The Tyrant'S Desire (Hasrat Cinta Sang Penguasa)
Hargai karya penulis, jika tidak suka. Tinggalkan 🙏🙏
*
*
Jumpa dengan karya baru author, mohon dukungannya dengan memberikan like dan favorit.
cerita ini sedikit berbeda dengan cerita author yang sudah-sudah, walaupun masih tetap komedi dan santai. Dengan konflik yang ringan.
Happy reading guys 🥰
🌟🌟🌟
Tok...tok...
Suara ketukan di pintu begitu keras terdengar, tetapi tidak ada terdengar suara dari dalam rumah yang memprotes apa yang dilakukan orang pada pintu rumahnya. Sepertinya, rumah dalam keadaan kosong.
"Tidak ada orangnya Tuan" beritahu orang yang mengetuk pintu rumah tadi, kepada orang yang berdiri membelakangi pintu.
"Coba lagi, mungkin saja dia sedang tidur. Gadis itu tidak terlihat meninggalkan rumah" ujar pria yang tinggi tegap, kumis menutupi bibirnya m Sehingga ada kesan sangat terlihat dari raut wajahnya.
Bagaimana bisa terdengar, gadis yang menjadi penghuni rumah tersebut sedang berada dihalaman belakang. Dan terlihat headset di telinganya.
Jovanka, gadis yang berusia hampir 20 tahun. Dia tinggal bersama dengan saudara laki-lakinya, tetapi saat ini. Jovanka tinggal sendiri, karena saudara kandungnya pergi bekerja.
Suara ketukan di pintu semakin keras, jika pintu bisa berkata-kata. Mungkin pintu sudah menangis dengan keras sampai meraung-raung, untunglah pintu benda mati. Sehingga pintu dianiaya juga diam saja.
Dari mulut gadis tersebut terdengar lagu yang berjudul killing me softly
🎶 Strumming my pain with his fingers.
Singing my life with his words.
Killing me softly with his song.
Killing me softly with his song.
Telling my whole life with his words.
Killing me softly with his song.
I heard...
"Aaa...!"
Bukk..k..
Jovanka jatuh telungkup nangkap kodok, karena asik menyiram tanaman bunganya. Dia tidak melihat selang air melintang didepannya.
Dan akhirnya..
"Dasar selang sialan!" umpatnya.
Headset ditelinganya terlepas, apa yang dialami pintu rumahnya tertangkap telinganya. Setelah headset tidak lagi nempel ditelinga Jovanka.
Tok...tok..tok...
Dug..dug...dug..
Ketukan di pintu masih terjadi, ketukan itu bukan hanya terdengar dari hasil tangan, tetapi terdengar seperti suara kaki menendang pintu rumah. Jovanka mendengarnya.
"Siapa yang ingin merobohkan pintu rumahku? awas orang itu, aku akan menjotos wajahnya!" seru Jovanka dengan tangan terkepal, dia melenggang menuju depan, dengan langkah kaki setengah berlari.
Dengan raut wajah masam, Jovanka membuka pintu rumahnya.
"What...!" Jovanka sontak terkejut, begitu pintu terbuka. Empat orang yang berpakaian serba hitam berdiri didepan pintu.
"Apa ada kematian dilingkungan rumah? mereka sepertinya salah rumah!" gumam Jovanka, seraya menatap wajah-wajah yang berdiri diberanda depan rumahnya.
"Bro, salah rumah. Disini tidak ada orang yang meninggal" ujar Jovanka.
Orang tersebut tidak menanggapi ucapan Jovanka.
"Apa anda Miss Jovanka Lovata Reuel?" tanya orang yang tepat berdiri didepan Jovanka.
"Ya" sahut Jovanka heran, karena orang itu tahu namanya dengan lengkap. Sebenarnya, tidak semua orang yang tahu dengan nama panjang Jovanka. Orang yang mengenalnya, selalu memanggilnya dengan panggilan Jo. Kalau orang tidak mengenalnya dengan dekat, orang mengira Jovanka laki-laki yang imut. Karena Jovanka lebih suka menutupi rambutnya dengan topi, dan memakai baju yang longgar. Sehingga lekuk tubuhnya terlindungi dari mata para pria.
"Miss Reuel, kami membawa pesan dari Tuan Eric Godfrey. Bahwa Tuan menunggu kedatangan Miss Reuel" ucap laki-laki tersebut dengan bahasa yang tertata rapi, dan terdengar kaku suaranya. Dan dari nada bicaranya, tidak menerima penolakan.
"Wait a minute ! siapa Tuan Eric Godfrey? kenapa dia menunggu kedatanganku? Aku tidak mengenalnya?" tanya Jovanka dengan wajah terlihat bingung.
Jovanka bingung, baru hari ini dia mendengar nama orang yang menunggu kedatangannya tersebut.
"Ini ada hubungannya dengan Tuan Bastian Reuel" ucap orang tersebut.
"Anda mengenalnya kan?" tanya pria tersebut.
"Dia kakak saya, ada apa dengannya? apa dia mengalami masalah?" timbul rasa khawatir dalam hati Jovanka.
Sudah dua bulan dia hilang kontak dengan kakaknya tersebut, biasanya. Bastian selalu menghubunginya.
"Tuan menunggu kedatangan Miss Reuel, Tuan yang akan mengatakan kepada Miss Reuel sendiri" kata pria yang berada dihadapannya, sedangkan tiga laki-laki yang dibelakangnya. Hanya diam, menatap kearah kiri dan kanan.
"Kalau aku tidak mau, bagaimana? Aku tidak mengenal kalian?" tanya Jovanka sembari menatap wajah laki-laki tersebut dengan tajam, dan tidak ada rasa khawatir terlihat diraut wajah Jovanka. Walaupun sebenarnya, dada Jovanka sudah berdetak kencang. Tetapi dia tidak mau menunjukkan rasa takut, terlihat di wajahnya.
"Jangan sampai kami bertindak kasar Miss" ancam pria tersebut dengan suara yang dingin dan datar.
"Hei! Mr black, jangan main ancam ya. Aku tidak mengenal kalian, bisa saja kalian ingin menculik aku, dengan menyebutkan nama saudaraku. Agar aku ikut dengan kalian, begitu aku ikut dengan kalian. Mungkin saja, kalian akan menjual seluruh organ tubuhku?" Jovanka meneliti wajah-wajah yang ada didepannya.
"Ganteng! tapi sungguh mencurigakan, patut diwaspadai mereka semua!" dalam benak Jovanka.
Pria yang berdiri tepat dihadapan Jovanka tidak terpengaruh dengan apa yang dikatakan Jovanka.
"Miss Reuel, kami akan menjemput Miss besok pagi. Tuan Eric Godfrey tidak mau menerima penolakan" setelah berkata, keempat pria tersebut meninggalkan kediaman Jovanka.
"Apa itu tadi? aku tidak bermimpi kan?" Jovanka menepuk pipinya dengan keras.
"Awww..!" pipinya terasa sakit.
"Aku tidak bermimpi, ini nyata. Gila...! siapa mereka?" pertanyaan berseliweran di otaknya.
"Enak saja dia memberikan perintah, tidak menerima penolakan. Aku juga tidak mau menerima perintah, enak saja memberi perintah kepada aku!" seru Jovanka dengan suara yang lantang, agar orang yang belum terlalu jauh meninggalkan rumahnya mendengar.
Dertt...dertt..
Ponsel dalam sakunya bergetar, Jovanka mengeluarkan ponselnya.
"Kakak!"
Pesan masuk dari Bastian Reuel, dengan cepat Jovanka membuka pesan tersebut dan membacanya.
"Jo, datanglah ke pulau Saint Angel" bunyi pesan dari Bastian.
"Saint Angel? dimana itu?"
Dalam pesannya, Bastian juga memberitahukan cara menuju pulau Saint Angel.
Jovanka berusaha menelpon ponsel Bastian, kakaknya. Tapi ponsel Bastian tidak terhubung.
"Aku harus cepat pergi, sebelum orang-orang itu kembali." ujar Jovanka, setelah tidak berhasil menghubungi ponsel Bastian.
Jovanka memasukkan bajunya secara sembarangan kedalam tas ransel yang selalu menemaninya pergi kemanapun juga.
"Hampir lupa" Jovanka mengambil foto keluarganya dan memasukkannya kedalam dalam tas.
Kemudian Jovanka mengunci pintu rumahnya, lalu keluar dari pintu belakang. Jovanka memutuskan untuk keluar dari belakang, karena takut. Orang-orang yang datang kerumahnya tadi masih berada didekat rumahnya.
Pemikiran Jovanka benar, karena tidak semua orang tersebut pergi meninggalkan rumah Jovanka. Dua orang tinggal menjaga, agar Jovanka tidak kabur.
Ternyata, apa yang ditakutkan oleh orang suruhan Tuan Eric Godfrey terjadi. Jovanka kabur, tapi mereka tidak tahu. Otak kecil Jovanka sungguh cerdas, dia kabur melalui belakang rumah. Walaupun harus menaiki tembok, tapi Jovanka berhasil melaluinya.
"Berhasil" Jovanka menepis kotoran yang mengenai bokongnya, karena posisi jatuhnya. Dia terduduk di rerumputan belakang rumah orang.
"Jovanka! kenapa kau seperti maling?" suara Arisa membuat Jovanka menoleh kearah kirinya.
"Diam, aku harus pergi" ucap Jovanka.
"Kau mau pergi kemana?" tanya Arisa.
"Berpetualang" jawab Jovanka asal.
"Ikut!" seru Arisa.
"Kau!"
"Iya, aku. Tidak mungkin Oma" kata Arisa.
"Apa kau mau meninggalkan oma sendirian?"
"Jangan khawatir, Oma pergi mengunjungi aunty Bella. Oma pergi selama sebulan, kau pergi tidak selama itu kan?" tanya Arisa.
"Mungkin tidak" sahut Jovanka.
"Ikut ya?" mohon Arisa.
"Cepat, aku beri waktu 5 menit" titah Jovanka.
Secepatnya Arisa masuk kedalam rumahnya, karena lokasi rumah Jovanka. Belakang rumah Arisa, sehingga Jovanka melompat dari temboknya jatuh dihalaman belakang rumah Jovanka.
"Tra..la..la.. selesai!" Arisa keluar dari dalam rumahnya dengan membawa tas ransel seperti Jovanka, dan syal menutup lehernya.
"Kau tidak memakai topi?" tanya Jovanka, seperti dia saat ini. Topi menutup rambut panjangnya.
"Tidak! aku tidak mau menutupi rambut indah ini" Arisa mengibaskan rambutnya.
"Ayo kita pergi"
"Ayo kita berpetualang!" seru Arisa.
"Berpetualang? kalau kau tahu, kemana kita pergi. Pasti kau tidak akan mau ikut." gumam Jovanka.
Keduanya sampai di dermaga menuju pulau Saint Angel.
"Kita naik kapal?" tanya Arisa.
"Yup" sahut Jovanka.
"Serius?" wajah Arisa terlihat pucat, karena dia sangat takut naik kapal.
"Iya"
"Kenapa tidak kau bilang, bahwa kita akan naik itu?" Arisa menatap kapal laut yang tidak terlalu besar didepannya.
"Kenapa? apa kau batal ikut?" tanya Jovanka seraya menatap wajah Arisa yang berdiri menatap kearah kapal didepannya.
Terlihat kebimbangan terbaca di raut wajah Arisa, mau kembali kerumahnya. Sudah berada disini.
"Aaahh...!" Arisa mengacak-acak rambutnya dengan jemari tangannya.
"Hei! apa kau ingin menakut-nakuti orang dengan rambut kribo mu itu" ujar Jovanka.
"Aku ikut!" seru Arisa.
"Jangan menyesal?" kata Jovanka.
"Menyesal juga sudah sampai sini, ayo " Arisa naik keatas kapal, Jovanka mengikutinya dari belakang.
🌟🌟🌟
Next...
Like
Like
Like
Thanks....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Meiya Lee
😂😂😂😂
2024-05-07
1
Tika Fabrina Mustika Ekawati
kayaknya duo koplak niha jo n arisa...lanjut Thor
2022-12-30
0
As Thyen
sepertinya ceritanya seru deh😁
semoga endingnya juga bagus dan memuaskan
2022-11-25
0