"Maaf kami tidak bisa menyelamatkan Tuan Brata, keadaannya yang semakin menurun menyebabkan detak jantungnya juga ikut melemah" Ucap Dokter tersebut kepada Renatta.
"Tidak dok, tidak mungkin papah pergi meninggalkan aku" Renatta langsung berlari dan masuk keruangan papahnya diikuti Devan dibelakangnya.
"Pah bangun pah, jangan tinggalin Renatta"
Renatta terus mengguncang tubuh papahnya yang sudah terbujur kaku.
Sedangkan Devan berusaha menenangkan Renatta yang masih terus menangis dalam pelukannya
.
.
.
Pemakaman Tuan Brata sudah selesei dilakukan, kini tinggal Renatta, dan Devan yang masih berada di pemakaman, Devan hanya berdiri memandangi Renatta yang masih bersimpuh di makam papahnya.
"Sebentar lagi akan turun hujan lebih baik sekarang kita segera pulang, sebelum hujan benar benar turun" Ucap Devan kepada Renatta yang hanya dibalas anggukan.
"Pah, papah pasti bahagia di sana, udah bisa bertemu mamah, Renatta titip salam buat mamah ya, tolong bilangin ke mamah kalau Renatta kangen, suruh mamah mampir ke mimpi Renatta, dan papah juga harus sering datang ke mimpi Renatta, aku pamit dulu pah, nanti aku pasti akan sering kesini"
Setelah mengatakan hal tersebut di depan makam ayahnya Renatta berjalan menjauh meninggalkan pemakaman di ikuti Devan yang berjalan dibelakangnya.
Suasana di dalam mobil terasa hening, mereka sibuk dengan pikirannya masing masing, beberapa kali Devan melirik Renatta yang masih tampak raut sedih di wajahnya, entah kenapa akhir akhir ini dia mulai sering mengkhawatirkan keadaan Renatta
Sesampainya di rumah, Renatta sudah di tunggu oleh Om Regan yang ingin membicarakan sesuatu kepadanya.
Renatta menuju ruang kerja papahnya, sedangkan Devan lebih memilih masuk ke kamarnya untuk mandi dan membersihkan tubuhnya.
Om Regan menyerahkan sebuah kotak kecil ke arahnya "Ini kalung yang Non Renatta pakai saat bayi, saat pertama kali Tuan Brata menemukan Non Renatta"
Renatta membuka kotak tersebut dan benar didalamnya terdapat sebuah kalung liontin yang didalamnya tertulis inisial huruf S yang Renatta sendiri tidak tahu apa maksud dari huruf S tersebut.
"Saya harap itu bisa menjadi petunjuk untuk Non Renatta jika suatu saat Non ingin tahu siapa orang tua kandung anda"
"Saya rasa, saya tidak terlalu membutuhkan kalung ini, bukankah saya memang sengaja dibuang, lalu untuk apa saya mencari kedua orang tua kandung saya yang jelas jelas tidak menginginkan kelahiran ku" Ucap Renatta menatap kalung tersebut dengan sendu
"Walaupun begitu saya harap Non Renatta mau menyimpannya karena itu memang sengaja Tuan Brata titipkan ke saya agar saya memberikan kepada Non Renatta"
Om Regan menyerahkan sebuah berkas ke Renatta "Ini adalah semua aset yang di miliki Tuan Brata, di sini memang tertulis nama anda yang akan mewarisi semua harta kekayaan Tuan Brata, tetapi bisa jadi warisan ini jatuh ke tangan Nyonya Inggit karena hanya Nyonya Inggit satu satunya keluarga kandung Tuan Brata"
"Tapi seperti yang saya katakan setelah anda menikah dan memiliki anak, maka warisan ini masih bisa anda miliki sepenuhnya jika anda sudah memiliki seorang anak, karena disini juga tertulis bahwa sebagian harta Tuan Brata juga akan jatuh ke cucunya yaitu anak anda"
"Dan besok adalah rapat untuk pemegang saham yang baru yang akan dialihkan ke anda, saya harap besok anda bisa menghadiri rapatnya, kalau begitu saya permisi terlebih dahulu"
Om Regan pergi meninggalkan Renatta di ruang kerja Papahnya sendirian, kini dia harus benar benar fokus untuk mengurus perusahaan papahnya dan melepaskan mimpinya menjadi seorang desainer dan dia tentu saja memerlukan bantuan Devan untuk membantunya mengatasi semua masalah perusahaan papahnya.
.
.
.
Renatta saat ini sudah berada di dalam kamarnya, dia masih termenung memikirkan semua hal yang terjadi kepadanya, dia merasa akhir akhir ini hidupnya dipenuhi dengan kejutan yang tidak terduga, pertama dia dikhianati oleh pacar dan sahabatnya, sekarang dia harus kehilangan papahnya untuk selamanya.
"Tidurlah ini sudah larut malam" Renatta tersentak dari lamunannya saat mendengar suara Devan yang menyuruhnya tidur.
Renatta mengangguk, lalu menyelimuti tubuhnya dan tidur membelakangi Devan yang masih belum bisa tidur dan terus memandangi punggung Renatta dengan berbagai macam pertanyaan yang memenuhi di kepalanya tentang seberapa penting Renatta untuknya saat ini dan lagi lagi Dia berusaha menepis semua hal itu.
.
.
.
Hari ini adalah hari yang cukup mendebarkan untuk Renatta karena hari ini Dia akan datang ke kantor papahnya untuk menggantikan posisi papahnya dan juga akan memperkenalkan Devan ke seluruh pegawai kantor papahnya, selain itu adanya rapat pemegang saham yang baru juga akan di adakan dan tentu saja juga di hadiri oleh Tante Inggit selaku salah satu pemegang saham di perusahaan papahnya.
Setelah keluar dari mobil yang terparkir tepat di depan kantor papahnya, tanpa ragu Renatta menggenggam tangan Devan dan masuk ke dalam kantor papahnya yang disambut tatapan bingung karyawannya tentang keberadaan Devan.
Tanpa mempedulikan tatapan bingung karyawannya Renatta terus berjalan menuju lift yang akan mengantar ke lantai 25, dimana tempat rapat akan diadakan.
"Maaf jika membuat kalian menunggu lama" Renatta masuk ke ruang rapat diikuti Devan yang duduk di tempat yang masih kosong dan Renatta duduk di kursi kebesaran papahnya.
"Seperti yang kalian tahu, mulai sekarang saya akan menggantikan posisi papah saya selaku pemegang saham terbesar di perusahaan ini, saya harap kalian bisa bekerja sama dengan baik" Renatta berucap dengan nada tegas dan wibawanya yang tentu hal itu tidak disukai oleh Tante Inggit yang terus memberikan tatapan tajamnya.
"Dan satu lagi saya akan memperkenalkan manajer baru sekaligus suami saya" Ucap Renatta sambil menatap Devan, setelahnya Devan berdiri dan sedikit membungkukkan tubuhnya.
Beberapa orang memandang Devan seolah olah mereka pernah merasa bertemu dengan Devan dan tidak asing dengan wajahnya.
.
.
.
Rapat sudah selesei satu persatu petinggi perusahaan mulai meninggalkan rapat, kini hanya menyisakan, Renatta, Devan dan Tante Inggit.
"Ah aku kira kamu bisa lebih baik dalam mencari seorang suami tetapi ternyata kamu hanya mencari seorang suami dari kalangan yang tidak sebanding bahkan dia hanya menjadi seorang manajer di perusahaan kakakku" Ucap Tante Inggit dengan sedikit menyunggingkan senyum meremehkan sambil menatap Devan yang hanya di balas tatapan dingin oleh Devan
"Seharusnya anda juga tidak lupa seperti apa anda dulu, sehingga Clara tidak jauh beda dengan kelakuan ibunya" jawab Renatta dengan santainya
"Kamu"... Ucap Tante Inggit dengan nada yang sudah di penuhi oleh emosi
"Kalau bukan karena kakakku yang begitu baik untuk mengangkat mu menjadi anak, tentu hidupmu tidak akan seberuntung itu" Tangannya sudah bersiap untuk menampar Renatta tetapi langsung di tahan oleh Devan.
"Anda boleh meremehkan saya tapi anda tidak berhak untuk menjelekkan istri saya apa lagi bermain fisik dengan istri saya, dan saya harap anda tidak menyesali setiap perkataan yang anda ucapkan hari ini" Setelah mengatakan itu Devan mengajak Renatta untuk keluar dari ruangan rapat dan menyisakan Tante Inggit dengan segala emosinya.
.
.
.
To Be Continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
HelmaliaPutri
kasian banget Renatta
2021-12-19
1
Sugiyanto Samsung
devanmendengar tdk kalau renatta bukan anak brata
2021-11-30
4