Bab Empat

Oliva menuruti perintah sang suaminya. Walaupun hatinya masih kesal melihat tingkah ceroboh lelaki itu, tanpa bisa dipungkiri terbesit rasa khawatir melihat Vino kesakitan.

“Bentar, aku ambilkin minyak gosok dulu.” Olivia beranjak dari ranjang tanpa menunggu jawaban dari Vino.

Begitu kembali duduk di samping Vino, Olivia tidak ingin membuang-buang waktu lagi. Ia langsung menuangkan minyak gosok pijat urut yang telah menjadi minyak turun temurun di keluarganya itu, jika ada yang mengaami pegal-pegal atau sakit seperti yang dialami suaminya.

Tangan Olivia bergerak naik turun di pinggang Vino dengan gerakan pelan penuh kelembutan. Sebaik mungkin ia berusaha agar suaminya itu terasa nyaman dan hilanglah rasa sakitnya dalam sekejap.

“Gagal total malam pertama ini,” gumam Vino lirih. Namun, masih bisa terdengar jelas di telinga Olivia.

“Gagal gimana maksudnya, Kak?” tanya wanita berusia dua puluh dua tahun itu polos.

“Aargh!” Jeritan Vino teredam oleh bantal yang menutupi wajahnya. Bukan tidak sengaja ia melakukan itu. Vino hanya tidak ingin pintu kamar mereka tiba-tiba digedor lagi, bukan hanya oleh ibu mertuanya tetapi oleh seluruh penghuni yang mash tersisa jika mendengar jeritan lantangnya memekakkan telinga.

Sebenarnya, Olivia itu benar-benar polos atau pura-pura bodoh. Vino bingung menerjemahkan pertanyaan wanita itu.

Vino bergeming. Tidak berniat menjawab pertanyaan konyol Olivia tersebut. Ia lebih memilih untuk memejamkan matanya, berharap kantuk itu segera datang menyerang agar dirinya bisa tidur dengan lelap. Tidak masalah jika hanya tidur tiga jaman saja sebelum pagi benar-benar datang.

“Kak.” Olivia menepuk pundak Vino. “Kak.” Lagi, tepukannya itu berubah lebih keras dari sebelumnya.

“Apa, sih, Oliv,” geram Vino. Ia menoleh berusaha menatap wajah Olivia, tetapi tidak berhasil.

“Gagal gimana maksudnya? Emang Kakak tadi enggak tidur?” tanya Olivia beruntun. Tangannya telah berpindah ke pinggang Vino untuk melanjutkan pekerjaannya.

“Belum. Aku belum tidur. Puas?” ketus Vino.

“Kenapa enggak tidur? Aku aja langsung tidur, kok. Capek banget soalnya. Padahal yang diundang sama ayah Cuma sedikit, tapi yang datang banyak banget,” cerocos Olivia tanpa peduli bagaimana reaksi Vino mendengar penuturannya tersebut.

“Emangnya kalau malam pertama harus ngapain, sih? Aku enggak bisa tidur, eh, kamu malah enak-enakan ngorok.” Vini bergerak, mengubah posisi tidurnya menjadi miring. Satu tangannya menyanggah kepala.

Vino akui elusan lembut yang diberikan Olivia kepadanya sangat berefek baik. Bisa jadi karena kekuatan minyak gosok pijak urut yang diberikan, atau memang murni dari kelembutan Oliva membuat rasa sakit di pinggang berangsur menghilang.

Tangan Vino terulur mengelus pipi Olivia yang tampak indah dengan semburatnya. Wanita itu tersenyum simpul lalu menunduk malu-malu. Desiran itu pun kembali datang menambah keromantisan pada moment malam itu.

“Kamu cantik kalau malu-malu begini. Aku suka.” Vino berujar lirih. Ibu jarinya bergerak merasakan kelembutan di pipi Olivia.

“Gombal, ih.” Olivia membalas ungkapan Vino dengan ekspresi ngambeknya. Khas remaja ABG yang sedang dimabuk kepalang.

Mau tapi malu mendapatkan serangan gombalan dari kekasih. Tanpa sadar, tangan Olivia terulur mencubit gemas pinggang Vino.

Serta merta, lelaki itu menjerit kesakitan karena cubitan Olivia pas mengenai posisi yang sakit di pinggangnya.

Olivia kelabakan, ia bingung harus melakukan apa. Lantas, menepuk-nepuk pinggang lelaki itu. Bukannya hilang rasa sakitnya malah semakin menjadi-jadi.

“Maaf, Kak. Maaf. Sakit banget, ya?”

“Padahal tadi udah mulai hilang sakitnya, Oliv. Kenapa kamu pukulin, sih,” gerutu Vino seraya menahan tangan Olivia yang membabi buta di pinggangnya.

“Iya. Aku ... aku enggak sengaja.” Mata Olivia berkaca-kaca. Rasa bersalahnya membumbung tinggi, tidak menyangka jika efek pukulan pelannya bisa sampai begini. Padahal, ia hanya menepuk pelan tadi.

“Sudah-sudah. Awasin tangan kamu. Jangan deket-deket aku.” Gerutuan Vino sontak saja membuat bendungan air mata Olivia ambrol begitu saja.

Tidak bisa ditahan, Olivia kini menangis sesunggukan. Vino pun menyesal dengan ucapannya tadi.

Lelaki itu berusaha duduk dengan melatakkan beberapa bantal di di belakang punggungnya untuk sandaran, agar bisa menopang beratnya badan.

“Maaf ... maaf. Udah jangan nangis lagi.” Vino berujar lirih, tangannya menarik Olivia agar dapat dipeluk dengan leluasa.

Seperti dugannya dan menjadi hal yang paling ditakutkan. Suara panggilan diiringi gedoran di pintu membuatnya mendengkus kesa.

Vino membekap mulut Olivia agar wanita itu tidak menyahut panggilan di luar. Vino memprediksi jika di depan kamar itu telah berdiri lebih dari tiga orang. Atau jangan-jangan, semua penghuninya malah menghambur keluar kamar saat mendengar jeritannya tadi.

“Diam. Biarkan saja mereka berisik di luar sana.” Vino berbisik tepat di telinga Olivia yang langsung dibalas anggukan.

“Masak malam pertamanya serem bener, ya. Perasaan kita dulu enggak sampai segitunya, deh, Ma.” Olivia menebak jika itu adalah suara kakak iparnya yang sulung.

“Iya, Mas. Kami juga enggak sampai jerit-jerit begitu.” Gito kakak ipar kedua Olivia terdengar menimpali.

“Sudah-sudah. Bubar. Namanya juga anak muda jaman sekarang. Kembali ke kamar masing-masing.” Olivia dan Vino beranapas lega begitu mendengar suara Amri sang ayah memberi perintah.

Tidak menunggu lama, suara derap langkah menjauhi kamar pengantin pun terdengar. Seketika suasana menjadi hening.

Olivia dan Vino saling berpandangan salah tingkah. Wanita itu semakin canggung saat menyadari apa yang dimaksud malam pertama mereka gagal tadi. Terebih, ketika teringat akan pertanyaan bodoh yang meluncur tanpa terkendali dari mulutnya tadi.

Vino mencoba peruntungan. Ia mendekatkan wajah kepada Olivia. Saat hembusan hangat telah dirasakan menerpa wajah, saat itu pula harus berhenti karena mendengar panggilan dari luar.

“Olivia. Beneran enggak ada apa-apa, ‘kan?” tanya Aminah khawatir. Rupanya wanita itu kembali ke kamar anaknya karena mendapatkan firasat yang tidak enak.

“I-iya, Bund.” Sahutan Olivia tidak mendapatkan balasan dari Aminah.

Bundanya itu telah benar-benar melangkah pergi dari kamarnya karena ditarik oleh Amri –suaminya.

“Kenapa malah mengganggu, toh, Bund?” tanya Amri setelah mereka masuk ke dalam kamar.

“Aku merasa kalau apa yang terjadi di dalam kamar sana itu bukan adegan malam pertama, Yah,” sahut Aminah gusar.

“Lha, terus karena apa kalau bukan karena adegan sensor?” tanya Amri menuntut seraya berbaring telentang di atas ranjang. Lantas, menepuk-nepuk sisi kosong di sebelah kirinya. “Sini, baring lagi.”

Aminah menurut. Sepasang pengantin lawas itu berbaring dengan pikiran menerawang ke kejadian yang bebera menit lalu di kamar anaknya.

“Itu si Vino yang menjerit. Harusnya, ‘kan, Olivia yang kesakitan. Masak Vino, sih. Aneh.” Aminah menarik selimut untuk menutupi badan, tangannya mencari-cari remot AC di atas nakas untuk menaikkan suhu pendingin ruangan. Udara menjelang Subuh benar-benar dingin.

“Lha, bener juga. Vino kesakitan apanya ya? Masak lanang enggak kuat begitu, sih.” Amri terkekeh membayangkan betapa kuat putrinya itu.

“Hush.” Aminah memukul lengan Amri dengan pelan. “Mungkin Vino jatuh dari ranjang atau kepleset, Yah. Bukan adegan malam pertama seperti yang kita bayangkan.”

Seketika Amri menyemburkan tawa. “Ranjang di kamar Olivia itu luas, cukup untuk tidur sampai empat orang. Masak dipakai dua orang saja bisa sampai jatuh begitu. Aneh-aneh saja.”

“Ya enggak tahu. Kita tanyakan besok saja pas sarapan,” putus Aminah kemudian berbaring miring memunggungi suaminya.

Mereka tidak tahu bahwa pengantin baru yang dibicarakan telah tertidur lelap. Vino pasrah, tubuhnya benar-benar lelah dan memilih untuk beristirahat saja. Beruntunglah akhirnya kantuk itu segera datang setelah semalaman ia tidak bisa tidur barang sejenak.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!