" Senja." Panggil mama lembut menghampiriku yang sedang duduk di kursi teras sambil mengawasi Gio bermain di halaman rumah.
" Ada apa, Ma?"
" Besok Mama dan Papa akan keluar kota selama seminggu. Kamu gak masalah kalo berdua saja dengan Gio di rumah?"
" Gak masalah kok, Ma." Jawabku.
" Kamu menginap di rumah Bu Fitri saja ya. Beliau kan tinggal sendiri." Usul Mama.
" Engga usah, Ma. Aku gak enak selalu merepotkan Bu Fitri." Tolak ku halus. Selama ini jika orang tuaku keluar kota dan Kak Gilang tidak datang ke rumah. Aku pasti menginap di rumah Bu Fitri. Beliau memang sangat baik. Sampai aku tak enak hati menerima kebaikan Bu Fitri dan Nathan terus menerus.
" Tapi Senja..." Mama masih mencoba membujukku. Aku tau kejadian yang pernah menimpaku dulu meninggalkan trauma besar untuk orang tuaku.
" Percaya deh, Ma. Aku gak apa- apa." Ucapku meyakinkan Mama.
" Oke." Ucap Mama akhirnya setelah beberapa saat berpikir.
*****
Ddrrttt.. Drrrttt
Ponselku bergetar dan kulihat ada pesan melalui via Wa. Aku membaca. Ternyata dari Bu Fitri ingin aku menemani malam ini. Sejak Nathan pindah. Bu Fitri memang hanya tinggal sendiri. Jika siang hari masih ada Bi Sumi yang menemani Bu Fitri tetapi jika malam hari. Beliau hanya seorang diri di rumahnya yang cukup besar.
Terkadang sesekali aku mampir ke rumahnya sekadar melihat bagaimana keadaannya. Tak jarang pula aku di minta menginap untuk menemaninya.
Seperti sore ini. Dia memintaku menginap. Aku mengiyakan saja. Tetapi aku akan datang selepas Magrib saja. Kasian Gio jika harus Magrib di jalan.
Sesampainya di rumah Bu Fitri aku melihat ada dua mobil terparkir di halaman rumah Bu Fitri. Yang satu tentu aku kenal. Itu mobil Nathan. Tetapi jika yang satu lagi. Entah itu milik siapa.
Dengan perasaan sedikit tidak enak. Aku melangkahkan kaki mendekat ke rumah Nathan. Gio sudah sangat tidak sabar. Terlihat bagaimana dia berusaha untuk melepaskan genggaman tanganku untuk berlari masuk.
" Assalammu'alaikum." Sapaku.
" Wa' alaikumsalam." Sahut mereka hampir bersamaan.
" Senja." Sapa Bu Fitri ramah. Raut wajahnya yang tegang sedikit mencair setelah melihat kedatanganku.
Aku menyalami mereka satu per satu. Karena sepertinya pembicaraan mereka serius. Aku langsung saja menuju ruang makan yang berada sedikit jauh dari mereka.
" Bagaimana Bu Fitri?" Terdengar suara pria paruh baya itu pada ibu Nathan. Aku jadi sedikit penasaran. Jadi aku sedikit melirik ke arah mereka. Untungnya ruangan ini tak ada sekat. Jadi sangat gampang untung menguping atau melihat tamu yang datang.
Nathan terlihat menarik nafas panjang. " Bukannya bapak tahu kalau saya sudah menikah?" Tanya Nathan atau lebih tepatnya dia seperti mengingatkan statusnya sekarang.
" Ya, saya dan Angel juga tahu."
" Untuk yang kesekian kalinya. Saya mohon maaf yang sebesar- besarnya. Saya tidak bisa menerima anak Bapak." Jawab Nathan lembut tetapi tegas.
" Bukankah dalam agama kita tidak masalah jika beristri dua?" Pria itu sedikit marah.
" Betul, Pak. Jika dia bisa berbuat adil. Tetapi kalo saya. Saya tidak yakin bisa berbuat adil terhadap istri- istri saya kelak." Jawab Nathan tenang. Tak ada emosi ataupun keraguan dalam tutur katanya.
" Apa kurangnya putriku?!" Hardiknya. " Dia cantik. Berpendidikan juga dari keluarga terpandang!" Tegasnya lagi.
" Ya. Saya akui, Angel memang cantik, berpendidikan dan dari keluarga berada. Tetapi saya sekali lagi minta maaf. Saya tidak bisa. Bagi saya. Istri cukuplah satu. Saya tidak ingin lebih." Ucap Nathan lagi masih dengan ketenangannya.
" Kenapa sih Kakak selalu nolak aku?! Padahal aku udah merendahkan diri aku di hadapan kakak. Aku rela kamu jadikan aku yang kedua!" Maki wanita itu kini sambil menunjuk wajah Nathan dengan tatapan marah.
" Maaf Angel." Ucap Nathan lagi tanpa ada kata- kata lagi.
Wanita itu menangis sejadi- jadinya. Bu Fitri tampak bingung melihat hal itu.
" Aku akan menghancurkan bisnismu, Nathan!" Ancam pria paruh baya itu. Kemudian menarik putrinya keluar.
" Bagaimana ini, Nath?" Tanya Bu Fitri cemas.
" Tenang aja, Bu. Rezeki di tangan Allah." Nathan menenangkan.
" Bukan begitu. Ibu benar- benar merasa tak enak hati dengan Pak David. Mengingat budi baiknya memberikan rumah ini pada kita dengan cuma- cuma."
Nathan hanya tersenyum menanggapi kecemasan ibunya.
" Maaf. Bu. Tadi aku mendengar semua pembicaraan kalian." Ucapku yang kini sudah menghampiri mereka.
" Maaf ya, Senja. Membuat suasana gak enak." Ucap Bu Fitri.
" Gak apa-apa."
Nathan menatapku penuh tanya. Pasti dia bertanya kenapa aku di sini malam- malam.
" Tadi ibu minta Senja menginap." Bu Fitri yang menjawab.
" Papa juga tidur di sini kan?" Tanya Gio pada Nathan.
" Papa harus pulang sayang." Jawab Nathan lembut.
Bagaimana Gio tidak lengket pada Nathan. Jika perlakuan Nathan saja sangat lembut pada Gio.
" Aku pamit, Bu." Nathan berpamitan dan mengecup punggung tangan ibunya.
" Papa pulang dulu ya sayang." Ujarnya juga pada Gio yang masih menatap penuh harap padanya.
" Papa janji ya lain kali akan menginap di sini sama aku dan Mama." Gio masih menuntut.
" Iya sayang." Nathan membelai lembut pucuk kepala Gio dan berlalu meninggalkan rumah Bu Fitri.
Entah kenapa sulit sekali membunuh rasa cinta untuknya. Semakin aku ingin hilangkan malah semakin bertambah. Dosakah aku jika mencintai suami orang lain? Terkadang aku merasa hidupku sangat sulit. Ingin rasanya aku segera pergi dari dunia ini. Tanpa terasa bulir bening meluncur begitu saja dari pelupuk mataku.
" Kamu kenapa Senja?" Tanya Bu Fitri melihatku menyeka air mata.
" Gak apa- apa, Bu."
" Jika ada masalah. Jangan sungkan cerita sama ibu. Kamu sudah ibu anggap anak ibu sendiri." Ujar Bu Fitri sambil mengusap lembut punggungku.
" Iya, Bu."
" Nenek kangen sama Gio." Ujar Bu Fitri dan segera memeluk Gio. " Gio menginap di sini aja ya yang lama sekali." Pinta Bu Fitri.
" Jangan Nek. Nanti nenek Meli kangen aku juga." Jawab Gio polos.
" Iya ya. Yasudah. Gio harus sering datang ke rumah nenek ya."
" Oke" Gio dan Bu Fitri tertawa bersama. Aku hanya tersenyum. Tak menyangka rasanya jika keluarga mantan calon suamiku sangat menyayangi kami. Aku sangat bersyukur untuk hal ini. Walaupun terkadang sebagai manusia muncul pemikiran egoisku. Berharap Nathan kembali padaku. Tetapi dengan segera aku menyingkirkan pikiran buruk itu. Biar bagaimanapun Nathan sudah beristri.
Aku menatap langit malam di halaman belakang rumah Nathan. Kebun kecil milik Bu Fitri masih terjaga keasriannya. Hanya ini kegiatan Bu Fitri di rumah. Mengecek toko kuenya hanya dia lakukan beberapa kali dalam seminggu. Terkadang beliau memintaku untuk mengeceknya. Takut jika ada hal yang tidak enak terjadi pada toko kue itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments