Saat sampai di toilet perempuan, Nadia pikir hanya mereka berdua yang ada du toilet ternyata dia salah. Banyak sekali anak-anak kelas lain perempuan yang pastinya sedang ngaca, make up, ganti baju... mungkin tadi pelajaran olahraga.
"Gila, gue pikir kita berdua di sini, taunya banyak juga yah cewek-cewek lain, " ucap Nadia baru masuk.
"Biasalah, " sahut Syaila.
Syaila seperti sudah terbiasa dengan keadaan di toilet. Atau mungkin mereka semua yang ada di sini bisa di bilang langganan toilet, apa lagi buat yang lagi make up. Berasa mau ke kondangan pake ada acara make up segala.
"Udah sana lu cuci muka sana, gue mau ke air dulu bentaran, "
"Emang lu mau apa?"
"Ber*k, yah pipis lah neng, makanya gue ajak lu sekalian, " sahut Syaila.
"Oh, oke, " sahut Nadia ngeh.
Nadia kemudian cuci muka dengan air di wastafel. Setelah selesai membersihkan diri, dia tak langsung mengetuk pintu toilet yang berisi Syaila. Dia hanya melihat dirinya di pantulan cermin yang sangat bersih.
"Eh, menurut lu.. Rafael bakal ngelirik gue gak sih?"
"Yah pastilah masa engga, lu kan cecan di sekolah ini.. Masa iya sang ketos yang sangat keren, tampan, jago main basket, futsal, voli gak ngelirik lu sih... gak mungkin, "
"Iya juga yah, tapi gue mulai gak percaya diri sumpah, "
"Lho, kenapa?"
"Lu tau kan Nadia?"
"Maksud lu Nadia IPA 1 itu?"
"Iya, Nadia Alfarizky, dia kan cantik pinter, ahli dalam segala hal, terus anak dari keluarga orang kaya, terus kalo gak salah denger, Rafael sama dia itu udah temenan dari tk, "
Awalnya Nadia tak peduli dengan omongan Rafael tapi ini menyangkut harga diri, kenapa tiba-tiba malah nyambung ke dirinya. Dan gadis-gadis yang sedang membicarakan nya itu tak sadar kalo ada Nadia di samping mereka.
Nego lu jadi orang, gue sama Rafael udah temenan sebelum tk eceui, - batin Nadia.
"Iya juga sih,, "
"Sumpah.. Gue sakit hati banget... Hu hu hu hu, "
Ya gue bodoamat, lu mau sakit hati kek, sakit jantung, patah tulang pun gue bodoamat, bukan urusan gue, - batin Nadia.
"Hemm, eh, udah waktunya jam pelajaran olahraga ayoo cepetan nanti di marahin pula sama pak Dadang, "
"Lah iya, ayo ayoo, "
Dasarr manusia gak ada akhlak, - batin Nadia.
Kedua gadis itu pergi dari toilet tanpa memperhatikan Nadia yang barusan mereka bicarakan. Tak lama kemudian, Syaila keluar sambil memegangi perutnya.
"Aahh, lemess guee... eh, lu kenapa?" tanya Syaila menghampiri Nadia yang masih berdiam diri di depan kaca.
"Enggak, " jawab Nadia.
"Oh oke, kalo lu ada masalah silahkan saja cerita, gue siap kok jadi pendengar lu, "
"Iya, thanks sya, " sahut Nadia.
Kini giliran Syaila untuk berkaca, dia membawa lipstik berwarna pink. Saat Syaila sedang berdandan, Nadia mulai berbicara.
"Sya, menurut lu.. apa gue pantas yah nikah muda?" tanya Nadia.
"Kenapa lu tiba-tiba nanya kayak gitu?" tanya Syaila mengerutkan keningnya.
"Gak papa, gue cuma pengen tau aja, "
Merasa ada yang aneh dengan pertanyaan Nadia, Syaila menghentikan dandan nya dan melihat Nadia. "Lu punya masalah apa sih nad? kita kan udah temenan dari kecil, masa lu tega sih sama gue, cerita aja laahh, " bujuk Syaila.
"Sebenarnya.... "
Nadia mengeluarkan surat dari saku rok nya dan memberikan itu kepada Syaila. Tanpa basa basi lagi, Syaila segera mengambil surat itu dan membacanya.
"Maksud dari tamu spesial apa? apa mungkin lu mau di jodohin?" tanya Syaila.
"Nah itu pertanyaan... menurut lu siapa cowok yang cocok buat gue? ini sih menurut lu aja yah, "
"Kalau menurut filing gue sih... Rafael, "
"Alaahh sama aja lu kayak yang lain.. " sahut Nadia menepak kening Syaila pelan.
"Aduh eneng, santai lahh, ini sih filing siapa tau bukan yekan, "
"Iya filing filing... tapi gimana kalo jadi kenyataan neng?"
"Yah alhamdulillah lah, "
"Nj*rrr lu ahh, sama aja kek yang lain, percuma gue cerita ini semua ke elu, "
"Eh, ini masih filing gue nad masih filing, siapa tau bukan kan, atau mungkin di maksud tamu spesial itu nenek lu kek atau tante lu atau om lu yekan.. bisa juga ponakan lu atau siapa gitu, "
"Mana mungkin, semua keluarga bokap sama nyokap gue semua nya tinggal di jakarta, "
Seketika Syaila berpikir. "Lah iya iya, aahh atau mungkin tante lu Betly mau kenalin calon suami nya kale, kan di keluar lu yang belum nikah cuma tante lu doang, "
"Hem, bisa jadii, "
.
.
.
Sampai di kanti.
Syaila dan Nadia segera menghampiri Naila dkk yang sedang ngobrol-ngobrol di sana, mereka semua belum pesan satu makanan atau minuman. Benar-benar teman yang solid T-T (nangis, terhura)
"Yoo, lama sekali keliaann.. kasian tuh Fauzi udah kelaperan gitu, " sahut Naila.
"Tuh orang ini nih yang lama, " sahut Nadia menunjuk ke Syaila yang hampir duduk di samping Diana.
"Lah emang kenapa dia?" tanya Diana.
"Katanya dia mau buang air kecil, tau nya buang air besarr, "
"Astagfirullah, " sahut Naila.
"Lu nipu temen aja bisa apa lagi nipu cowok, " sahut Diana.
"Ahahaha, tau aja lu, " sahut Syaila tertawa.
Saat Nadia akan duduk dia melihat ada Rafael di samping Fauzan mereka sedang mengobrol.
"Eh, ada rel kereta api... " ucap Nadia ke Rafael.
Rafael dan Fauzan segera menengok ke arah Nadia yang barusan memanggil nama nya.
Astagfirullah, gue punya salah apa sih sama tuh cewek? aneh, gue setiap hari teruuss aja gangguin sama tuh orang, - batin Rafael.
"Eh, orang nyapa tuh di jawab, " sahut Nadia.
"Iya apa?" tanya Rafael.
"Eh eh, muka lu kayak yang gak sudi gitu nyapa nyaa... yang ikhlas napa sih, "
"Iya neng ini juga udah ikhlas, lu nya aja yang... "
"Apa? Apa? Yang apa? Yang cantik?"
"Serahh lah, "
"Udah udah udah... kalian mau pesen apa? biar gue sama Diana yang pergi, " tanya Cindy.
"Ayooo sebutkan semua makanan yang mau kalian makan hari ini di kantin, soal bayar.... " sahut Diana.
"Lu yang traktir?" potong Fauzi.
"Horeeeee, " teriak Fauzan dan Fauzi, mereka ini memang minus akhlak ya.
"Heh, orang belum selesai ngomong udah berani main sela-sela aja lu, " sahut Diana.
"Bayar apa nih?" tanya Naila.
"Soal bayar minum.. gue yang traktir... "
"Kenapa gak sekalian aja sih sama makanan nya? tanggung, " tanya Fauzan.
"Eh, enak aja lu, bayar sendiri, utang aja lu belum di bayar, " sahut Cindy.
"Mm, adek gue ngikut campur muluu, " gumam Fauzan.
"Biarin.. bweee, " ejek Cindy.
"Baso, campurrr duaa, " jawab Nadia.
"Oke, eh bentar.. dua? sama siapa?" tanya Diana.
"Gue sama Rafael, " jawab Nadia.
Rafael yang tengah bermain ponsel itu sedikit melirik ke arah Nadia dan tersenyum tipis setipis tipis nya.
"Oh Oke, yang lain nya apa?" tanya Cindy.
"Gue siomay campur 10 ribu, satu aja gak udah dua, cukup yang setia tak perlu yang goodloking, " sahut Fauzi.
"Buaya memang bedaa, padahal setiap kali dia pacaran dia selalu aja ngedua, " sahut Naila.
"Heh.. ssstt... " sahut Fauzi ke Naila untuk tutup mulut.
"Ahaha, ok Oke, " sahut Naila tertawa.
"Yang lain?"
Setelah selesai menyebutkan makanan yang mereka pesan. Diana dan Cindy pun pergi untuk memesankan makanan teman-teman nya itu.
Sambil menunggu dua teman nya mengantar makanan. Di meja makan Nadia dkk sangat ricuh, bar-bar, gak bisa di atur, di luar kendali. Yang satu main hape tenang, berasa hidup sendiri, siapa lagi kalo bukan... Rafael! Si kembar minus akhlak sedang memperebutkan botol kecap dan saus. Nadia, Naila dan Syaila sedang tiktok-an tanpa mempedulikan kepada sekitar.
Dua kembar itu selesai berkelahi botol kecap dan saus, kini mereka beralih ke perabotan yang lain... yaitu garpu dan sendok.
Tak sampai 4 menit, Cindy dan Diana pergi, meja Nadia dkk tempati itu sudah terguling sampai kursi-kursi nya pun ikut terjungkal ke belakang. Yang duduk di samping Fauzan hanya diam menikmati musik di telinga. Tiga cewek tak bertanggung jawab itu hanya tiktok-an sampai mampusss.
"Astagfirullah, lama-lama gue pindah nih ye ke sekolah lain, " gumam Diana.
"Gue punya kakak sama adek emang gak bisa andelin banget, " gumam Cindy penuh kesabaran. Kalau gak sabar mungkin tuh dua anak udah mati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments