Pagi buta sebelum matahari muncul di atas horizon di sebelah timur, aku terbangun karena rasa sakit yang dahsyat pada perutku.
“Ughhhh…” aku membuka selimut tidurku dan melihat ke bawah.
Darah merah yang kental sudah merembes, menodai sprei putih lembut itu. Perutku masih sakit dan dengan sekuat tenaga aku turun dari kasur dan menarik sprei lalu menggumpalnya.
Sebelum turun, aku menyeka bagian bawahku dari sisa darah. Setelah memastikan tidak ada darah yang keluar lagi, aku membawa sprei itu turun.
Untung saja semuanya belum bangun, jadi aku mencuci noda darah itu selama hampir setengah jam sampai bersih, lalu menjemurnya.
Aku naik ke atas kamarku perlahan dan mengganti kasurku dengan sprei yang baru. Tubuhku terasa remuk, aku berusaha tidak memikirkan apa pun lalu aku terlelap lagi sampai siang hari.
Aku melewatkan sarapan.
Saat turun ke bawah dengan pakaian pelayan yang biasa kukenakan, Tuan Dimitri dan Tuan Draven sedang duduk di meja aula, kelihatan berbincang. Bagus lah mereka sudah baikan.
Aku menundukkan badanku sebagai tanda hormat dan berlalu pergi sebelum sebuah tangan menyergapku.
Wajahku berubah takut saat Tuan Dimitri mencium udara di sekitar tubuhku, lalu dia menggeram.
“Di mana anakku, Chloe?!” Tuan Dimitri menggoncang bahuku sampai kepalaku hampir putus.
Tuan Draven menepis tangan pria itu dari bahuku, dan menjauhkanku dari Tuan Dimitri yang sedang berang.
Aku tidak pernah melihatnya begitu marah, matanya berubah merah dan gigi taringnya muncul. Seperti hendak bertarung.
Tuan Draven berdiri di hadapanku, melindungiku dari vampir itu.
“Dimitri! Kontrol dirimu!”
Tuan Dimitri berteriak dengan keras sampai aku harus menutup telingaku.
“Dimana anakkuuuu???”
Seisi ruangan itu bergetar karena jeritannya, dan beberapa pengawal sudah masuk ke pintu aula, Gladys, Ulrich dan tuan Denis juga sampai meninggalkan pekerjaan mereka untuk melihat apa yang terjadi.
Lalu suasana hening seketika, Tuan Dimitri menatapku menanti sebuah jawaban. Tenggorokanku tersendat seperti ada batu besar di dalam.
“A-aku keguguran,” bisikku lirih.
Tuan Draven menoleh ke arahku, “Kamu hamil, Chloe?”
“Keguguran? Bagaimana bisa?! Semalam aku masih menyentuhnya dan merasakan dia begitu kuat di dalam perutmu.”
“A-aku tidak tau, Dimitri. Pagi hari saat aku terbangun, darah sudah mengalir deras. Aku tidak bisa menyelamatkannya,” isakku.
Tuan Dimitri memicingkan matanya seakan tidak percaya dengan perkataanku.
“Mungkin karena kamu semalam minum darahku, tuan,” kataku menambahkan.
Aku dapat mendengar Gladys dan lainnya dengan tatapan bingung dan berbisik satu sama lain.
“Itu tidak mungkin!”
Eden muncul dan langsung berdiri di sampingku, tangannya mengelus pundakku, “Tuan Dimitri, anda membuatnya takut, tuan. Yang sudah terjadi biarlah berlalu.”
“Mungkin aku tidak sanggup mengandung anak vampir. Kamu bisa mencari wanita lainnya untuk memberimu seorang anak.”
Tuan Dimitri menarik lenganku secara paksa, “Dari tadi kamu beralasan yang tidak-tidak. Hanya kamu wanita di dunia ini yang bisa mengandung anakku! Kita harus membuatnya lagi, ikut aku!”
Aku menarik baju Tuan Draven, “Aku tidak mau! Tuan Draven, tolong aku, tuan… Aku tidak mau hamil anaknya.”
Tuan Draven spontan memegang tanganku, “Dimitri, lepaskan dia! Kamu sudah kehilangan akal sehatmu, Chloe jelas-jelas menolakmu.”
Tuan Dimitri menarikku sampai tanganku serasa mau lepas dari bahuku. Aku mengerang kesakitan dan Tuan Draven melepas tanganku.
Aku menjerit lagi, “Aku nggak mauuu! Tuan Draven…”
Tuan Dimitri menyeretku naik ke atas tangga dan bisa kulihat dari mataku yang kabur karena air mata telah tergenang disana, Tuan Draven menjentikkan jarinya dan semua orang yang melihat kejadian itu seperti bingung kenapa mereka berkumpul di sana.
Lalu Tuan Draven berkata, “Maaf, Chloe. Aku tidak bisa berbuat apa-apa.”
Tangisanku semakin pecah saat kulihat Tuan Dimitri menuju kamar baruku, dia mendorongku masuk dan aku langsung lari ke ujung ruangan. Tidak ada yang dapat melindungiku dari vampir kejam ini.
“Jangan mendekat!!” ancamku saat Tuan Dimitri melangkah maju.
“Kenapa kamu sangat susah diatur? Kamu mau apa dariku? Aku akan memberikannya. Kamu mau harta dan hidup nyaman? Aku sudah memikirkan semuanya, Chloe.”
“Rumah besar beserta pelayan sudah kusediakan untukmu, kamu tidak perlu khawatir uang dan makanan akan tersedia sepanjang hidupmu. Aku hanya minta satu hal darimu, dan kamu tidak bisa mengabulkannya?” lanjutnya lagi.
Aku menggelengkan kepalaku dan terisak, “Aku baru saja kehilangan seorang anak! Dan kamu dengan gampangnya mau membuat anak lagi? Kamu kira aku mesin produksi? Kamu kira aku tidak sakit hati saat kulihat darah itu mengalir keluar dari tubuhku sendiri?”
Aku tidak sanggup! Kalau aku hamil lagi, aku akan membunuhnya lagi. Aku tidak mau, ya Tuhan! Aku sudah sangat berdosa.
“Hatiku hancur, Dimitri!! Aku tidak mau hamil lagi, seumur hidup aku tidak mau punya anak lagi!” jeritku dan jatuh terduduk di lantai dengan wajah terbenam di kedua tanganku.
Entah berapa lama aku duduk di sana sambil menumpahkan semua air mataku, aku menangisi anakku, semua dosaku yang tidak dapat diampuni.
Tuan Dimitri memelukku, mendorong kepalaku dalam dada bidangnya dan aku menangis lagi. Dia membelai kepalaku dengan lembut, membuatku membenci diriku sendiri karena aku merasa tenang berada di dalam pelukannya.
“Maaf, Chloe… Seharusnya aku tidak menyalahkanmu… Mungkin kamu banyak pikiran karena ini semua terjadi begitu cepat dan akhirnya membuatmu keguguran. Ini salahku, maafkan aku, darling.”
Kami berdua duduk di lantai, hanyut dalam kesedihan. Aku bisa merasakan dirinya yang tersakiti sama sepertiku. Tuan Dimitri benar-benar menginginkan anak ini.
Dia mengangkat daguku lalu mencium bibirku lembut, aku tidak membalasnya dan membiarkannya melakukan itu. Tangannya membuka kancing bajuku dan aku memberontak.
“Ssshh.. Aku hanya rindu kamu, Chloe. Aku hanya ingin menyentuh tubuhmu.”
Tuan Dimitri menggendongku ke atas kasur, perlahan dia melepas semua pakaianku dan membelai kulitku.
“Aku membayangkan anak kita memiliki rambut dan mata coklat hazel seperti ibunya, mungkin dia akan mewarisi hidung mancung dan bibirku, sehingga dia memiliki wajah kita berdua. Bagaimana denganmu, Chloe?”
Aku memejamkan mataku, “Aku tidak mau punya anak.”
Tuan Dimitri selesai melepas pakaiannya dan bergabung denganku di atas kasur, dia memeluk tubuhku dari belakang sehingga punggungku berada di dadanya.
“Itu karena kamu sedang berduka, Chloe…” tangannya melingkar di tanda lahir bunga mawar yang berada di punggungku, lalu turun membelai bo*kongku, dan menyelinap masuk lebih bawah.
Satu jarinya berputar pada area yang sudah menjadi canduku, yang bisa membuatku terbuai dalam eks*tasi lalu menjatuhkanku begitu keras pada kenyataan.
Aku menarik tangannya, hendak menjauhkannya dari sana, “Dimitri… Stop.”
“Chloe, ini akan membuatmu tenang… Setelah ini kamu bisa tidur nyenyak,” dia terus menekan titik kelemahanku, mencium tengkuk leherku dari belakang dan satu tangannya telah ditangkupkan ke atas buah dadaku.
Aku tidak berdaya ketika gelombang panas itu menggetarkan seluruh badanku dan aku menjerit lirih saat aku mencapai puncak kenikmatan. Tuan Dimitri terus memelukku dari belakang, menemani setiap detik kehancuranku.
“Kita akan memiliki anak lagi, tidak peduli seberapa banyak kamu keguguran, kita bisa membuatnya lagi.”
Aku masih terengah dan tidak bisa berpikir apa pun ketika Tuan Dimitri memasukkan dirinya dari belakang dan dalam sekali hunjaman, dia memenuhiku.
Aku membuka mataku lebar dan memberontak, tapi badanku dipeluk dengan begitu erat olehnya. Satu pahaku di angkat ke atas dan dia mulai melakukan gerakan masuk dan keluar dengan cepat.
“Kamu masih sangat sempit, babu kecil.”
“Jangan, Dimitri… Ahh, berhenti…”
Lagi-lagi aku tertipu oleh kelembutan palsunya, aku pikir saat dia mendekapku begitu erat, kita terhubung satu sama lain. Aku pikir dia mengerti akan penderitaanku.
Tapi vampir berusia 999 tahun ini sudah mati rasa! Ya, seorang vampir tidak akan bisa merasakan sakit dan derita manusia biasa.
Dia memacu temponya lebih cepat dan aku tau kalau dia akan akan memuntahkan benihnya ke dalam rahimku.
“Dimitri, please di luar saja… Jangan di dalam, please… Aku nggak mau hamil…”
Tapi permohonanku tidak diindahkan, sambil meremas buah dadaku, dia mengerang dan mengisi penuh rahimku dengan benih vampir.
Untuk kesekian kalinya, hatiku hancur saat Tuan Dimitri mengelus perutku.
“Anak ini pasti akan lahir dengan selamat, Chloe… Tidak perlu sedih, kamu tidak akan keguguran lagi. Aku akan menjagamu selamanya, Chloe.”
Satu air mataku menetes, aku berjanji pada diriku sendiri, ini akan menjadi air mata terakhir yang kuteteskan.
...----------------...
...Thank you semuanya yang uda setia support...
... ♚ Mainan Tuan Dimitri ♚...
...Like, Vote, Favorit & Comment kalian sangat berarti 🤗🥺...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Levi Ackerman
thor dada gua nyut-nyutan gegara lu.
..! tanggung jawab lu Thor😭
2022-07-25
1
💮Aroe🌸
tanpa kuret ato apa...
2022-04-25
1
Mrs. Utomo
Baru tau, klo habis keguguran masih bisa digarap lagi hahahahha. Yaahhh namanya juga fiksi vampir.
2022-03-02
0