Seorang gadis nampak sedang berkutat di depan jejeran beragam buku yang tertata rapi di rak rak yang tersedia. matanya fokus membaca tiap judul dari buku yang ada di hadapannya.
Namun kefokusannya terasa terusik saat ada suara terdengar sedang menyapanya. Dia melirikan matanya ke kanan dan ke kiri agar dia tak salahh paham kalau dia yang disapanya. Tapi sebelah kanan kirinya kosong membuatnya semakin yakin kalau suara yang berada di belakangnya sedang menyapanya. Dengan menghela nafas terlebih dahulu, dia pun langsung menoleh. Maatanya seketika terbelalak saat dia melihat wajah si penyapa.
"Kamu.?"
"Hai, ketemu lagi."
"Hahaha, iya, ngga nyangka ya.?"
"Iya.."
"Kamu kerja disini.?"
"Iya, kamu lagi ngapain.?"
"Yah seperti yang kamu lihat, lihat lihat buku, kali aja ada yang menarik.."
"Suka baca.?"
"Ya begitulah, kamu lagi santai apa..?"
"Iya nih, lagi santai, berkat ada acara ini.."
"Lah emang kamu kerja dibagian apa sih.?"
"Biasa di kantornya.."
"Oh gitu.."
"Gimana kalo kita nyari tempat buat ngobrol.?"
"Loh kamu kan lagi kerja.? ntar kamu ketahuan bos loh.."
"Aku lan tadi bilang, lagi santai, jadi ngga bakalan di marahi, lagian semua juga santai kok."
"Hmmm baik lah.."
Tapi kia kenalan dulu, masa mau ngobrol ngga tahu namanya, apa lagi ini kedua kalinya.."
"Hahha benar juga kamu, okeh, kenalin, Naina.."
"Sinar.." Dan merekapun berjabatan tangan.
"Apa kita sudah bisa jalan nyari tempat.?"
"ayok hahah.."
Dan merekapun beranjak mencari tempat sambil membincangkan berbagai hal.
Sementara di tempat lain, di kediaman Sinar.
"Semoga Sinar mau menerima perjodohan ini ya pah.?"
"Ya harus dong mah, papah akan sangat bahagia jika kita bisa menjadi besan dengan fikar."
"Untungnya papah mau di desak teman papah pergi ke acara reuni SMP, coba kalau ngga mau, mungkin kita masih mencari keberadaannya."
"Iya mah, seenggaknya doa kita terkabul."
"Kita sangat berutang budi sama mereka pah, padahal dulu mereka juga susah, tapi mereka yang justru mau menerima kita. Mamah benar benar kagum sama kebaikan Laras dan Fikar pah.."
"Iya mah, dan aku juga kaget saat dia cerita punya anak gadis, hingga papah nekat aja meminta anaknya untuk di jodohkan sama anak kita."
"Semoga anaknya ngga menolak yah pah.."
"Aamiin, besok mamah bawa apa aja.."
"Ya ngga banyak pah, kan papah tahu Laras ngga suka yang berlebihan.."
"Baiklah, papah serahkan semuanya sama mamah.." Dan sang istri mengangguk.
Di waktu yang sama di tempat usahanya bapak Naina.
"Bapak udah yakin dengan keputusan bapak.?"
"Kenapa zik.? kamu ragu.?"
"Aku sih kalau itu memang yang terbaik buat Naina ya aku setuju aja pak, kasian dia."
"Makanya, mending papah jodohkan, daripada dia takut terus dan menghindar jika bicara soal pernikahan."
"Iya sih pak, tapi pak.? apa mereka dari keluarga baik baik.."
"Iya zik, sudah lama bapak ngga mendengar kabar dia, eh sekalinya ketemu malah bikin rencana begini."
"Syukurlah pak, kalau dari keluarga baik baik mah, aku setuju aja.."
"Yah kita berdoa aja zik, semoga ini yang terbaik untuk adikmu.."
"Iya pak."
Kembali ketempat dimana Naina Dan Sinar berada.
"Tempatnya nyaman yah.?"
"Iya.."
Mereka berdua duduk di sebuah tempat yang mirip cafe, di dekat jendela yang memperlihatkan kota kecil berpadu dengan kokohnya gunung sebagi layar belakangnya.
"Kamu kerja di bagian apa sih.?"
"Di bagian keuangan Nai.."
"Udah lama.?"
"Ya sekitar 6 tahun." Entah kenapa Sinar lebih memilih berbohong.
"Emang sekarang usia mu berapa sih.?"
"Ahhaha keliatan tua yah.?"
"Ya bukan gitu, biar aku enak manggilnya.."
"aku 28.."
"Wah seumuran kakak ku dong.."
"Kamu punya kakak.?"
"Iya, kakak laki laki.."
"berapa sodara sih kamu Nai.."
"Dua doang, dan dia juga udah nikah, eh aku manggil kamu mas aja ya, biar agak sopan hehhe.."
:Hahaha terserah kamu Nai.."
"Kamu sendiri punya sodara berapa mas.?"
"Dua, kakak kembar perempuan.."
wahh kembar.? pasti seru yah.?"
"Ya seru, aku sering diisengin.."
"Hah..!! di isengin gimana.?"
"Ya sering dikerjain aja, merek suka tukar peran."
"Emang bener bener mirip.?"
"Iya, bedanya cuma tahi lalat di bibir.."
"Ahahhaa, mereka udah nikah..?"
"Udah semua.."
"Oh, lah kamu mas, kapan nikah.? hehehe.."
"Haahha ga tahu, jodoh aja belum nampak wujudnya.."
"Ya nyari dong, toh kamu udah kerja ini.."
"Gampanglah Nai, kalo udah saatnya pasti ketemu.."
"ahaaha iya sih.."
"Lagian susah mencari yang benar benar mau nemerima apa adanya kita, dulu aku pernah merasakan hal itu."
"wah ternyata ada hal buruk yang pernah kamu alami.?" Dan Sinar hanya tersenyum.
Dan merekapun meneruskan obrolan dengan berbagai hal yang pernah mereka alami. Kadang suara tawa juga menghiasi obrolan mereka. Mereka baru aja bertemu, tapi yang terlihat mereka seperti Teman lama yang baru ketemu. Dan tak terasa waktu berlalu begitu cepat.
"Saudaramu ngga kesini lagi Nai.?"
"Engga, tadi dia udah ngabarin.."
"Lah terus kamu pulangnya.?"
"Ya sendiri.."
"Emang berani.?"
"Lah ngapain mesti takut.."
"aku antar aja yah.?"
"Duh, ngga usah, kamu kan lagi kerja mas.?"
"Ngga apa apa, toh bentar lagi juga jam pulang, lagiankan hari ini emang bebas.."
"Apa ngga ngrepotin.?"
"ahahhaha engga lah Nai." Dan Nainapun nampak berpikir sejenak.
"Baiklah, kamu yang maksa loh.."
"ahhaha iya iya, eh tapi aku bawa motor, ngga apa apa.?" Entah kenapa kebohongan terlintas lagi di pikiran Sinar.
"haahha yang pentingkan nyampe rumah, apa masalahnya mas.?"
"Takutnya kamu malu apa gimana gitu.."
"Aku aja tadi naik motor pas kesini, ngapain malu.."
"Baik lah, kamu nunggu di bawah deket pintu keluar parkir motor yah.?"
"okeh yok.."
Dan merekapun beranjak menuju ke tempat yang tadi disepakati.
Udara dingin sudah terasa saat kendaraan yang di kemudikan Sinar memasuki area tempat yang ditinggali Naina. Tak sampai 30 menit, mereka telah sampai didepan rumah yang ngga terlalu mewah tapi keliahatan sangat nyaman karena ada pohon mangga dan pohon rambutan yang rindang menghiasi halaman rumah tersebut.
"Dingin banget Nai.."
"Hahaha Disini memang daerah dingin mas, mau mampir dulu..?"
"Ngga lah Nai, lain kali saja, masih ada sesuatu yang harus aku kerjakan."
"Loh tadi ngapain maksa nganterin aku.? Aku jadi ngga enak nih.."
"Bukan masalah kerjaan kok Nai.."
"Oh, kirain kerjaan, bisa dimarahi bos nanti.."
"Bukan kok, ya udah Nai, aku pamit yah.."
Ya silahkan mas, hati hati loh. Laain kali main kesini kalau ada waktu."
"Baiklah, ya udah aku cabut ya, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam.."
Dan senyum Naina mengembang mengiringi kepergian Sinar menembus udara dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Ani Tiara°°☆^☂⃝⃞⃟ᶜᶠ ♡~~
hahahahahaha...mereka belum tahu aja jodoh yg akan dijodohkan ke mereka. mereka malah berjodoh duluan.
2021-11-15
1
Norma Yunita
jejak
2021-11-01
1
🌸 andariya❤️💚
semangat kak 💪
2021-10-31
4