Praktis, mata semua anak di sekitar area itu terbelalak lebar saat melihat sebuah portal terbuka dan kini berada di punggung naga.
Mereka bicara dalam bahasa Inggris. Non-baku bahasa Indonesia campuran. Terjemahan.
"Portalnya muncul! Ayo ke sana!" teriak remaja pria yang menginjak koper milik Rex.
Seketika, semua anak segera berlari mendatangi portal itu. Namun, Jubaedah tak ikut berlari. Ia mengambil koper milik Rex dan mengamankannya.
Sedang Rex, yang berada di leher naga kebingungan. Ia melihat anak-anak berlari ke arahnya dengan tergesa.
"Juby! Ryan!" teriak Rex lantang, tapi dua remaja itu hanya bisa berdiri di kejauhan.
Rex tak tega jika harus meninggalkan dua kawannya. Remaja itu malah turun dari leher naga dan berlari menjauh dari portal. Jubaedah dan Ryan bingung karena Rex mendatangi mereka.
"Apa yang kaulakukan? Kau jadi bodoh ya? Portal ada di belakangmu!" pekik Jubaedah kesal dan memukul kepala Rex.
"Mana mungkin aku meninggalkanmu! Kita ini keluarga. Kita masuk bersama, kita keluar juga bersama. Biarkan saja, pasti nanti akan ada portal lainnya. Kita sebaiknya segera pergi dari sini. Ayo!" ajak Rex lalu mengambil lagi koper yang ditenteng oleh Jubaedah.
Gadis manis berambut ikal itu segera menggandeng Ryan yang terlihat masih seperti kebingungan dengan kondisi yang dialaminya.
Tiga remaja itu berlari kencang meninggalkan lokasi di mana anak-anak lainnya mencoba memasuki portal, tapi ternyata usaha mereka gagal. Portal itu, bukan untuk mereka.
Di markas Oag.
"Hem, menarik, sungguh menarik. Anak itu berbeda dengan yang lainnya. Dia malah meninggalkan hadiahnya dan memilih pergi karena berpikir jika ia akan meninggalkan kawan-kawannya. Terus ikuti pergerakan anak itu, aku ingin melihat sampai sejauh mana ia memiliki rasa setia kawan," ucap Oag dengan tentakel bergerak karena senang.
"Yes, Oag," jawab operator bercorak biru yang kini mengunci sosok Rex.
Ternyata, usaha tiga remaja itu membuahkan hasil. Mereka tiba di sebuah danau dan terlihat begitu senang karena menemukan mata air.
Namun, saat mereka akan meminum air tersebut, "Buah! Ohok! Asin!" seru Ryan yang kembali memuntahkan air tersebut begitupula Jubaedah dan Rex.
"Hah, hah, sial. Aku lelah sekali," ucap Ryan yang langsung terkapar di pinggir kolam tersebut.
"Jika seperti ini terus, kita bisa mati kehausan, Rex. Kita juga sudah tak memiliki pisang. Naga itu memakan punya Ryan, dan punyaku jatuh di lapangan. Kita akan mati kelaparan dan kehausan," rengek Jubaedah yang akhirnya kehilangan sosok hero-nya.
Rex menggaruk kepalanya. Kini ia harus dihadapi dengan sebuah kenyataan saat dua kawannya bersedih dan terlihat putus harapan. Saat tiga orang itu terlihat pasrah dengan hidupnya, lagi-lagi ....
"Wow!" pekik Ryan yang mengejutkan Jubaedah dan Rex saat sebuah portal muncul di dekat Ryan berbaring.
Praktis, tiga anak itu menjauh dari portal. Namun perlahan, mata mereka menajam saat dalam portal terlihat sebuah tulisan.
"Dapatkan hadiahmu di sini, Rex. Masuklah," ucap Ryan membaca tulisan di dalam portal itu.
"Oh! Namamu tertulis, Rex. Portal ini sama dengan yang di punggung naga. Jangan-jangan, portal ini memang khusus buatmu. Ingat tugas yang tertulis saat itu? Diantara kita, hanya kau yang bisa menaiki naga. Kau berhasil, Rex!" seru Jubaedah dengan mata berbinar.
Rex terlihat serius menatap portal itu. Ia menoleh ke arah dua kawannya yang memandanginya dengan mata berbinar.
"Bagaimana jika aku masuk ke sana dan kembali ke rumah? Aku akan meninggalkan kalian di sini dengan para monster ini. Aku tidak mau!" tegasnya menolak.
Ternyata ucapan Rex membuat para makhluk bertentakel itu menaruh kagum. Mereka tak menyangka jika ada anak manusia yang mementingkan persahabatan ketimbang kemenangan untuk dirinya sendiri.
"Hem, aku sedang berbaik hati. Berikan bonus," ucap Oag.
"Dilaksanakan," jawab operator bercorak biru seraya menekan genangan air di depannya dan BLUP!
"Oh! Ada tulisan muncul lagi di portalnya!" seru Ryan menunjuk dengan mata melebar.
Kini, Jubaedah mendekat dan membaca tulisan itu dengan saksama. "Bonus level. Bantu dua temanmu untuk lolos dalam level ini. Misi. Butakan Medusa."
Praktis, tiga remaja itu menelan ludah. Portal itu lenyap karena Rex enggan untuk masuk ke dalamnya.
"Me-Medusa? Bukankah ... dalam cerita ... Medusa itu seorang wanita cantik yang kepalanya berupa ular?" tanya Ryan gugup.
"Bukan. Rambutnya menjadi ular dalam jumlah banyak. Kalau tidak salah, setiap orang yang melihatnya akan berubah menjadi batu. Konon kisahnya, dia dikutuk sama Athena karena Dewi itu cemburu sebab kekasihnya om Poisedon digoda sama Medusa itu padahal Medusa itu Pendeta loh," sahut Jubaedah mantap. "Hem, kalau menurutku ... bisa aja si Medusa itu modus. Dia itu memang ciri-ciri kaum pelakor," imbuh Jubaedah dengan bahasa gaulnya.
"Ha? Kau bilang apa? Kenapa kau selalu mencampur bahasa? Aku tak mengerti yang kau katakan!" keluh Ryan kesal, tapi Rex malah terkekeh.
"Sudah jangan bergosip. Entah itu cerita benar atau tidak. tapi jika menurut sejarah, Medusa seharusnya sudah mati dibunuh oleh Perseus. Masalahnya, di tempat aneh ini, makhluk-makhluk yang seharusnya sudah menjadi dongeng di bumi, seperti dimunculkan. Sayangnya, saat aku menyentuh naga itu, rasanya ... hewan itu sungguh nyata. Aku bisa merasakan napasnya, kulitnya yang kasar dan tebal, serta ... intinya ... makhluk itu terasa nyata. Sungguh nyata," tegas Rex serius.
"Jadi menurutmu ... Medusa ini ... sungguh ada? Dia hidup lagi begitu?" tanya Ryan panik, dan Rex mengangguk.
Tiba-tiba, Ryan kembali menangis. Jubaedah dan Rex terlihat bingung karena kawan mereka yang terlihat lebih tua dari segi umur malah bersikap seperti bocah kecil.
Jubaedah mendekati Ryan dan mengelus kepalanya lembut. Perlahan, tangis Ryan reda. Gadis manis itu menggunakan lengan dari sweater hitamnya untuk menghapus air mata remaja itu.
"Sudah, jangan menangis terus. Kamu membuat air di kolam ini makin asin," ucap Jubaedah yang membuat Ryan tersenyum.
Rex berdiri dengan wajah datar saat melihat kedekatan Jubaedah dengan Ryan yang semakin akrab. Jubaedah juga terlihat tak risih saat menggandeng tangan Ryan di depannya.
"Dia sudah besar dan bisa jalan sendiri. Kenapa kau selalu menggandengnya?" tanya Rex ketus.
"Nanti dia ilang gimana? Gak liat Ryan kaya gimana? Dia anak mami," ucapnya berbisik di kalimat terakhir. Namun Rex, masih memasang wajah dingin. "Kenapa? Rexy mau digandeng Juby juga kah?" tanyanya berkesan meledek. Rex mendesis dan kembali melangkah.
Jubaedah tersenyum lebar dan mengajak Ryan untuk berjalan mengikuti Rex menyusuri pinggir kolam yang ternyata airnya terasa asin. Hingga tiba-tiba, mata Ryan menangkap pergerakan di kejauhan.
"Hei! Hei! Lihat! Sepertinya ada anak lain di seberang!" ucap Ryan menunjuk dan langsung menghentikan langkah.
Jubaedah mengikuti pergerakan tangan Ryan begitupula Rex.
"Kau bawa teropong?" tanya Jubaedah ke arah Rex dan pemuda itu mengangguk.
Rex meletakkan kembali kopernya dan mengambil sebuah teropong di rak nomor dua dari koper bertingkat itu. Rex segera menggunakannya untuk memastikan penglihatannya.
"Oh!" seru Rex yang membuat Jubaedah mendekat ke arahnya.
"Apa?" tanya gadis itu penasaran.
"Itu ... sepertinya kita mengenal pemuda berpakaian hitam itu, Juby! Itu ada di album foto!" jawabnya dan langsung menyerahkan teropong itu kepada gadis manis di sebelahnya.
Jubaedah ikut meneropong dan mengamati dua orang pemuda di seberang kolam yang letaknya cukup jauh. Jubaedah melepaskan teropongnya dan menatap Rex seksama.
"Iya, kamu benar. Mirip ... mm ... kalau disilsilah ... yang di China Grey House itu ... siapa?" tanya Jubaedah dengan kening berkerut berpikir.
"Aku lupa namanya. Namun jika tak salah, anak dari pasangan yang bernama ... aduh, namanya sulit!" seru Rex ikut berpikir keras sampai matanya terpejam.
"Oh! One dan Verda!" seru keduanya memekik bersamaan.
"Apa kita bisa kirim sinyal ke mereka kalau kita di sini?" tanya Jubaedah menatap Rex tajam.
"Eh! Itu sinar hijau apa?" tanya Ryan menunjuk ke arah bukit di mana sebuah sinar hijau menyala terang.
"Oh! Aku baru menyadarinya. Entahlah, aku tak tahu," jawab Rex ikut melihat cahaya itu.
Saat tiga remaja itu terlihat kebingungan, muncul sebuah gelembung besar dari dalam kolam tanpa disadari oleh anak-anak itu. Jubaedah yang memunggungi kolam, tak melihat pergerakan tersebut.
"AAAA!"
"JUBY!" teriak Rex lantang saat melihat sebuah tangan bersirip muncul dari dalam kolam dan memegang kaki kanan Jubaedah lalu menariknya.
BRUKK!!
"REXY!" teriak Jubaedah melengking karena ia jatuh tengkurap dan tubuhnya ditarik ke dalam kolam dengan kuat.
Kedua tangan Jubaedah mencakar-cakar tepian. Segera, Rex dan Ryan langsung memegang tangan gadis manis itu erat.
Saat dua remaja itu saling beradu kekuatan dengan sosok tak diketahui dalam kolam, Rex dan Ryan terkejut ketika melihat seekor Mermaid muncul ke permukaan, tapi berwajah seram dengan gigi runcing, sedang berusaha menarik Jubaedah kuat ke dalam kolam.
***
ILUSTRASI
SOURCE : GOOGLE
Makasih tipsnya. Lele padamuh❤️
Oia lupa mau info. Yg udah beli novel cetak SIMULATION, jangan lupa nanti foto diri kalian sama novel dan pakai maskernya ya. Lalu tuliskan komentarnya juga abis baca novel itu lewat DM IG atau japri WA. Nanti akan lele publish di IG. Selain itu, komen kalian penting sebagai bahan koreksi lele agar karya lainnya lebih baik lagi dari sebelumnya. Terima kasih💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
🏕️👑🐒 𖣤᭄Kyo≛ᔆᣖᣔᣘᐪᣔ💣
yeeeyy makin panjang babak 1 nya ya kan
semangat babak belur aju aku padamu wis
2022-06-11
1
👑 BlueBell 🥀 💣
uluuuh uluuuhhh si Rex koq minta diuyel2 ya 🤭
2022-03-15
1
✿🌸𝓬𝓮𝓷𝓽𝓸𝓷𝓰✘
wow w bca ya naik trun nih dada lee😳😱😯
2022-01-22
1