Saat Ryan, Rex, dan Jubaedah mencari sumber mata air, mereka kembali di hadapkan oleh sebuah makhluk yang terbang mengitari kawasan tersebut.
Ketiganya bersembunyi karena khawatir akan menjadi santapan hewan terbang bertubuh seperti kadal yang memiliki sepasang sayap lebar, ekor yang panjang, dua kaki dan dua tangan serta warna kehijauan yang disebut naga.
Mereka bicara dalam bahasa Inggris. Non-baku bahasa Indonesia campuran. Terjemahan.
"Sepertinya ... kita berada di sebuah wilayah di mana para naga berkoloni. Sebelumnya, kau diserang oleh naga api 'kan?" tanya Rex menganalisis dan Ryan mengangguk membenarkan.
"Lalu sekarang bagaimana?" tanya Ryan terlihat bingung.
"Kita tak tahu jenis naga yang terbang itu termasuk pemakan daging atau herbivora," jawab Rex yang membuat Ryan dan Jubaedah saling melirik.
"Kita harus terus jalan, Rex. Lihat, langit udah gelap banget kaya mau hujan gitu, tapi aneh. Biasanya 'kan kalau mau hujan itu anginnya kenceng ya. Di sini Juby gak pernah rasain hembusan angin loh. Kalau bukan dari sayap naga-naga itu, gak ada terpaan angin loh," ucapnya menatap Rex dengan mata bulatnya.
"Kamu bicara apa?" tanya Ryan menatap Jubaedah keheranan karena tak mengerti yang dia ucapkan, tapi gadis manis itu hanya mengelus kepala Ryan dengan senyum terkembang.
Rex melihat sekitar lalu menjentikkan jari di depan wajah kedua kawannya.
"Kita bisa tetep pergi dengan sedikit memutar. Kalian lihat semak-semak di pinggiran hutan itu? Nah, kita mengendap di balik semak sampai ke balik bukit itu. Ayo," ajak Rex. Dua remaja itu mengangguk siap.
Rex memimpin di depan, Ryan di tengah dan Jubaedah di belakang. Gadis berambut hitam itu tak terlihat takut dan malah sedikit tomboy. Tiga remaja itu ternyata berhasil menyelinap dari naga hijau, tapi tiba-tiba ....
"Bunuh makhluk itu!" teriak salah seorang anak lelaki seperti mengomandoi saat naga itu mendarat di rerumputan.
Benar saja, muncul beberapa anak lelaki dan perempuan dari balik semak yang berada di balik gunung membawa senjata tajam entah mereka dapat dari mana seperti berusaha untuk menjatuhkan naga terbang itu.
Mata Jubaedah, Rex dan Ryan terbelalak lebar seketika. Mereka terpaku saat melihat anak-anak itu melemparkan semua benda ke tubuh hewan besar itu. Ternyata, aksi tersebut mendapat sambutan dari sang naga.
"Goarrr!"
Praktis, para anak-anak itu terkejut dan berlari menyelamatkan diri. Jubaedah terheran-heran.
"Mereka itu bodoh atau bagaimana? Udah jelas-jelas itu naga malah ditantangin. Mending kalau strateginya bener, mereka malah cari mati," gumannya yang diangguki oleh Rex, tapi membuat Ryan seperti orang bodoh karena tak mengerti yang Jubaedah ucapkan.
"Ini kesempatan, Juby. Kita bisa berlari sampai ke balik gunung. Ayo," ajak Rex dan diangguki oleh Jubaedah serta Ryan.
Tiga remaja itu segera berlari kencang saat naga hijau itu melakukan perlawanan kepada anak-anak yang kembali menyerangnya.
Makhluk itu menggunakan sayapnya besarnya untuk menyapu segerombolan anak yang berusaha untuk melukainya.
Tiga anak itu panik dan terus berlari kencang. Mereka mencoba mengabaikan anak-anak yang sedang diserang oleh naga hijau tersebut.
Tiba-tiba, "Wow! Wow! Wow! Apa itu?" pekik Rex dengan mata melotot lebar seraya merentangkan kedua tangan.
Jubaedah dan Ryan menghentikan laju lari seketika. Mata mereka ikut melebar saat tanah di hadapan mereka membuat sebuah goresan yang lama kelamaan menjadi sebuah kalimat dalam bahasa Inggris.
"Siapa cepat, dia dapat hadiah," ucap Ryan membaca tulisan yang tercetak di tanah.
"Naiki seekor naga dan kau akan mendapatkan kejutan jika berhasil melakukannya," sambung Jubaedah.
"What?" sahut Rex heran.
Pemuda Asia itu mendekati tulisan tersebut dan merabanya. Saat ia mencoba menghapusnya, tulisan itu kembali lagi seperti semula. Jubaedah dan Ryan terkejut sampai melotot.
"Itu apa, Rex?" tanya Jubaedah bingung.
Rex yang berjongkok di depan tulisan itu terlihat serius berpikir. Ia menoleh ke arah anak-anak yang masih bertahan di padang rumput entah apa maksud dari penyerangan tersebut.
Tiba-tiba, "AAGGHHH!!"
SRAKK! BRUKK!
"Hah!" kejut Jubaedah ketika seorang anak perempuan terlempar dan tubuhnya terkena rimbunnya dedaunan pohon lalu jatuh ke tanah dengan keras.
Ryan terlihat shock saat ia melihat ekor dari naga itu menghempaskan anak itu dengan begitu mudahnya.
"Apa ... dia mati?" tanya Jubaedah gugup.
Rex menelan ludah. Ia mendekat dan memegang leher anak itu seperti mengecek denyut nadinya. Jubaedah dan Ryan menatap Rex tajam.
"Dia ... tak bernapas," jawabnya saat jarinya di dekatkan ke lubang hidung anak malang itu.
"Waaa! Mama!" teriak Ryan histeris seketika seperti akan menangis.
Rex dengan sigap mendekati kawannya itu dan membungkam mulutnya. Jubaedah ikut shock karena anak itu tewas dengan sangat cepat dan tak ada luka serius di tubuhnya. Jubaedah mematung melihat mayat yang tergeletak di hadapannya.
Hingga ia merasakan sebuah pergerakan besar seperti mendekatinya. Kepala Jubaedah menoleh perlahan dengan napas tersengal seperti orang sesak napas.
"Juby. Jangan berteriak. Jangan bergerak," ucap Rex pelan saat ia juga menyadari jika naga hijau itu mendekati mereka bertiga yang berada di tepian hutan.
Jubaedah membungkam mulutnya rapat saat naga itu berjalan mengendap ke arah mereka. Ryan menangis meski isak tangisnya tertahan.
Remaja itu terlihat begitu ketakutan hingga air matanya terus menetes. Rex pucat dan tak tahu harus melakukan apa. Ia juga hanya berdiri diam dan terlihat pasrah dengan takdirnya.
Naga itu mengendus saat wajahnya tepat berada di depan tubuh Jubaedah. Gadis itu memejamkan matanya rapat dengan tubuh mematung, tak sanggup melihat kematian yang akan datang padanya.
Namun tiba-tiba, "Hempf ... hempf ...."
Rex yang masih membuka mata, melihat hidung naga itu digesek-gesekkan ke tas yang digendong oleh Jubaedah, lalu berpindah ke tas yang dikenakan oleh Ryan di punggung.
KRAK!
"Hah! Hah! Aaaaaa!" teriak Ryan histeris saat tasnya digigit oleh naga itu hingga tubuhnya melayang di udara.
Spontan, Jubaedah membuka matanya lebar karena mendengar teriakkan Ryan. Dengan sigap, kedua tangan Jubaedah memegang kedua kaki Ryan.
"Juby!" teriak Rex lantang karena tubuh Jubaedah ikut tergantung karena mempertahankan Ryan.
"Aaaa! Aaaaa! Rex! Rex!" teriak Ryan panik dan terus menangis.
Rex kebingungan. Ia tak tahu harus berbuat apa hingga ia teringat akan koper yang ia bawa. Ia meletakkan koper itu dan membukanya.
Ia melihat ada banyak granat tersusun rapi dengan aneka warna. Tangannya gemetaran saat akan memilih warna itu.
"Am ... mm, yang ... yang mana?! Agh! Aku tak bisa berpikir!" teriaknya panik.
"Putih, Rex! Yang putih!" teriak Jubaedah yang ternyata melihat pergerakan dari kawannya itu.
Rex mengangguk cepat dan segera mengambil granat itu. Ia berlari ke arah naga tersebut yang kini menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan kuat.
Dua anak itu terombang-ambing dan berteriak histeris karena mereka berada di ketinggian hampir 5 meter dari permukaan tanah.
"Hei! Hei!" panggil Rex mencoba mencari perhatian dari sang naga, tapi ia diabaikan.
Rex terlihat kesal. Ia berlari ke arah kaki naga dan mencoba memanjat, tapi tak bisa karena naga itu terus bergerak. Rex malah tergelincir dan jatuh terlentang.
Rex melihat sekitar dan menemukan banyak benda milik anak-anak yang tergeletak di tanah seraya mengerang kesakitan karena terluka akibat menyerang sang naga.
Rex mendapati sebuah ketapel dan ia segera mengambilnya. Anak lelaki yang tergeletak di dekatnya melihat Rex seksama yang memasang granat itu di lontaran ketapel.
"What would you do?" tanya anak itu terheran-heran.
Rex hanya tersenyum dan memegang dua benda itu erat dalam genggaman tangan. "Wish me luck," jawabnya santai lalu kembali berlari ke arah naga.
"Ryan! Take off your bag! Now!" teriak Rex lantang dan siap membidik wajah sang naga.
Ryan yang mendengar hal itu segera melepaskan ikatannya dan BRUKK!
"AGH!" erang Ryan dan Jubaedah serempak karena mereka jatuh bersamaan meski tak saling menimpa.
Rex menajamkan matanya dan SWINGG!! BOOM!! BUZZ!!
"GOARRR!"
"Menyingkir! Menyingkir!" perintah Rex saat granat asap itu berhasil mengenai kepala sang naga dan meledak yang dilanjutkan oleh kepulan asap putih.
Naga itu mengaum, tapi ia menghirup kepulan asap putih tersebut. Jubaedah menggandeng tangan Ryan dan mengajaknya kembali ke dalam semak.
Rex berdiri di luar tepian hutan dan melihat naga itu mengibaskan kepalanya seperti mulai linglung.
"Now, Rex," tegas Jubaedah dengan mata membulat penuh menegaskan.
Rex mengangguk. Ia mengulurkan tangan kanan ke arah gadis manis itu. Jubaedah mengambil sebuah belati dalam koper dan memberikannya dengan tergesa ke arah Rex.
Ryan yang ketakutan terlihat bingung dan hanya bisa melihat apa yang dilakukan oleh Rex saat mendatangi hewan besar itu.
"Rex! What are you—"
"Sst! Quiet," pinta Jubaedah seraya meletakkan telunjuknya di depan mulut. Ryan langsung terdiam meski terlihat gugup.
Rex menyalakan belati dalam genggamannya dan muncullah sebuah sinar warna biru terang dari senjata tajam tersebut. Mata Rex terfokus pada naga itu dan terus melangkah, meski terlihat takut.
"Hei!" panggil Rex lantang dan berhasil menarik perhatian sang naga.
Rex menggerakkan belati tersebut dengan gerakan menurun sampai menyentuh ke tanah. Kepala naga itu perlahan bergerak mengikuti gerakan belati dengan sinar biru di genggaman tangan Rex. Pemuda itu terlihat takut saat kepala naga itu kini menyentuh tanah.
Rex menarik napas dalam dan memberanikan diri menyentuh kepala naga itu, meski wajahnya pucat.
Semua anak yang melihat hal tersebut dibuat kagum dan mematung. Rex perlahan mendekati leher sang naga dan menaikinya.
Jubaedah terlihat senang. Ia bertepuk tangan, meski suara tepuk tangannya ia tahan karena tak ingin membuat kehebohan.
"How can?" tanya Ryan terheran-heran.
"Gas halusinasi. Aku tak menyangka jika akan bekerja. Hem, aku harus mengamankan koper Rex," jawab Jubaedah dengan senyum terkembang lalu mendekati koper tersebut.
Namun, saat gadis itu menutup koper itu, tiba-tiba saja di hadapannya muncul remaja pria yang mengomandoi penyerangan tadi.
"Koper ini milikku," tegasnya seraya menginjak papan koper dan mengarahkan pisau ke arah wajah Jubaedah. Gadis manis itu terpaksa mundur perlahan dan melepaskan koper itu.
Remaja itu tak sendirian karena ada lima anak di belakangnya yang menunjukkan wajah bengis dengan senjata tajam diarahkan ke Ryan dan Jubaedah.
"Rex!" panggil Jubaedah lantang seraya menoleh.
Seketika, "Oh!" pekik Ryan seraya menunjuk ke arah naga ketika muncul sebuah portal di punggung naga yang membuat mata semua anak terfokus pada sinar terang itu.
***
ILUSTRASI
SOURCE : FREE IMAGES
Wah tengkiyuw tipsnya. Lele padamu❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
🏕️👑🐒 𖣤᭄Kyo≛ᔆᣖᣔᣘᐪᣔ💣
wkwkwkwkwk gua baca yang pas wish me luck malah inget merk rokok
semangat merk aju aku padamu wis
2022-06-11
1
🏕️👑🐒 𖣤᭄Kyo≛ᔆᣖᣔᣘᐪᣔ💣
kok dua remaja kan itu 3 orang ju
2022-05-31
1
👑🐒 BEE 💣
*lubang hidung kurang hidung. masak lubang doang 🤣
2022-03-22
1