MONSTER HUNTER-13 DEMON KIDS
Summer camp atau perkemahan musim panas sedang dilaksanakan di beberapa negara di berbagai belahan dunia pada bulan Juli oleh para remaja yang duduk di bangku sekolah Dasar, Menengah, dan Atas. Di Indonesia, tak kalah serunya dengan acara kemah usai ujian kenaikan kelas.
Acara berkemah itu memberikan banyak pelajaran penting dan sangat cocok bagi para calon pengusaha karena dituntut kompetitif serta mandiri untuk sebuah keberhasilan.
Namun, beda negara, beda pula jenis kegiatan selama berkemah termasuk tempat tinggal mereka.
Indonesia, Pemalang.
"Ndeso banget kamu! Bukan begitu pasang patoknya! Ya Allah somplak!" gerutu seorang remaja lelaki yang marah-marah sedari tadi karena anggota regunya tak ada yang becus dalam mendirikan tenda.
"Woi! Zaman udah modern, kenapa harus bikin tenda manual? Bukan salah kita kalau bikinnya salah. Gak ada tutorialnya!" sahut remaja pria lain dengan tali tambang dalam genggaman.
"Sabar ... sabar ... orang sabar katanya banyak pacar," ucap ketua regu Kalajengking—Rangga— yang diketahui dari bordir di atas saku bagian depan seragam Pramukanya.
Rangga mengelus dada. Remaja lain yang berada di sekitar Rangga terkekeh karena pemuda itu sungguh sabar menghadapi anak buahnya yang cenderung anak mami karena dari golongan keluarga kaya dan tak mau repot.
"Sini, Nak, sini. Om kasih tau caranya. Sini cepetan!" pintanya galak seraya mengayunkan salah satu tangannya meminta kesembilan anggotanya mendekat.
Para remaja pria itu menuruti panggilan sang Ketua, meski terlihat sebal. Rangga menatap kawan-kawannya saksama dengan bertolak pinggang.
"Beruntung kalian, karena Rangga lahir dari keluarga petualang. Harusnya, kalian sering-sering main ke rumah Rangga untuk ikut camping," ucap pemuda itu mulai tenang.
"Kita semua udah berkunjung kok ke Arjuna's Adventure. Kita cobain semua permainannya dan selalu menang, dapet skor tinggi pula," sahut seorang remaja pria bernama Bara dari bordiran di seragamnya.
"Kayaknya kurang ekstrim. Besok Rangga mau request ke om Juna buat bikin permainan kejam biar kalian semua kalah dan pulang dengan air mata," tegasnya berwajah garang.
"Dih, gitu si Bos. Terus ini gimana? Lihat tuh, semua anak udah bikin tenda, kita doang masih jadi alas. Apa itu tenda jadiin selimut aja?" sahut Bara menunjuk tendanya yang masih digelar polos di atas rumput.
"Ikutin instruksi Rangga, gak pakai bantah biar kita cepet selesai. Nama doang keren, kelompok 'Kalajengking', tapi orang-orangnya nungging semuanya. Payah!"
Praktis, semua anak yang mendengar terkekeh dan malah mempraktekkan gaya menungging.
Rangga dengan telaten mengarahkan kesembilan kawannya untuk memasang tenda berbahan dasar bambu, terpal, patok besi, dan tali.
Rangga adalah anak dari pasangan warga negara asing yang menetap di Indonesia dan menjalankan usaha pertanian serta garmen baju seragam sekolah.
Rangga berwajah bule dengan kulit cokelat, berambut hitam, dan tubuh atletis. Meski wajahnya kebulean, tapi logat bahasa Jawa-nya, tidak menunjukkan demikian.
Rangga anak lelaki yang santun kepada orang yang lebih tua dan selalu mendapatkan juara dalam kompetisi olah raga antar sekolah menengah ke atas.
Di sisi lain, Kyoto, Jepang.
Kemah musim panas yang diadakan di lapangan dekat dengan aliran sungai tersebut sudah ramai oleh para remaja laki-laki dan perempuan yang akan melakukan pertandingan tarik tambang dengan sungai sebagai pemisahnya.
Kelompok yang tercebur lebih dulu dianggap kalah. Dua tim di seberang sungai terlihat siap dengan kedua tangan menggenggam tali tambang untuk ditarik.
PRIT!!!
"Ho! Ho! Ho!" seru anggota tim biru yang beranggotakan 10 remaja laki-laki menyuarakan irama seraya menarik tali berwarna cokelat berserabut dengan sekuat tenaga.
Satu diantara mereka berwajah lugu, berambut hitam, memiliki sorot mata tajam, dan tubuh jakung terlihat tangguh.
Mereka bicara dalam bahasa Jepang.
"Jangan sampai kalah, Kenta-San!" seru seorang gadis berambut panjang hitam memberikan semangat kepada remaja pria yang berumur lebih tua darinya. Pemuda itu berada di barisan paling depan sebagai ketua tim.
"Arrghhh! Tarik lebih kuat!" seru Kenta hingga wajahnya memerah dan berkerut saat menarik tali tambang itu dengan sekuat tenaga.
Semua anak bersorak memberikan semangat untuk tim yang mereka jagokan. Para pembimbing mengawasi dan menjadi juri dalam pertandingan di hari yang terik siang itu.
Tiba-tiba saja, "Oh!" kejut gadis berponi yang menyoraki Kenta saat mendapati sebuah benda melayang ke arah mereka.
Praktis, kegiatan di kawasan tersebut terhenti karena kedatangan sebuah drone yang tak mereka ketahui berasal dari mana, tapi sinarnya menyorot orang-orang di sekitar tempat itu.
"Siapa yang membawa mainan itu ke perkemahan?! Kalian ingat hukumannya bukan?" tegas seorang Pembina menatap para remaja yang berkumpul di lapangan tersebut.
"Kami tak membawa mainan mahal seperti itu, Sensei," jawab salah satu remaja ikut bingung.
"Tangkap benda itu! Awas saja jika sampai ketahuan pelakunya, aku tak segan memberikan hukuman!" ucap seorang Guru lelaki gusar, mencoba menangkap benda terbang tersebut yang mengitari sekitar kawasan perkemahan.
Saat orang-orang mencurigai benda tersebut dan berusaha menangkap dengan peralatan seadanya, ternyata drone tersebut tak sendirian. Mereka seperti dikepung karena benda tersebut ada di seluruh kawasan.
"Cukup main-mainnya! Hentikan!" seru Guru pria bertubuh besar mulai emosi karena menganggap kemunculan benda asing itu mengganggu aktifitas di area perkemahan.
Namun seketika ....
BRUKK! BRUKK! BRUKK!
"Sensei!" panggil para remaja memekik saat guru mereka roboh satu persatu tak sadarkan diri setelah terkena sinar tersebut.
Kenta langsung melepaskan genggaman tangan di tali tambang. Ia mendekati gadis berponi yang dibidik oleh sinar itu, tapi ia tak mengalami pingsan seperti para orang dewasa yang berada di sekitar perkemahan.
Anak-anak lain ketakutan dan menghindar. Beberapa dari mereka ada yang bersembunyi dari drone karena seperti memindai mereka. Kenta berdiri melindungi gadis berponi yang terlihat ketakutan itu.
"Itu apa, Kak?" tanya gadis bermata bulat bersembunyi di balik tubuh sang kakak.
"Entahlah, tapi firasat kakak, ini bukan hal baik. Benda itu sepertinya jahat. Lihatlah yang dilakukan pada guru-guru kita, mereka pingsan entah apa penyebabnya," jawabnya seraya melangkah mundur perlahan, menyingkir dari sinar sebuah drone yang membidiknya.
"Oh! Mereka pergi," ucap salah satu anak lelaki menunjuk beberapa drone yang terbang menjauh dari kawasan tersebut menuju ke langit.
Lama-kelamaan, benda terbang itu tak terlihat karena silau matahari yang mengaburkan pandangan.
"Azumi, kau bisa memeriksa guru-guru kita? Kau pintar dalam dunia medis 'kan?" pinta Kenta menatap Adik perempuannya saksama. Gadis berponi, berambut hitam panjang, bermata bulat bernama Azumi mengangguk pelan.
Ia mendatangi seorang guru wanita dan memeriksa denyut nadi di leher, pergelangan tangan, nafas dari lubang hidung dan detak jantung di dadanya.
"Ibu Kiyoko baik-baik saja. Ia hanya pingsan," ucap Azumi menoleh ke arah sang kakak yang terlihat cemas karena semua orang dewasa di sekitar itu pingsan.
Di tengah kebingungan yang melanda semua remaja di tempat perkemahan itu, lagi-lagi keanehan terjadi.
"Hei! Apa itu?" tanya seorang anak menunjuk sebuah lingkaran bersusun yang tiba-tiba saja muncul di sungai dengan kilau warna biru terang menyilaukan mata.
Matahari tiba-tiba lenyap dan kegelapan menyelimuti kawasan itu. Anak-anak ketakutan dan berkumpul di seberang sungai untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi karena semuanya berkesan mendadak.
"Apakah ... ini salah satu kegiatan atau ujian dalam perkemahan, Kak?" tanya Azumi pucat memegangi tangan kiri kakak lelakinya erat.
Kenta melihat lingkaran besar tersebut seperti sebuah terowongan yang berbentuk mirip cangkang keong karena mengerucut pada bagian ujungnya dan tak diketahui di mana akhirnya.
Saat anak-anak saling merapat karena merasakan keanehan dari benda itu, tiba-tiba saja ....
"Oh! Oh! Lubang itu menarikku! Menghindar!" teriak salah satu remaja yang berdiri paling depan di lubang lingkaran.
Praktis, semua anak panik seketika karena tubuh mereka seperti tersedot ke dalam terowongan tak dikenal tersebut.
***
ILUSTRASI
SOURCE : GOOGLE
Jadi ya to, jangan lupa dukungannya ya. Diusahakan daily update tapi jamnya gak tentu. Tengkiyuw lele padamu💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Phoenix
Mampir aku
2024-07-10
1
Martini
mohon maaf mbak thor,,,tolong kasi tau doang rincian novel yg berkaitan ini biar Ndak bingung,,,udh lama nggak baca novel jadinya bingung,,,trakhir baca pas vesver mati itu... stelah vesver dan kanda trus klnjutannya yg mna??? 🙏🙏🙏
2024-05-20
1
Sahrul Fadriansyah
londo kampung🤣
2022-12-17
1