Di sisi lain. Nicolas dan Harun terpaksa harus meringkuk kedinginan di dalam sebuah gua yang besar.
"Ha-Harun, sekarang ba-bagaimana? Kita bisa mati terkena hipo-hipotermia," tanya Nicolas dengan tubuh menggigil.
"Hah, hah, aku tahu. Namun, kita diawasi oleh makhluk berbulu besar itu? Benarkah dugaanku jika itu adalah Yeti?" tanya Harun dengan tubuh gemetaran.
"Huff ... huff ... entahlah. Namun jika benar, pasti orang-orang gak akan percaya dengan yang kita temukan," jawab Nicolas yang mulutnya kini mengeluarkan asap seperti orang merokok.
"Nekat?" tanya Harun melirik sahabatnya dan Nicolas mengangguk.
"Lebih baik nekat daripada mati jadi manusia es di sini. Gila, dingin banget sumpah!" ucap Nicolas mulai tak sanggup bertahan lebih lama lagi.
"Oke. Dalam hitungan ketiga. Satu, dua, tiga!" ajak Harun berdiri perlahan di mana kakinya terasa membeku dan susah bergerak. Nicolas berdiri dengan susah payah karena tubuhnya sakit.
Keduanya berjalan mengendap seraya memeluk tubuh masing-masing, mencoba keluar dari gua besar yang tak diketahui di mana ujungnya. Namun, keduanya sepakat untuk menelusuri gua karena yakin jika diujung terowongan itu adalah pintu keluar.
Sebelumnya, portal yang membawa mereka membuat dua pemuda itu masuk ke wilayah yang dipenuhi oleh salju dan es.
Saat keduanya mencoba menyusuri wilayah tak dikenal itu, tiba-tiba saja, seekor makhluk besar muncul dari balik bukit es dan mengejar keduanya.
Nicolas dan Harun lari terbirit-birit disertai teriakan histeris. Sayangnya, usaha mereka tak berhasil.
Langkah makhluk itu lebih besar dan mampu berlari tiga kali lebih cepat dari dua manusia itu. Harun dan Nicolas tertangkap oleh dua tangan makhluk besar berbulu putih seperti salju tersebut. Nicolas dan Harun kemudian di bawa ke sebuah gua.
"Eh, ada tangga ke bawah, Nico," ucap Harun saat ia berhasil mengajak Nicolas menjauh dari bibir gua, dan kini mendapati sebuah pintu gua yang lain dengan tangga batu menuju ke ruang bawah tanah.
"Tar kalau ada monster aneh lainnya gimana, Bro? Kita gak punya senjata apapun. Kita juga gak tau ada di mana? Dingin, tapi aneh. Nico gak rasain ada semilir angin, kecuali hembusan napas kita sendiri," ucap Nicolas menatap Harun dengan napas terengah.
"Hem. Setuju, aneh memang. Oleh karena itu, kita harus cari tahu. Ayo, kita ke bawah. Biasanya, di ruang bawah tanah itu, tempat penyimpanan, ya ... semacam gudang," jawab Harun berbisik dan Nico pasrah karena ia sudah tak bisa berpikir jernih lagi.
Harun melangkah lebih dahulu dan menuruni tangga perlahan. Keduanya masih menyilangkan kedua tangan di depan dada tak berani menyentuh dinding dan benda apapun di sekitar mereka karena takut ada jebakan.
Hingga akhirnya, mereka menemukan sebuah ruangan redup. Tempat itu disinari oleh cahaya dari luar yang menyelinap di balik celah-celah dinding yang berlubang.
Nicolas mengintip dan melihat makhluk berbulu putih besar yang disinyalir adalah Yeti, sedang mengawasi sekitar. Nicolas kembali bersembunyi, takut jika makhluk itu melihatnya.
"Apa yang kaulihat? Kenapa mukamu jadi jelek begitu?" tanya Harun curiga.
"Yetinya patroli, Bro," jawab Nicolas memelas.
Harun penasaran dan ikut mengintip. Ternyata, ucapan Nicolas benar. Hewan itu melangkah dan seperti melihatnya. Harun terkejut dan kembali bersembunyi menjauhi dinding.
"Gua ini mungkin rumahnya. Bro. Eh, tapi di sini, gak dingin-dingin amat. Kita di sini dulu aja sampai energi kita pulih. Nico masih simpen wafer. Lumayan buat ganjel perut, mau?" tanya pemuda itu seraya membuka bungkusan wafer rasa vanila.
Harun mengangguk dan mendekat. Keduanya kini asyik mengunyah seraya melihat sekitar ruangan di mana tak ada perabotan, tapi terlihat sebuah kain besar warna biru tua terbentang di lantai dengan logo besar di tengahnya yang tak dikenali dua pemuda itu.
Nicolas mendatangi kain tersebut dan mengambilnya. "Bro! Kain ini bisa dijadikan selimut. Kita bagi dua ya? Gede banget ini," ucap pemuda itu dengan wajah berbinar seraya mengibaskan agar debu yang menempel hilang.
Harun mengangguk setuju dan segera mendekat. Keduanya mengambil posisi untuk merobek benda itu menjadi dua bagian.
KREKKKK!!
"Wah, hahaha! Kita bisa jadikan ini jaket saat kita berhasil keluar lalu segera cari wilayah hangat," ucap Harun senang dan segera melilitkan tubuhnya dengan kain tebal itu.
"Hem, benar. Kita naik ke atas lagi aja. Kita cari ruangan lain. Siapa tahu ada benda bermanfaat yang bisa kita gunakan sampai berhasil kabur. Ayo," ajak Nicolas semangat yang ikut menyelimuti tubuhnya dengan kain temuan mereka.
Dua pemuda itu kembali mengendap menaiki tangga dan melanjutkan langkah untuk menyusuri terowongan yang ternyata cukup panjang.
Lagi-lagi, mereka menemukan sebuah pintu gua dengan tangga menurun. Keduanya kembali mengumpulkan keberanian untuk menyusuri dan mendapati sebuah ruangan.
"Bro. Ini sih pendapat Nico ya. Kayaknya, makhluk Yeti itu ngumpulin benda-benda temuannya di sekitar wilayah ini, terus dijadiin satu dalam sebuah ruangan. Kaya gudang. Lihat, ada benda-benda buatan manusia di sini," ucap Nicolas menunjuk sebuah tas yang terlihat masih layak dan tak berdebu seperti kain biru temuannya.
Harun mengangguk setuju. Keduanya membongkar temuan mereka yang nantinya akan digunakan sebagai penyambung hidup.
"Eh, lihat. Ini tas punya seseorang. Ada dompet dan identitasnya. Apa jangan-janan, makhluk itu menculik orang-orang lalu dikumpulkan ke sebuah tempat lalu melucuti barang bawaannya?" tanya Harun berasumsi.
Nicolas diam sejenak dan melihat sekitar. "Bisa jadi, Bro. Kalau gitu, anggap aja kita pinjem. Kita balikin pas orangnya sudah ketemu. Kita sekarat, Bro, ini bukan maling," sahut Nicolas membela diri dan Harun terlihat berpikir keras.
"Oke. Ini, kepepet kalau kata ayah," jawab Harun terpaksa mengambil barang-barang tersebut dan memasukkannya jadi satu dalam tas ransel temuannya.
Harun yang memiliki tubuh besar, menggendong sebuah tas ransel yang berisi banyak barang temuan seperti senter, tali tambang, beberapa dompet, botol minum, buku, kotak pensil berisi alat tulis, handuk, kaos kaki, dan beberapa benda lainnya, bahkan ada obat-obatan.
"Kita pasti bisa keluar hidup-hidup. Persediaan dan perlengkapan kita lebih dari cukup," ucap Nicolas membawa sebuah tongkat baseball dan memakai topi rajutan temuannya untuk menghangatkan kepalanya yang terasa dingin.
"Oke. Ayo kita pergi dari sini," sahut Harun mantap seraya berdiri.
Keduanya kembali mengendap menaiki tangga untuk melanjutkan menyusuri terowongan. Harun berjalan di depan memimpin, dan Nicolas berada di belakang mengikuti pria di depannya dengan tongkat baseball dalam genggaman sebagai senjata.
"Nico! Nico! Ada cahaya di depan! Sepertinya, itu jalan keluar," ucap Harun menunjuk dengan suara tertahan karena gua itu membuat gema jika mereka bersuara lantang.
"Jangan berisik. Pelan-pelan aja," jawab Nicolas seraya berjalan dengan langkah sedikit cepat.
Keduanya bergegas menuju ke ujung terowongan yang disinyalir adalah jalan keluar dari tempat itu.
Benar saja, senyum keduanya merekah. Harun dan Nicolas terlihat senang. Keduanya langsung berlari dengan cepat meninggalkan tempat tak dikenal itu dengan tergesa karena khawatir jika ditangkap oleh Yeti tersebut.
Hingga tiba-tiba, "Wow! Wow! Apa itu?!" pekik Harun menghentikan langkah seketika saat sebuah sinar menyala dari atas gundukan salju membuat tulisan dalam bahasa Indonesia.
Mata dua pemuda itu melebar seketika setelah usai membaca sebuah misi yang tertulis di sana.
"What?!" pekik Harun kesal.
"Gila! Kita udah susah payah keluar dari gua itu dan kini suruh balik lagi demi dapetin bulu Yeti?" pekik Nicolas kesal.
Harun yang penasaran itu mendekati gundukan tersebut. Ia meraba tulisan itu yang ternyata sebuah ilusi. Ia terkejut karena ternyata tak bisa menyentuhnya. Nicolas ikut bingung karena tulisan itu terlihat begitu nyata dan seperti terukir.
"Apakah ... kita berada di sebuah studio? Seperti ... di film Hunger Games?" tanya Harun seraya berdiri dan melihat sekitar.
"What?" tanya Nicolas bingung.
"Kau tahu film itu 'kan? Permainan yang memaksa kita saling bunuh dan hanya menyisakan satu pemenang?"
"Tapi ... misinya kita tak diminta saling bunuh, Bro. Di situ tertulis hanya mengambil bulu Yeti bukan bunuh makhluknya. Jika bener ini permainan semacam itu, nyawa kita dalam bahaya," tegas Nicolas dengan wajah serius.
Harun diam sejenak dan kembali melihat sekitar. Ia mendekati sebuah pohon dan merabanya seperti mencari sesuatu. Ia lalu menghentakkan kedua kakinya di tanah setelah menyingkirkan gundukan salju.
Nicolas diam melihat gerak-gerik kawannya yang terlihat seperti memikirkan sesuatu.
"Apa yang kau temukan?" tanya Nicolas penasaran.
"Pohon, tanah, dan salju ini real, termasuk kita yang berada di dalamnya. Hanya saja, Yeti yang kita lihat, kita tidak tahu makhluk itu sungguhan, robot, atau ... entahlah, pria berkostum mungkin," jawab Harun bingung.
Nicolas diam sejenak. "Untuk membuktikannya, kita harus cari tahu, Bro. Kita kerjain misi itu. Jika benar, pasti akan ada hadiah dari misi yang udah dicapai. Biasanya 'kan begitu dalam sebuah permainan. Jika bener kita ditonton, wah, kita harus menunjukkan jika kita bukan pria lemah. Gimana kalau ada cewek cantik yang nonton dan nge-fans sama kita," bisik Nicolas dengan senyum terkembang.
"Kau masih bisa memikirkan gadis cantik di tempat antah berantah dan hampir membuat kita tewas terbunuh? Ayah dan anak sama saja," jawab Harun gusar.
"Kenapa kau bawa-bawa ayahku?" tanya Nicolas kesal.
"Ayahku mengatakan jika ayahmu, James, tukang rayu gadis-gadis. Ayahku saja heran, bagaimana bisa bibi Zurna menikahi pria playboy seperti ayahmu itu," jawab Harun berterus terang.
"Hoi! Jangan jelek-jelekin ayah James ya!" teriak Nicolas kesal menunjuk.
"Fakta. Terbukti dari ucapanmu barusan. Di tengah suasana genting dan sekarat, kau memikirkan gadis-gadis," jawab Harun menegaskan.
Nicolas terlihat sebal. Kedua tangannya mengepal, dan ....
"Arrghhh! Harun!" teriaknya marah dan tiba-tiba saja berlari mendatangi Harun lalu mendorongnya.
Harun terkejut dan jatuh terlentang. Keduanya malah berkelahi, tapi terlihat tak ingin saling melukai.
Nicolas memasukkan gumpalan salju dalam genggamannya ke dalam pakaian Harun hingga pemuda itu berteriak lantang karena rasa dingin yang menyakiti kulitnya.
"Harghhh! Dingin!" teriaknya meraung-raung, tapi Nicolas tak peduli.
Di tengah perkelahian keduanya, tanpa disadari, langkah dari dua kaki besar berbulu mendekati mereka. Seketika, Harun dan Nicolas menghentkan aksi ke kanak-kanakan mereka lalu menoleh dengan gugup.
"HOARRGHHH!"
"WAAAAA!" teriak keduanya bersamaan saat seekor Yeti muncul dan kini meraung di depan dua anak manusia itu.
***
ILUSTRASI
SOURCE : GOOGLE
Pilek parah gaes. Adeh beler lele. Oia cek ig ya bagi yg punya akun. Lele kasih sampling buat novel simulation yg akan dikirim nanti. Tengkiyuw tipsnya. Lele padamu❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
🏕️👑🐒 𖣤᭄Kyo≛ᔆᣖᣔᣘᐪᣔ💣
wuhuuu makin keren aja
semangat aju aku padamu wis
2022-05-29
1
👑🐒 BEE 💣
*menghentikan kurang i
2022-03-17
0
👑 N 💣
hahahaha... biar gk tegang harun buat ngehibur diri sendiri
2021-11-13
1