**Terima kasih yang sudah mau mampir untuk membaca dan memberikan like untuk cerita ini, terima kasih atas dukungannya 🙏
Happy reading guys 🥰
🌟🌟🌟**
"Ada apa?" Mike kaget, melihat raut wajah marah di wajah Rachel memandangnya.
"Perkataanmu, itu..!! seolah-olah aku ini tidak layak untuk menjadi seorang istri!" seru Rachel sembari turun dari ranjang, tanpa mengindahkan. Bahwa tubuhnya, belum tertutupi oleh selembar benang. Dengan tubuh yang masih polos, Rachel berdiri didepan Mike yang masih dalam posisi baring diranjang. Tidak ada rasa malu sedikitpun dalam diri Rachel, seolah-olah dia sudah terbiasa dengan apa yang dilakukannya.
"Apa ada yang salah dengan apa yang aku katakan?" tanya Mike, yang merasa tidak ada yang salah dengan perkataannya.
"Salah! jelas salah!" seru Rachel dengan suara yang keras, mata melotot sempurna.
"Ayolah Rachel, kenapa kau marah? apa kau mengharapkan aku menikahi dirimu Rachel ?" tanya Mike, dia bangkit dari ranjang dan mengambil baju dan celananya yang berada diatas lantai.
Mike memakai bajunya satu persatu dengan santai.
"Apa kau akan menikahi Sandra?" tanya Rachel.
"Iya, apa kau kira. Aku main-main bertunangan dengan Sandra? Sandra gadis yang baik, orangtuaku juga sangat menyukainya" kata Mike.
"Bagaimana dengan aku? apa kau akan meninggalkan aku? setelah apa yang kita lakukan selama ini?" Rachel kecewa dengan perkataan Mike.
"Pakai bajumu" Mike memberikan baju Rachel kepadanya.
Rachel menerima bajunya dengan kasar dari tangan mike, kemudian memakainya.
"Rachel, apa yang kita lakukan ini hanya karena kita saling membutuhkan. Kita tidak ada commitment untuk saling bersama selamanya, sampai kita tua" kata Mike dengan santai saja.
"Kita saling membutuhkan, lagi pula. Kau masih punya suami, apa kau mau meninggalkan kemewahan yang selama ini kau nikmati. Aku tidak yakin, kau mampu tinggal bersamaku di rumah yang kecil. Sandra, aku yakin dia bisa" kata Mike, dan lagi-lagi dia memuji Sandra. Sang tunangan.
Kemarahan Rachel semakin menjadi-jadi, begitu Mike membandingkan dirinya dengan Sandra. Saudara sepupunya.
Rachel mengambil tasnya, dan berjalan keluar dari kamar hotel.
"Rachel, kau mau kemana?" tanya Mike, melihat Rachel mengambil tasnya dan hendak keluar dari dalam kamar.
"Pulang, kita putus!" ketus suara Rachel.
"Putus! kenapa?" Mike mendekati Rachel yang berdiri didepan pintu kamar, mau keluar.
"Aku tidak butuh orang yang hanya mau tubuhku saja" ucap Rachel dengan marah.
"Bukankah kita sama, kau juga hanya menginginkan tubuhku. Karena suami tuamu itu tidak bisa memuaskan dirimu diatas ranjang?" balas Mike.
"Kau!" Rachel marah, telunjuknya mengarah pada Mike.
Dengan keadaan marah, Rachel membuka pintu dan keluar dari dalam kamar. Suara pintu ditutup dengan kerasa, membuat Mike menutup telinganya.
"Putus!" ngekeh Mike menertawakan Rachel yang mengatakan putus kepadanya tadi.
"Apa kita akan putus hubungan? besok saja, kau pasti sudah akan menghubungi aku. Untuk menjadi partner diatas ranjang" ngekeh Mike, mendengar perkataan Rachel mengenai putus hubungan.
"Kalau dia pulang, aku naik apa pulang?" Mike baru tersadar, bahwa dia datang ke hotel ini naik mobil Rachel. Sedangkan mobilnya tinggal di kantor.
"Sial itu perempuan, main tinggal saja. Setelah aku memuaskannya" gerutu mike sambil masuk kedalam kamar mandi, untuk membersihkan badan.
****
Arisa dan Jovanka bermalas-malasan diatas ranjang, keduanya merasa badannya remuk redam. Karena menunggang kuda cukup meletihkan, karena keduanya belum terbiasa.
"Jo, apa rencana besok? apa kita tetap mencari keberadaan kak Tian di pulau Saint Angel ini? mungkin saja, kak Tian tidak berada di pulau ini" kata Arisa.
"Ris, aku mau cerita" ujar Jovanka kepada Arisa.
"Cerita apa?" Arisa bangkit dari berbaring, dia duduk dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.
"Sebenarnya"
Jovanka menceritakan semua, tentang pria yang datang kerumahnya. Dan memerintahkan dia untuk menemui orang yang bernama Erick Godfrey, dan pesan dari Bastian. Agar Jovanka datang menemuinya ke pulau Saint Angel.
"Kak Tian di pulau ini? terus kemana kak Tian? kenapa dia tidak menemui kita?" ucap Arisa.
"Ini sangat mencurigakan Jo? apa pesan itu dari kak Tian?" tanya Arisa.
"Iya, itu nomor ponsel kak Tian" Jovanka mengeluarkan ponselnya, dan menunjukkan pesan dari Bastian kepada Arisa.
"Coba kita hubungi" kata Arisa.
"Tidak tersambung" kata Jovanka.
Arisa mencoba untuk menghubungi ponsel Bastian, dan jawaban dari pihak operator. Bahwa ponsel diluar jangkauan.
"Diluar jangkauan, kemana kak Tian. Sehingga ponselnya diluar jangkauan" kata Arisa.
"Pasti kak Tian sedang mengalami masalah" kata Jovanka.
"Apa masalah kak Tian? dia seorang peneliti, apa yang dikerjakannya sekarang ini Jo?" tanya Arisa.
"Aku tidak pernah tahu apa yang dilakukan kak Tian, dua bulan yang lalu. Ada temannya yang selalu datang kerumah, mereka membahas sesuatu sampai berjam-jam. Dan aku tidak pernah ingin tahu apa yang mereka bicarakan, pasti perbincangan mereka tidak jauh-jauh dari masalah lingkungan" kata Jovanka.
"Coba kita lihat, apa yang dilakukan kak Tian saat ini" ujar Arisa, kemudian turun dari ranjang. Arisa menuju kearah meja makan, mencari-cari sesuatu.
Jovanka bangkit juga dari ranjang, setelah melihat Arisa grasak-grusuk mencari-cari barang yang diinginkannya.
"Cari apa Ris?" tanya Jovanka seraya menarik kursi untuk didudukinya, dan mengamati apa yang disibukkan oleh Arisa.
"Teh, apa ada sisa bubuk teh" kata Arisa dengan menatap wajah Jovanka.
"Kau mau minum teh, diwaktu kita mau tidur. Bisa-bisa kau tidak akan bisa tidur" kata Jovanka.
"Bukan untuk aku minum! aku ingin menerawang keadaan kak Tian sekarang ini" kata Arisa dengan mimik wajah yang serius.
"Hahahaha..!" Jovanka menertawai Arisa dengan terpingkal-pingkal, Jovanka memegang perutnya dan disudut bola matanya keluar air mata.
"Hei..! kenapa kau tertawa?" mendelik mata Arisa menatap wajah Jovanka, yang masih menertawainya.
"Kau masih sering memainkan peran sebagai wanita cenayang? Ris, apa kau sekarang sudah membuka praktek cenayang?" goda Jovanka.
Dulu saat mereka masih high school, mereka selalu melakukan permainan menerawang kehidupan teman-teman mereka diakan datang. Dan Arisa selalu yang menerawang masa depan teman-temannya, hal itu dilakukan mereka untuk main-main saja. Sepertinya, tidak bagi Arisa. Dia menganggap dia cenayang sebenarnya.
"Hei ! jangan menertawai aku, aku bisa serius...! Apa yang aku katakan benar, contohnya. Saat Billy hilang, aku tahu anak itu berada dimana " kata Arisa membanggakan diri.
"Hanya kebetulan" kata Jovanka.
"Ini.." Arisa mengambil sisa teh, yang ditemukannya didalam pembuangan sampah.
"Jorok Ris!" melihat Arisa mengambil sisa ampas teh dalam tong sampah.
"Bukan untuk aku minum" ucap Arisa.
"Ada-ada saja" ujar Jovanka.
Arisa meletakkan sisa-sisa bubuk teh keatas piring, dan menuangkan sedikit air. Kemudian menggoyang-goyangkannya, entah apa yang Arisa lakukan. Jovanka hanya memperhatikan, senyum kecil terlihat dibibirnya.
Jovanka memperhatikan bibir Arisa komat-kamit, seperti Mbah dukun yang sedang baca mantra.
Ada Mbah dukun ( lahh..! koq mau nyanyi)
"Ris, apa kau butuh dupa?" goda Jovanka.
Tetapi Arisa tidak menanggapi ucapan Jovanka yang bernada godaan terhadap apa yang dilakukannya, Arisa terlalu khusuk dengan apa yang dilakukan dengan bubuk teh nya.
"Kak Tian baik-baik saja, dia sedang melakukan apa yang disukainya" kata Arisa dengan melihat sisa ampas teh diatas piring.
"Oh ya, apakah kau bisa berkomunikasi dengan kak Tian? apa dia ada disini?" tanya Jovanka dibarengi tawa menatap area sekitar ruangan dimana dia duduk.
"Kau tidak percaya? aku mengatakan yang sebenarnya, kak Tian baik-baik saja. Tapi dia tidak bisa pergi dari tempatnya berada saat ini" kata Arisa.
Next...
Jangan lupa untuk menekan selalu tombol like like like like🙏🙏
Terima kasih atas dukungannya untuk cerita ini🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Mara
Hebat Arisa👍
2022-04-08
0
Elisabeth Ratna Susanti
mampir lagi di sini 😍
2022-03-31
0
TK
digoda cenayang
2021-11-07
0