Aku mendongakkan wajahku pada matahari terik dan menyeka bulir keringat yang jatuh dengan lengan bajuku. Lalu lanjut memetik tanaman herbal untuk keperluan dapur dari kebun belakang.
“Semua gara-gara kamu Chloe. Aku harus ikut berdiri disini mengawasimu.” gerutu Tuan Denis.
Aku hanya bisa memberinya senyuman kecut. Ini adalah hukuman Tuan Dimitri untuk kepala pelayannya karena telah merekrutku sebagai pelayan di kastil ini. Tuan Denis harus mengawasiku setiap saat, bahkan saat aku ke toilet, Tuan Denis akan berdiri di pintu depan.
“Kalau saja bukan karena setiap pelayan baru yang datang kesini tidak betah dan keluar, mungkin aku tidak akan memilihmu.”
Aku menatapnya dengan bingung.
Tuan Denis berkata, “Yah entah mengapa selama 25 tahun saya bekerja disini, pelayan tidak ada yang pernah betah selama lebih dari 1 bulan. Hanya koki dan asisten koki yang bertahan disini, itu pun mereka laki-laki. Mungkin aku harus berhenti merekrut pelayan perempuan.”
Aku bisa menerka jawaban dari misteri itu setelah apa yang terjadi padaku semalam. Ya karena Tuan Dimitri itu vampir. Dia hanya menghisap darah wanita.
Keranjangku sudah terisi penuh dan aku bangkit. Kami berjalan kembali ke kastil dari pintu belakang, langsung masuk ke dapur. Disana sudah ada koki utama dan asistennya yang mempersiapkan makanan.
Aku jadi berpikir apakah vampir juga makan makanan manusia?
Asisten koki, Ulrich, memberiku senyuman saat aku menyodorkan keranjang di tanganku.
‘Maaf, aku tidak bisa membantumu memetik karena harus ke pasar. Lain kali aku saja yang melakukannya. Lihat kamu sampai berkeringat begitu.’
Ulrich bisa menggunakan bahasa isyarat karena adiknya tuna rungu. Aku sangat gembira saat pertama masuk kerja karena sangat jarang sekali ada orang lain yang bisa bahasa isyarat.
Pria itu menyodorkan sapu tangan kecil dan aku tersipu malu menerimanya.
‘Tidak apa-apa, Ulrich. Aku hanya panas karena mendengar ceramah Tuan Denis.’
Ulrich tertawa lebar.
‘Sumpel saja telingamu dengan kapas.’
‘Ya terima kasih sarannya, Ulrich. Besok aku bukan hanya bisu, tapi tuli juga.’
Aku memutar bola mataku dan disambut dengan gelak tawa Ulrich. Dia pria yang menyenangkan, satu-satunya pekerja disini yang menyambutku ramah.
Tuan Dimitri juga memiliki seorang pelayan yang berbagi pekerjaan denganku, namanya Gladys. Tapi Gladys tidak suka padaku karena aku bisu dan dia semakin iri saat Tuan Denis menyukai caraku bekerja.
Gladys masuk ke dapur dan langsung tersenyum manis kepada Ulrich.
“Ulrich, apakah kamu mau membantuku pegang tangga? Aku harus membersihkan lampu gantung dan aku takut jatuh.” Gladys memanyunkan bibirnya.
“Ehmm.. Aku masih banyak kerjaan di dapur, Gladys. Bagaimana kalau setelah makan siang?” tawar Ulrich, ia lanjut memotong bawang bombay.
“Tidak bisa sekarang ya? Karna Tuan Denis maunya sekarang.” kata Gladys kecewa.
Aku menunjuk diriku sendiri sebagai isyarat aku siap membantu Gladys, tapi Gladys tidak acuh.
“Chloe bilang dia mau bantu kamu, Gladys.” Ulrich menangkap maksudku.
Pada akhirnya aku yang membantu Gladys membersihkan lampu gantung di ruang kerja Tuan Dimitri.
“Huh! Kamu tidak bisa liat aku senang sedikit aja ya, Chloe? Aku kan maunya ditemani Ulrich. Bukan kamu! Nih, sekarang kamu yang panjat tangga ini dan bersihkan debu di lampu gantung itu sampai mengkilap.”
Aku menelan ludah melihat tangga kayu yang menjulang tinggi itu. Rumahku tidak setinggi ini, jadi aku sedikit takut saat menaikinya. Gladys hanya memegang tangga dengan satu tangannya. Seperti ogah membantuku.
Akhirnya aku bisa sampai diatas dengan selamat dan membersihkan debu yang telah menumpuk disana. Aku telah menutup mulutku dengan kain, tapi mataku kelilipan. Aku merasa tangganya sedikit berguncang, saat aku melihat ke bawah, Gladys telah pergi.
Gila! Kemana dia?
Aku mengambil satu langkah turun saat tangga itu bergoyang dan hampir jatuh. Refleks aku memegang lampu gantung agar aku tidak ikut jatuh dengan tangga.
GUBRAKK!
Dentuman suara jatuhnya keras sekali sampai tangga itu terbelah menjadi dua. Tuan Denis datang dan menjerit.
“Ya ampun, Chloe! Gladysss!! Cepat kesini.”
Gladys tergopoh-gopoh datang dengan wajah panik. “Ada apa, Tuan Denis? Ya ampun Chloe! Kan sudah kubilang jangan naik dulu.. Tunggu aku selesai menjemur pakaian baru aku membantumu memegang tangga itu..”
Aku membelalakkan mata tak percaya. Gladys telah berbohong pada Tuan Denis. Dia yang sengaja meninggalkanku. Tapi aku tidak bisa membantah.
“P-panggil Ulrich cepat!” titah Tuan Denis.
“Tapi Ulrich lagi sibuk masak, tuan.”
“Masak atau nyawa orang lebih berharga? Cepat panggil dia!!” Tuan Denis kehilangan kesabaran.
Tanganku sudah mulai kehilangan kekuatan, kalau aku jatuh, cedera paling ringan adalah patah kaki. Kalau parah, aku bisa geger otak dan meninggal.
“Aduh. Kenapa tangga ini sampai terbelah dua juga? Tahan ya Chloe! Sebentar lagi bantuan datang.” seru Tuan Denis dari bawah.
Aku benar-benar tidak tahan lagi ketika Ulrich datang.
“Chloe! Lompat saja aku akan menangkapmu. Jangan takut..” perintahnya.
Aku ingin percaya pada Ulrich, hanya dia pria muda dengan badan yang tegap dan tinggi di kastil ini yang bisa menangkapku. Ada satu lagi sih, tapi mungkin dia sedang tidur.
Vampir kan memang tidurnya setelah matahari terbit.
Seharusnya aku membunuhnya di siang hari tapi aku tidak menyangka Tuan Dimitri adalah seorang vampir.
Aku terus bertahan disana, sampai tangan kiriku sudah lepas karena lemas. Tangan kananku pun menyusul kemudian. Aku memejamkan mata dan terjatuh.
Jika aku mati maka aku akan bertemu mama.
Tapi Ulrich benar-benar bisa menangkapku. Aku langsung melingkarkan lenganku ke lehernya tanpa membuka mata. Tapi aroma tubuh dan dinginnya kulit itu membuatku terlonjak.
Tuan Dimitri!
“Babu kecil, kamu seperti monyet saja bergelantungan disana.”
Aku buru-buru melepaskan pelukanku. Dengan terheran-heran aku bertanya ke Ulrich.
‘Aku pikir kamu yang menangkapku, Ulrich. Kenapa Tuan Dimitri bisa ada disini?’
Ulrich membalas, ‘Syukur saja ada Tuan Dimitri, aku hampir tidak dapat menangkapmu tapi tiba-tiba Tuan Dimitri sudah ada disini.’
“Apa yang kalian bicarakan?” gerutu Tuan Dimitri tidak senang.
“Maaf Tuan, Chloe bilang dia berpikir aku yang menyelamatkannya, dan aku bilang untung saja Tuan Dimitri datang tepat waktu.”
Tuan Dimitri menatapku sinis dan aku buru-buru mengucapkan terima kasih dan membungkuk. Tanpa sepatah kata, Tuan Dimitri keluar dari ruangan.
“Hayoo Chloeee.. Sepertinya Tuan Dimitri marah besar tuh seorang pelayan sepertimu memeluk dirinya.” ucap Gladys dengan nada semanis mungkin karena ada Ulrich dan Tuan Denis disana.
Aku menatap Gladys penuh amarah.
Ulrich bertanya, ‘Sebenarnya apa yang terjadi? Aku tidak percaya pada perkataan Gladys. Dia sengaja membuatmu jatuh?’
Aku tidak tega mengatakan yang sebenarnya karena Ulrich pasti akan membenci Gladys.
‘Tidak Ulrich.. Ini salahku. Maaf ya uda membuat kalian semua khawatir.’
“Ya sudah, bubar semuanya kembali pada kerjaan masing-masing. Chloe kamu dapat istirahat sebentar hari ini. Besok baru kamu lanjut pekerjaanmu. Tapi kamu tidak boleh keluar dari kamar sampai besok pagi, mengerti?” titah Tuan Denis.
Aku memijat tanganku yang pegal dan sakit. Gladys tersenyum senang melihat penderitaanku dan keluar mengikuti Tuan Denis.
Ulrich masih disana dan tersenyum sedih, “Sabar ya, Chloe. Aku tau kamu tidak mau mempermalukan Gladys. Kamu gadis yang baik.”
Kalau tidak ada orang lain di ruangan yang sama, Ulrich akan berbicara secara normal, dia tidak memakai bahasa isyarat. Aku cuma mengangguk lemah.
“Ehmm.. See you, Chloe. Istirahat ya..”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Mommy Aldito
aku tunggu2 novel kakak selanjutnya tapi lama banget gak muncul2 akhirnya aku baca lagi novel yg ini. novel ini aku baca pertama kali setelah aku kenalan sama NT jadi awal baca gak pernah ninggalin komen, dan sekarang aku baca yg ketiga kalinya karena suka ceritanya bagus trus tulisannya juga rapi. Pokoknya TOP BGT ☺
2022-06-25
4
💮Aroe🌸
gk salah baca lagi akuuuu😆😆😆
2022-04-24
0
dina firara
vampir ? jadi inget sinetron sctv 'GGS' 😁😂 .Yang bisa melesat² 😀😀😁😆
2022-01-01
0