-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!