Happy Reading 😊
Aulia dan Sita sedang makan siang di dalam butik, biasanya Sita membawa bekal makanan sendiri. Tetapi saat ini Aulia mentraktir Sita karena baru saja mendapatkan bayaran dari gaun pengantin rancangannya yang di hargai lumayan mahal.
"Kalau setiap hari di traktir makanan mahal seperti ini, bisa-bisa tubuh dan juga dompetku jadi melendung, Mbak," Sita mengoceh sambil mengunyah.
Bahkan mulutnya saat ini penuh dengan makanan. Tidak tanggung-tanggung, Aulia membeli makanan yang begitu banyak, katanya buat syukuran juga karena telah berhasil membuatkan gaun yang sangat memuaskan untuk pelanggannya.
"Kenapa badan dan dompetmu bisa melendung? Memangnya balon?" Aulia terkekeh melihat tingkah sahabat sekaligus pegawainya itu.
"Ya,, kalau di traktir makanan enak setiap hari badan jadi tambah subur, tanpa harus memasak dan mengeluarkan tenaga. Kalau dompet kan nggak berkurang tapi malah bertambah bisa dapat bonus setiap dapat pesanan yang memuaskan pelanggan seperti ini. Kamu memang the best Mbak Lia." Sita mengacungkan kedua jempolnya.
Aulia tertawa melihat tingkah sahabatnya itu, Sita memang wanita yang unik, lucu dan tidak pernah jaim alias jaga image. Aulia sangat senang bisa bertemu dan kenal dengan Sita.
"Eh, ada pelanggan datang mbak," ucap Sita melihat seorang pria yang masuk ke dalam butik.
Aulia menoleh dan menatap pria itu dengan kening yang mengkerut.
Bukankah dia cucunya Nenek Sari? apakah ada sesuatu dengan nenek sampai cucunya kemari!
"Tuan, apa ada kabar dari Nenek?" tanya Aulia mendekat tiba-tiba, membuat Sandi menatap aneh kepadanya.
Aulia yang menyadari sikapnya terlalu berlebihan, akhirnya dia memundurkan langkahnya. Bukan bermaksud untuk mencoba menggoda pria didepannya itu, tetapi memang Aulia refleks dengan tindakannya.
Sandi menghela napas, dia harus bisa menguasai emosi dirinya saat ini. pria itu sudah berjanji kepada neneknya untuk segera melamar Aulia dan mempersuntingnya.
Salahkah dia apabila mempunyai firasat buruk terhadap wanita berhijab di depannya itu. Ya, Sandi sempat berfikir bahwa semua ini adalah rencana Aulia yang telah menghasut neneknya agar menikahkan mereka.
Entah kenapa Sandi menjadi berpikir seperti itu, tetapi kenyataannya memang banyak wanita yang berlomba-lomba ingin menjadi kekasihnya ataupun menjadi istri sah-nya.
"Ayo ikut aku ke rumah sakit, nenek ingin bicara denganmu," Aulia tersentak mendengar ucapan pria itu. Raut wajahnya sama sekali tidak ramah, bahkan di matanya ada kilatan kebencian.
Tetapi Aulia segera menyingkir kan semua pikiran buruk tentan pria di depannya ini. Mungkin memang sedang menghadapi banyak masalah.
"Oh, baiklah, silahkan duduk dulu, aku mau membereskan sisa makan siang kami," Aulia tersenyum.
Sandi hanya diam tanpa menjawab, bahkan menoleh pun tidak. Pria itu langsung berjalan kearah sofa yang ada di ruangan itu dan langsung duduk di sana.
"Ada apa mbak? kenapa wajah pria itu mengerikan sekali?" jiwa kepo Sita meronta.
"Dia adalah cucu Nenek Sari, yang ku ceritakan waktu itu, katanya neneknya ingin bicara denganku," jawab Aulia sambil membereskan makanannya di bantu Sita.
"Aku tidak suka melihat raut pria itu, seperti langit hitam yang suram."
"Huss, jangan bicara aneh-aneh, nanti aku nitip butik lagi ya?"
"Iya mbak, serahkan semuanya pada Sita, kalau mbak Aulia sibuk aku bisa di andalkan, mbak."
Aulia tersenyum mendengar jawaban gadis bertubuh mungil itu.
Sandi melihat ponselnya, sepuluh menit yang lalu kekasihnya telepon, tetapi dia tidak bisa mengangkat nya.
"Maaf sayang, hari ini aku sangat sibuk jadi tidak bisa mengangkat telepon darimu."
Sandi membalas pesan itu sambil menunggu Aulia.
###
Aulia meremas ujung hijabnya dengan tangan yang sudah basah.
Di sinilah Aulia sekarang, di sebuah rumah sakit di mana nenek Sari di rawat. Air matanya sudah membasahi pipi mulusnya sejak sejam yang lalu.
Aulia menatap pria tampan di depannya itu yang tidak lain adalah Sandi Prayoga, cucu satu-satunya nenek Sari. Pria itu tiba-tiba datang ke butiknya dan membawanya ke rumah sakit.
"Aulia, nenek ingin kamu mau menerima lamaran Sandi dan menikah dengannya. Nenek rasa umur nenek sudah tidak lama lagi, hanya itu keinginan Nenek," ucap nenek Sari lemah.
"Nenek pasti baik-baik saja dan akan segera sembuh," jawab Aulia memegang lembut tangan wanita paruh baya itu.
Sandi sedari tadi hanya diam, dalam hati pria itu merasa tidak rela harus menikahi wanita yang baru saja di kenalnya itu. Ingin sekali menolak tapi kondisi nenek yang semakin parah membuat Sandi tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menurut.
"Sandi, nenek hanya ingin kamu menikah dengan Aulia, dia gadis yang sangat baik, hanya itu keinginan nenek satu-satunya sebelum nenek pergi menghadap Tuhan."
"Nek, jangan berkata seperti itu!" Sandi menelus pelan bahu neneknya.
"Nenek tidak akan tenang kalau belum melihat kamu dan Aulia menikah." Sandi menutup matanya menahan rasa gejolak di hatinya.
Sakit, perih, hancur, itulah yang Sandi rasakan.
Dia memikirkan Renata, padahal mereka juga telah merencanakan pernikahan di tahun ini. Bagaimana seandainya kalau kekasih yang sangat di cintainya itu tahu kalau dia menikah dengan wanita lain.
Tapi melihat kondisi nenek serta keinginan terakhirnya itu membuat Sandi tidak mempunyai pilihan. Sandi sangat menyayangi neneknya, sedari kecil hanya nenek Sari yang mengasuh, melindungi serta mencitainya sepenuh hati.
Mamanya tidak pernah memperdulikan tentang keadaan nya, dia lebih mementingkan pekerjaan dari pada mengurusi anak semata wayangnya itu.
Aulia gelisah, dia benar-benar tidak menyangka bahwa nenek Sari menginginkan dia menikah dengan cucunya. Aulia ingin sekali menolak karena dia juga tidak mengenal Sandi sama sekali. Tetapi melihat mata sendu nenek Sari membuat Aulia tidak bisa membuka mulutnya sama sekali.
Sandi melirik ke arah Aulia dengan sinis.
Ternyata kamu benar-benar wanita murahan, diam saja tanpa bisa menolak, kamu sama saja dengan wanita di luar sana.Batin Sandi.
"Baiklah nek, kalau memang nenek menginginkan Sandi menikah dengan wanita itu, Sandi akan menurutinya." Jawab Sandi berusaha menahan rasa sakit di hatinya.
"Tapi..!"
"Bersiaplah Aulia, aku akan secepatnya mengurus pernikahan kita." Ucap Sandi menyela.
Aulia diam membeku di tempat, bagaimana bisa dia menikah dengan laki-laki yang tidak dia kenal itu.
"Aku meminta waktu untuk melakukan shalat istikharah terlebih dahulu, Mas."
"Baiklah," jawab Sandi.
Aulia keluar dari ruangan itu dan pergi menuju Mushola yang ada di rumah sakit.
"Sandi, aku tahu kamu pasti sangat keberatan untuk menikah dengan Aulia, tapi nenek jamin bahwa dia adalah wanita yang tepat untukmu, wanita shalihah yang bisa membimbingmu ke jalan yang benar, bukan kekasihmu itu, karena nenek tahu siapa Renata." Sandi hanya diam tanpa menjawab.
Bersambung.
Mana nih like dan komenya 🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
NENEK SARI PSTI TLH MNYURUH ORG UNTUK MNYELIDIKI TTG RENATA, MKANYA NENEK SARI TDK MNYUKAI RENATA JALIN HUBUNGN DGN SANDI
2023-07-05
0
Dewi Zahra
bagus kak
2022-06-21
0
Yen Margaret Purba
kl didunia real ini ga pantes,
krn akan membuat 1 org terhina, tersiksa
2022-03-16
1