“Ibu harus bertahan, ibu tidak boleh pergi dulu sebelum aku membalaskan semua yang terjadi kepada kita” Ucap Devan sambil menggenggam tangan ibunya yang sudah mulai dingin.
Devan baru melepaskan tangan ibunya setelah ibunya dibawa masuk ke ruang UGD, Dia tidak akan dengan mudahnya melupakan kejadian kejadian yang membuatnya menjadi seperti ini.
Tidak lama kemudian ruang UGD terbuka dan menampakkan seorang dokter keluar dari ruangan tersebut .“Keadaan ibu anda cukup mengkhawatirkan, penyakitnya mulai kambuh lagi dan harus segera diambil tindakan operasi kalau tidak keadaan terburuk yang tidak diinginkan bisa saja terjadi”
“Berapa biaya yang dibutuhkan untuk operasi ibu saya” Ucap Devan sambil menatap dokter tersebut dengan tatapan yang memancarkan kekhawatiran.
“Anda bisa menanyakan langsung ke bagian resepsionis.” Sambil menunjuk tempat resepsionis berada.
Tanpa bertanya lagi Devan langsung menuju tempat resepsionis “Permisi, berapa biaya yang dibutuhkan untuk biaya operasi atas nama Nyonya Vira Ariana, pasien yang sekarang masih berada di ruang UGD.”
“Pasien atas Nyonya Vira Ariana membutuhkan biaya operasi sekitar 105 juta” Ucapnya sambil memberikan rincian biaya operasi.
Terkejut itulah yang dialami Devan saat itu, Dia bingung harus mencari uang sebanyak itu dari mana, dia tidak mungkin meminjam uang ke orang itu, orang yang seharusnya bertanggung jawab penuh atas kehidupannya dan ibunya.
“ Saya akan melunasi pembayaran tapi tolong selamatkan nyawa ibu saya terlebih dahulu”.
“ Maaf tapi itu sudah prosedur dari rumah sakit bahwa pasien akan dilakukan operasi jika keluarga pasien bisa membayar separuh dari biaya operasi”
“Apakah uang lebih penting daripada nyawa seseorang, apa kalian ingin menyalahi semua prosedur yang ada di rumah sakit ini” Devan mulai meninggikan suaranya.
“Sekali lagi kami minta maaf tuan” tanpa mendengar dengan jelas ucapan pegawai resepsionis tersebut Devan segera beranjak mendekati ruang UGD tersebut dan menyandarkan tubuhnya di tembok.
Tidak berapa lama dia merasa ada seseorang mendekatinya “Apakah ada yang bisa aku bantu, aku merasa kamu sedang membutuhkan sebuah bantuan.”
Devan seolah tidak mempedulikan ucapan wanita tersebut, sampai akhirnya dia penasaran dan menaikan wajahnya agar dia bisa melihat wajah wanita yang berbicara kepadanya.
“ Apa imbalan yang kamu inginkan, aku yakin tidak mungkin kamu menawarkan bantuan tanpa adanya imbalan” Ucap Devan dengan tatapan dinginnya.
“ Menikahlah denganku, maksudnya aku akan melunasi semua biaya operasi ibumu jika kamu mau menjadi suami bayaranku dan kontrak kita akan berakhir jika aku sudah berhasil mengandung dan melahirkan seorang anak”
Ucap wanita tersebut tanpa ada keraguan sedikitpun.
“ Apa kamu yakin menawarkan sebuah pernikahan kepadaku” dengan senyum dinginnya yang tidak dapat dilihat oleh wanita tersebut.
“Aku sangat yakin dan aku juga sangat perlu bantuanmu, anggap saja kita sebagai pihak yang akan saling diuntungkan, aku akan mecapai keinginanku dan kamu juga bisa membiayai pengobatan ibumu sampai ibumu sembuh”.
Lama Devan terdiam, akhirnya dia menyetujui permintaan wanita tersebut demi ibunya dan juga demi sesuatu yang sudah Devan tunggu selam ini “Ya, aku setuju”.
“Hmm…. Aku rasa kita perlu memperkenalkan diri, perkenalkan namaku Renatta Desinta Maharani” Ucapnya sambil mengulurkan tangan ke Devan.
Tapi Devan tidak menanggapi uluran tangan tersebut “Devandra, kamu bisa memanggilku Devan”.
“Ah iya Devan, ini kartu namaku kamu bisa menghubungiku dan kita akan membicarakan masalah kesepakatan dan perjanjian pernikahan yang akan kita jalani” Ucap Renatta sambil mengulurkan kartu nama ke Devan.
Devan mengambil kartu nama yang disodorkan Renatta, tanpa mengucapkan sepatah katapun, kemudian Renatta pamit untuk pergi dan kembali ke ruang rawat inap papahnya, tapi sebelum kembali ke ruang rawat inap papahnya, Renatta terlebih dahulu menuju ke meja resepsionis dan menyerahkan sebuah kartu ATM ke pegawai resepsionis tersebut.
“Ternyata aku tidak perlu bersusah payah untuk masuk di kehidupannya, bahkan dia sendiri yang menawarkan diri kepadaku untuk masuk ke kehidupannya”ucap Devan dalam hatinya.
Tidak berselang lama seorang suster menghampirinya dan mengatakan akan segera melakukan operasi kepada ibunya, dan mengatakan bahwa biaya operasi sudah dibayar oleh seseorang atas nama Renatta.
“Ah ternyata kamu benar benar menepati janjimu, tapi sayangnya secara tidak langsung kau sudah membawa kehidupanmu kepada orang yang salah” tatapan Devan semakin menajam menatap bayangan seseorang yang sudah mulai tidak terlihat lagi.
.
.
.
Setelah kurang lebih tiga jam Devan menunggu di depan ruang operasi tidak lupa lampu depan ruang operasi menyala menandakan bahwa operasi sudah selesei dilakukan.
Devan lalu menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi “Bagaimana keadaan ibu saya dok?”.
“Operasi yang dijalankan Nyonya Fira berjalan lancar, kami akan segera memindahkannya ke ruang rawat inap”.
“Terima kasih dok” Ucap Devan dengan rasa penuh kelegaan, bagaimanapun ibunya adalah kekuatannya selama ini untuk tetap bertahan hidup dan menjadi kekuatannya untuk membalaskan dendam - dendamnya kepada orang – orang yang sudah membuat hidupnya dan ibunya menderita.
.
.
.
Di ruang rawat inap ibunya Devan tidak melepas genggaman tangannya di tangan ibunya, “Ibu harus segera sadar dan melihat bagaimana Devan membalaskan semua rasa sakit yang kita alami selama ini bu”.
Devan mengeluarkan kartu nama yang sedari tadi dia taruh disaku kemejanya, dengan tatapan dinginnya dia memandang kartu nama itu dengan tajam “Renatta Desinta Maharani, selamat datang di kehidupan Devandra Narendra Abimana”.
Kemudian dia memasukkan kembali kartu nama tersebut ke saku kemejanya, ingatannya kembali di masa dimana penderitaannya dan ibunya bermula, Tiba tiba ponsel di saku celananya berbunyi seketika lamunan tentang masa lalunya hilang seketika.
“Hallo”
“……….”
“Aku akan segera datang kesana”
“……….”
Setelah sambungan telfon tertutup Devan kembali lagi ke ruang rawat inap ibunya “Aku harus pergi bu, besok pagi aku akan kembali lagi kesini” Ucap Devan sambil mencium tangan ibunya
.
.
.
Devan melempar kartu nama Renatta di meja “Aku tidak perlu susah payah untuk menjeratnya, dia sendiri yang menawarkan sebuah pernikahan kepadaku”.
“Aku harap kamu tidak berlebihan kepadanya, dia bukan target utama balas dendammu” Ucap pria didepannya.
Devan hanya menanggapi dengan senyum tipisnya dia tidak menanggapi perkataan pria didepannya karena baginya balas dendam ini akan setimpal dengan apa yang dialaminya selama ini.
“Aku harap kamu benar benar mempertimbangkan balas dendammu ini, aku melihat dia wanita baik, dan tidak sepantasnya dia menjadi ajang balas dendammu” Peringat pria itu kembali kepada Devan.
“Aku tidak butuh nasehat apapun darimu, aku hanya mau kamu membantuku mencari tahu apa yang harus kamu cari tahu” Ucap Devan lalu meninggalkan pria tersebut sendiri.
"Setidaknya aku pernah mengingatkanmu, aku berharap kelak kamu tidak menyesal jika mengetahui kebenaran apa yang sudah terjadi."
Ucap pria tersebut dengan pelan yang tentu saja tidak didengar Devan.
.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
YuRà ~Tamà💕
Hoo... Devan juga punya kisah masa lalu sm klrga Renatta nih.
2022-01-15
2
Maple🍁
Makin penasaran sma Sosok Devan yg misterius 🤗🤔
2022-01-11
0
Sisila
kasia renatanya
2021-12-17
1