12. Positive

Dua bulan, Hana masih saja tinggal disini. Mas Hilman belum juga menemukan rumah untuk dia. Aku sudah membantu untuk mencarikan rumah untuk wanita itu, tapi terlalu banyak sekali untuk maduku itu beralasan. Takut-lah, sepi-lah, tidak mau sendiri. Bahkan, ibu mertua juga turut mengatakan banyak sekali alasan dan juga pembelaan untuk wanita muda itu.

'Apa salahnya sih kalau dia di sini? Kalian kan bisa hidup bersama dalam satu rumah, kenapa kamu tidak bisa? Kamu nggak kasihan sama Hilman? Pengeluaran dia semakin banyak kalau Hana mengontrak rumah lagi. Belum lagi dia harus memikirkan pengobatan ibu kamu dan juga biaya pendidikan adik Hana.' Ibu mertua berkata seperti itu padaku saat Hana mengatakan keluh kesah nya yang tidak mau tinggal sendirian waktu itu.

'Aku kan takut sendirian, Mbak.' Wanita itu juga berkata dengan wajah memelas saat itu.

'Kalau tahu pengeluaran semakin banyak kenapa juga harus menikah lagi?' Aku berkata dengan ketus kepada ibu. Terlihat ibu marah saat mendengar ucapanku waktu itu dan aku melengos begitu saja dari sana tidak ingin lagi mendengar omelan ibu yang tertuju kepadaku. Jelas sekali aku dengar kalau ibu mengatakan aku cerai saja dengan Mas Hilman jika takut jatah ku berkurang.

Jatah perbulan untukku sudah pasti juga ikut terpotong karena Mas Hilman kini punya ATM lain yang harus dia isi. Sebagian untukku dan sebagian untuk Hana. Untuk orang tua kami jelas Mas Hilman lebih banyak memberikannya untuk keluarga Hana. Hana masih mempunyai dua adik yang masih bersekolah. Ayah dan ibu Hana hanyalah petani biasa, katanya pendapatan mereka hanya bisa untuk makan sehari-hari.

Mas Hilman baru saja pulang dari kantor. Dia sedang membuka dasinya dan aku menggantungkan tas dan menyimpan sepatunya di rak sepatu di balik pintu.

"Mas kapan kamu akan bawa Hana keluar dari sini?' tanyaku pada Mas Hilman.

Aku mungin bukan istri yang baik karena menanyakan hal itu di saat suamiku bahkan belum duduk dari pulang bekerjanya. Wajahnya terlihat lelah, matanya sayu tak bercahaya menatap ke arahku. Dia menyerahkan dasi berwarna biru kepadaku.

"Aku masih cari, Yu. Ada juga yang kemarin itu, kan jauh dari sini," ucapnya. Nada suaranya terdengar lelah.

"Ya terus mau sampai kapan dia disini, Mas. Aku gak sanggp kalau lama-lama dia ada disini." Aku mencoba mengutarakan perasaan aku.

"Yu, apa tidak bisa kamu dan ia hidup satu rumah?" tanya Mas Hilman padaku, dia mulai membuka satu persatu kancing bajunya.

"Enggak, Mas. Kamu ngerti gak sih, gimana perasaan aku kalau lihat dia selalu begitu sama kamu. Aku nggak suka sama dia dia itu terlalu manja sama kamu, aku nggak suka Mas!" Ucap ku dengan ketus.

Mas Hilman menghentikan laju tangannya, dia mendekat ke arah ku dan merangkul pinggangku dengan kedua tangannya. Tubuh kami saling berdekatan memberikan kehangatan satu sama lain. Dia menatap mataku dengan senyum menyeringai di bibirnya.

"Kamu cemburu?" Mas Hilman bertanya masih dengan tersenyum matanya menatapku dengan sorot berbinar.

"Tidak!" Aku memalingkan wajahku ke arah lain.

"Masa? Padahal tadi aku kira kamu cemburu loh!" Dia tertawa terkekeh, memeluk diriku lebih erat lagi. Mas Hilman lalu menunduk merebahkan kepalanya di bahu ku.

"Aku tidak pernah lihat kamu cemburu seperti ini. Tapi aku senang dengan adanya Hana, aku bisa lihat kamu yang sedang cemburu." Mas Hilman berucap seperti itu tanpa mengangkat kepalanya, dia malah sibuk mengecup leher ku. Geli rasanya.

Aku melingkar kan kedua tanganku di lehernya, memeluk suamiku dengan erat. Perlahan bulian air mata mengalir menetes di pipi. Aku terisak. Sesak rasanya. Rasa di dalam hati ini sangat sakit, tapi aku tidak mampu untuk mundur.

Mas Hilman pun memeluk diriku dengan erat tanpa berbicara suatu apapun. Kami hanya saling berpelukan dengan erat beberapa saat.

"Sudah ya jangan nangis. Aku minta maaf dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini." ucapnya.

"Aku tahu Mas, bukan salah kamu juga. Ini karena aku yang belum mampu untuk memberikan keturunan untuk kamu. Jika saja aku ... aku bisa hamil, kamu ... pasti nggak akan menikah lagi dengan wanita lain. Dan kita ... pasti ... kita sudah hidup bahagia." Aku menangis dengan keras di pelukan suamiku. Usapan lembut terasa di punggung ku beberapa kali.

"Aku minta maaf, aku nggak bisa menolak keinginan ibu. Ini salahku juga, aku bingung saat itu, Yu." Kami berdua sama-sama terisak tanpa merasa malu. Meratapi takdir yang harus kami jalani saat ini.

"Mas pasti akan secepatnya mencarikan rumah untuk Hana, tapi kamu sabar, ya." Aku mengangguki permintaannya.

Kami sama-sama tidak bisa melakukan apa-apa. Aku tahu persis sifat ibu bagaimana, dia wanita yang keras kepala. Dan aku juga menyadari seperti apa kekuranganku ini. Semua sudah aku pikirkan dan aku putuskan aku akan bertahan.

"Huweeekk!"

Aku dan Mas Hilman melepas pelukan kami saat mendengar suara aneh yang terdengar dari luar. Suara itu terdengar kembali tapi kini lebih lirih dari yang tadi. Aku dan Mas Hilman terdiam kami saling berpandangan.

Mendengar suara itu hatiku jadi kacau. Tiba-tiba saja beberapa pemikiran terlintas di dalam kepalaku. Mungkinkah...?

Ah ... bagaimana ini?

Suara itu terdengar kembali, kini terdengar memanggil nama Mas Hilman. Mas Hilman kemudian berlari ke arah luar tanpa menutup pintu kamar. Dia berlari dengan sangat cepat meninggalkan aku yang kini berdiri menatapnya menghilang di balik tembok.

Dengan langkah pelan aku berjalan ke arah asal suara yang masih berada di dalam kamar mandi, pintunya terbuka. Suara itu terdengar menyakitkan. Kulihat Mas Hilman sedang menepuk pundak Hana, satu tangannya yang lain menahan rambut wanita itu agar tidak terjuntai ke lantai. Hana sedang berjongkok di depan toilet.

Tidak kuat melihat hal itu aku membalikkan badan dan menempelkan punggung ku di dinding luar kamar mandi. Resah hati ini semakin tidak karuan.

Aku bukan anak gadis yang tidak tahu apa-apa. Sepertinya aku tahu apa artinya ini, wanita yang telah menikah, yang telah bercampur dengan suaminya, lalu muntah-muntah. Ya allah ... hal yang belum pernah aku rasakan selama tujuh tahun ini.

Dalam hati kecilku, aku berharap dia hanya sedang sakit, masuk angin biasa. Apa aku jahat kalau aku mengharapkan itu?

...***...

"Kamu hamil? Alhamdulillah!" Ibu mertuaku, datang setelah mendapatkan kabar dari Mas Hilman setelah kepulangan mereka dari dokter. Kini ibu sedang duduk di samping tempat tidur sedangkan Hana berbaring di sampingnya. Wajah ibu berseri, tangannya mengelus perut Hana yang masih terlihat rata.

"Akhirnya yang ibu tunggu tunggu datang juga. Terima kasih ya Gusti." Ibu berucap syukur.

"Tuh, Yu. Ibu kan pernah bilang Hilman tidak bermasalah. Buktinya ini Hana bisa hamil. Lah kamu? Sudah sangat lama dengan Hilman kok belum juga hamil. Masih berani kamu mengatakan kalau anak saya yang bermasalah?" Sindir ibu kepadaku. Aku yang berdiri di dekat pintu, sedang Mas Hilman berdiri di dekat ibu.

"Apa yang Ibu bilang, sih?" tanya Mas Hilman.

"Itu loh, Man. Ayu pernah bilang kalau kamu yang bermasalah, lah ini buktinya Hana bisa hamil. Berarti yang bermasalah di sini siapa? Yang jelas bukan kamu, kok." Ibu menyindirku lagi. Aku hanya menggigit bibirku sambil merasakan dalam hati yang tidak karuan. Sakit.

"Sudah lah bu. Keadaan wanita kan memang berbeda. Mungkin memang aku dan Ayu memang ditakdirkan untuk telat mempunyai keturunan. Tidak ada yang bermasalah di sini. Dokter juga bilang kan kalau Ayu tidak pernah ada masalah. Mungkin memang Gusti Allah belum memberikan rejeki kepada kami."

"Jangan selalu membela istri kamu itu, Man. Sudah jelas dia tidak bisa memberikan keturunan untuk kamu, di juga mengira kalau kamu bermasalah dan tidak akan mempunyai anak. Masih kamu membela dia? Istri macam apa yang mengatakan suaminya tidak bisa mempunyai anak?!" Aku menatap ibu tidak percaya.

"Bu, Ayu nggak pernah bilang seperti itu. Ayu kan dulu cuma bilang, kalau Mas Hilman tidak pernah mau ikut ke dokter untuk diperiksa. Ayu nggak pernah bilang kalau Mas Hilman bermasalah!" Aku berseru berkata seperti itu kepada ibu.

"Halaaah, sudahlah. Pada intinya sama saja, kan?!" Ibu berkata sambil mendelik ke arahku, lalu beliau kembali sibuk kepada menantu barunya itu.

"Mulai sekarang kamu jangan terlalu capek ya, biar saja Ayu yang kerjakan semua pekerjaan rumah. Ibu pokoknya nggak mau kalau menantu Ibu capek, Ibu takut kamu dan anak kamu ada apa-apa. Dengar kamu Yu? Mulai saat ini jangan limpahkan pekerjaan yang berat kepada Hana!" Ibu memberi peringatan kepada ku tanpa menoleh sama sekali.

"Bu jangan seperti itu, dong. Ayu kan juga sama-sama menantu ibu. Ibu nggak boleh membedakan dia dengan Hana." Pinta Mas Hilman.

"Ya bedalah. Hana kan sudah mengandung anak kamu. Ya Ibu nggak mau lah sampai Hana ada apa-apa karena kelelahan. Ibu sudah lama menunggu anak dari kamu Hilman!" Seru ibu kepada anak keduanya itu dengan tegas.

Sekali lagi, rasa sakit di dalam hati ini bertambah. Entah aku harus bagaimana. Harusnya aku senang mendengar kabar bahwa Mas Hilman akan mempunyai keturunan, tapi aku juga sekaligus tidak menyukai itu.

"Pokoknya mulai saat ini, kamu harus lebih perhatian sama istri kamu yang tengah mengandung ini. Kamu harus perlakukan dia dengan baik Hilman. Jangan lagi cuek. Wanita hamil itu harus disayang, harus banyak diperhatikan, jangan sampai dia banyak pikiran. Kamu juga Yu, sebagai istri pertama kamu juga harus ikut menjaga Hana dan calon anaknya dengan baik, siapa tahu setelah anak Hana lahir, syukur syukur kamu juga akan segera menyusul punya anak seperti dia. Kalau memang tidak bisa, kamu juga kan bisa menganggap anak mereka anak kamu juga!"

Ucapan itu ... Aku tidak tahan mendengar semua apa yang di ucapkan ibu. Padahal dulu kata-kata manis itu yang selalu ibu tujukan kepada aku. Akan tetapi, sekarang kata-kata itu hanya ditujukan kepada Hana.

Ku langkahkan kaki ini pergi keluar dari kamar itu. Semua terasa sesak bagiku.

"Tuh kamu lihat kan, tidak pamit tidak apa. Dia sudah tidak lagi hormat kepada Ibu." Suara ibu masih terdengar saat aku melangkahkan kaki ke dalam kamar.

Aku sudah tidak mau peduli lagi dengan apa yang diucapkan ibu. Aku masuk ke dalam kamarku dan melemparkan tubuhku di atas tempat tidur. Air mata ini mengalir mengingat apa yang ibu katakan tadi. Memang tidak salah, mungkin bayi itu nanti bisa menjadi pancingan ku untuk mendapatkan keturunan, tapi rasanya ucapan ibu itu terlalu menyakitkan untuk aku cerna saat ini.

Apa salahku? Apa belum mempunyai keturunan adalah suatu kesalahan? suatu dosa besar? Aku juga tidak mau seperti ini. Aku juga ingin itu semua. Ingin memiliki anak. Aku ingin jadi istri sempurna untuk suamiku.

Terpopuler

Comments

Derliana Sinaga

Derliana Sinaga

ya ayu aja yg bodoh

2022-12-27

0

Yanah Saryanah

Yanah Saryanah

Ayu...ayu dasar perempuan bodoh udah disakitin malah bertahan...trimalah kebodohan mu itu ayu sekarang si hana hamil apa yang kamu perbuat...

2022-08-06

0

Lihayati Khoirul

Lihayati Khoirul

karena kamu bodoh

2022-07-28

0

lihat semua
Episodes
1 1. Sebuah Pesan Bergambar
2 2. Anggap Dia Adikmu!
3 3. Orang Asing
4 4. Pertanyaan Ibu
5 5. Harus Kuat Karena Ibu
6 6. Permohonan Maaf
7 7. Hanya Demi Ibu
8 8 Mengingatkan status
9 9. Posisi yang Tergantikan
10 10. Pernyataan Hana
11 11. Ikhlas Yang Menyakitkan
12 12. Positive
13 13. Keputusan yang Membingungkan
14 14. Permintaan Ayu
15 15. Goresan Luka
16 16. Terpaksa Kembali
17 17. Alasan Ayu Kembali
18 18. Perhatian yang Terbagi
19 19. Aku Ingin Bekerja
20 20. Bertemu Dengan Dokter Lagi.
21 21. Ucapan Menyakitkan Mertua
22 22. Meminta Keadilan
23 23. Permintaan Hana, Malam ini Saja.
24 24. Meminta Pengertian Ayu
25 25. Membuat Ulah Lagi
26 26. Rebut Semua
27 27. Bertemu dengan Seorang Anak.
28 28. Tidak Mau Sekolah!
29 29. Surgaku Ada Pada Ibu
30 30. Siapa Wanita Itu, Mbak?
31 31. Kutukan Penulis
32 32. Pov. Hilman
33 33. Ancaman Ibu
34 34. Hilman Dalam Kebingungan
35 35. Aku Kapan Punya Anak?
36 36. Ayu, Tidak Ingin Ditinggalkan
37 37. Dukungan Bapak Terhadap Ibu
38 38. Ibu dan Bapak, Tetap Pada Keputusan
39 39. Rasanya Berpoligami
40 40. Hilman Dan Hana di Tempat Umum
41 41. Pertengkaran Di Depan Umum
42 42. Terima Nasibmu Sebagai Wanita Mandul!
43 43. Sahabat Yang Peduli
44 44. Video yang Tengah Viral
45 45. Bukan Anak Yang Berbakti
46 46. Dokter Wira
47 47. Maaf, Aku Akan Mencoba Adil Untuk Kalian.
48 48. Hana Yang Tidak Pernah Mengerti
49 49. Pelecehan Istri Sendiri
50 50. Pulang Ke Rumah
51 51. Jujur Pada Ibu
52 52. Keputusan Ayu
53 53. Seorang Pria
54 54. Arga, Pria Dari Masa Lalu.
55 55. Gunakan Kesempatan, Atau Aku Akan Kembali!
56 56. Tamu Tak Diundang.
57 57. Ibu: Berikan Kebebasan Untuk Ayu, Hilman!
58 58. Kamu Bahagia, Bukan Aku!
59 59. Jangan Dekat Dengan Dia (Arga)
60 60. Cerita Tentang Arga
61 61. Alasan Ibu Tak Suka
62 62. Dokter Wira, "Jangan Sungkan."
63 63. Kedatangan Ibu Mertua.
64 64. Debat Dua Orang Ibu
65 65. Pesan Dari Sebuah Nomor Asing
66 66. Jalan Menuju Kebebasan
67 67. Kamu Mau Kan Dengan Dokter Wira?
68 68. Mulut Tetangga
69 69. Hilman. Dimana Buku Itu!
70 70. Hilman Yang Kalap
71 71. Perkelahian Di Tengah Jalan.
72 72. Dokter Wira: Maksud Saya ... Tidak Apa-Apa!
73 73. Bertemu Pengacara
74 74. Hari Operasi
75 75. Keputusanku Sudah Bulat!
76 76. Aifa
77 77. Izinkan Saya ....
78 78. Dokter Yang Gigih
79 79. Sidang Pertama
80 80. Sidang Perceraian.
81 81. Hilman, Tak Ada Yang Sama
82 82. Ajakan Dokter Wira
83 83. Saudara Kembar Dokter Wira
84 84. Sekeranjang Mawar Putih
85 85. Siapa Pengirim Bunga Ini?
86 86. Datang Untuk Meminang
87 87. Meminta Petunjuk
88 88. Mengantar Risma ke Mall
89 89. Mencari Keberadaan Ayah
90 90. Pengumuman!! Ayo Pada Kumpul!!!
91 91. Gara Tak Mau Makan
92 92. Tante Ayu Dak Boleh Pulang!
93 93. Pov Arga
94 94. Buy One Get One Free
95 95. Kamu Harus Hati-Hati
96 96. Maaf tentang Masa Lalu
97 97. Tak Mau Jadi Baby Gula
98 98. Curhat Dengan Diana
99 99. Nomor yang Tak Dikenal
100 100. Cerita Untuk Gara.
101 101. Pengumuman Pemenang Give Away!!!
102 102. Undangan Pesta Ulang Tahun
103 103. Orang Tua Yang Ramah.
104 104. Aku Hanya Wanita Cacat
105 105. Harus Tegas
106 106. Paket Misterius
107 107. Paket Lagi.
108 108. Bertanya
109 109. Lima Orang Asing
110 110. Pulang Dengan Tangan Hampa
111 111. Kabar Baik
112 112. Bertemu Gara Lagi
113 113. Kabar berita
114 114. Berdusta Sekali Lagi
115 115. Jadi Mama Gara!
116 116. Terjebak
117 117. Dongeng Kelinci dan Kura-Kura
118 118. Maafkan Gara!
119 119. Hari Pertama Bekerja
120 120. Gara-Gara Ojol!
121 121. Hati Yang Masih Beku
122 122. Kejadian Di Mall
123 123. Hilman Membuat Ulah
124 124. Arga, Eka?
125 125. Perasaan Arga.
126 126. Apa Yang Harus Aku Lakukan?
127 127. Pertanyaan Ibu.
128 128. Penolakan Ibu
129 129. Apa Karena Ibu?
130 130. Menyerah
131 131. Ibu Kecelakaan
132 132. Pertolongan Arga.
133 133. Kehadiran Gara di Rumah Sakit
134 134. Gara Dan ibu
135 135. Penuturan Ibu
136 136. Restu Dari Ibu
137 137. Bertemu Arga
138 138. Arga. Sakit Hati Kedua Kali
139 139. Cinta Lama Berlanjut Kembali
140 140. Gombalan Untuk Calon Istri
141 141. Doa Yang Baik
142 142. Menyerahkan Ayu
143 143. Menikah Di Pos Satpam?
144 144. Akibat Hubungan Dengan Bos
145 145. Bicara Tentang Ibu
146 146. Lamaran Part 1
147 147. Lamaran Part 2
148 148. Saya Menerima.
149 149. Mencari Tanggal Yang Tepat
150 150. Pemberian Arga
151 151. Ibu Punya Nazar
152 152. Arga Marah
153 153. Ke KUA, yuk!
154 154. Kabar Baik
155 155. Kejadian Tidak Terduga
156 156. Lebih Baik Mati
157 157. Hilman Menggila
158 158. Arga Pencemburu
159 159. Tamu Tak Diundang
160 160. Arga Dan Gombalannya
161 161. Berkunjung Ke Pusara Haifa
162 162. Kalimat Yang Sangat Indah
163 163. SAH!!!!!!
164 164, acara di rumah
165 165. Keluarga Yang Sangat Menyenangkan
166 166. Arga: Aku Masuk Angin!
167 167. Apa Yang Terjadi Kepada Arga?
168 168. Ladang Kering Telah Disirami
169 169. Lupa Kunci Pintu
170 170. Arga Semakin Parah
171 171. Cara Tersendiri
172 172. Kejadian Di Pagi Hari
173 173. Kedatangan Dokter
174 174. Hadirnya Sosok Lain.
175 175. Ancaman Arga. "Tunggu Nanti Malam."
176 176. Dokter Wira
177 177. Tamu Wanita
178 178. Pengantin Laki-Laki Teraniaya.
179 179. Penjelasan Arga
180 180. Tetap Jadi Istri Yang Baik
181 181. Saat Makan Siang
182 182. Tempat Untuk Honeymoon
183 183. Peringatan
184 184. Diana Tidak Hadir
185 185.
186 186. Merasa Belum Baik
187 187. Penyambutan
188 188. Gara Menjadi Pemersatu Bangsa.
189 189. Makan Siang Keluarga
190 190. Ajakan Arga
191 191. Pertanyaan Gara
192 192. Hukuman atau Panggil Sayang?
193 193. Suamiku, Imamku
194 194. Gombal Terus!
195 195. Dua Lelaki Sumber Kebahagiaan
196 196. Bertemu Seorang Wanita
197 197. Hal Yang Membuat Penasaran
198 198. Kain Yang Menerawang
199 199. Bertemu Dengan Dokter
200 200. Mengambil Alih
201 201. Serangan Bukan Dadakan
202 202. Serangan Kedua Dan Ketiga
203 203. Ketahuan!
204 204. Desas Desus Tak Enak
205 205. Ingin Jadi Anak Yang Kuat
206 206. Kesedihan Gara
207 207. Masalah.
208 208. Tempat Terselubung
209 209. Kemana Arga?
210 210. Ingin Marah
211 211. Arga Masuk Angin
212 212. Harapan Yang Masih Belum Terwujud
213 213. Serasa Permen Yupi
214 214. Shopping Day!
215 215. Desa Penari
216 216. Tingkah Ayu Yang Aneh
217 217. Rasa Yang Berbeda
218 218. Coba Yang Lain
219 219. Honeymoon, Yuk!
220 220. Kabar Bahagia
221 221. Kabar Bahagia part 2
222 222. Gara. "Jangan Bikin Mama Emosi!"
223 223. Pertanyaan Gara
224 224. Kabar Bahagia Untuk Ibu
225 225. Diri Yang Selalu Suudzon
226 226. Harus Beristirahat.
227 227. Kejutan Yang Gagal
228 228. Ingat Apa Kata Dokter!
229 229. Tangisan Gara
230 230. Tak Sadarkan Diri
231 231. Sapaan Dari Dalam Perut
232 232. Pulang Dari Rumah Sakit
233 233. Inginkan Sesuatu
234 234. Meminta Maaf
235 235. Sosok Suami Idaman
236 236. Meminta Persetujuan
237 237. Mencari Foto Haifa
238 238. Kesedihan Gara
239 239. Berbicara
240 240. Cinta Tulus Untuk Gara
241 241. Seseorang Di Luar Jendela
242 242. Persiapan Empat Bulanan
243 243. Laki-laki Di Depan Mall
244 244. Arga Si Pelindung
245 245. Kehidupan Setelah Bercerai
246 246. Hilman Setelah Bercerai 2
247 247 Ayu
248 248. Main Gundu
249 249. Sepenggal Kisah
250 250. Pergi bersama
251 251. Pengakuan Hilman
252 252. Maaf Dari Hilman
253 253. Kisah Hilman
254 254. Hilman Dalam masalah
255 255. Di Balik Kisah Hilman
256 256. Arga Cemburu
257 257. Rencana Arga
258 258. Hanya Untukmu
259 259. Pertemuan Arga dan Hilman
260 260. Noda Merah
261 261. Rumah Sakit
262 262. Perjuangan Seorang Ibu
263 263. Hadirnya Anggota Baru
264 264. Apa Kamu Tidak Pernah ....
265 265. Bayi Yang Haus
266 266. Ucapan Manis
267 267 Hilman di Acara Aqiqah
268 268. Pelajaran Berharga
269 269. Meminta Penilaian
270 270. Gara Anakku juga!
271 271. Kabar Bahagia
272 272. Ke Rumah Sakit Lagi
273 273. Ayu Nakal
274 274. Seperti Pasangan Mes*m
275 275. Ajakan Honeymoon Yang Selalu Gagal.
276 276. Sebuah Pengajaran
277 277. Perjalanan Panjang
278 278. Perjalanan Yang Melelahkan
279 279. Sesuatu Yang Kembali
280 280. Sindiran Dari Keluarga
281 281. Sesal Yang Tak Guna
282 282. Tersangka Investasi Bodong
283 283. Bicara Dengan Ibu
284 284. Kisah Di Balik Tirai
285 285. Tidak Tahu Malu
286 286. Dewi
287 287. Mungkinkah Dia?
288 288. Penjarakan Saja!
289 289. Keinginan Arga
290 290. Rencana Arga
291 291. Seperti Masa Lalu
292 292. Azka Demam
293 293. Obat Oles Tradisional
294 294. Perjuangan Seorang Ibu
295 295. Bawa Ke Ustadz
296 296. Sepuluh Juta
297 297. Sang Penakluk
298 298. Penakluk Tak Pernah Puas
299 299. Malam Acara Selamatan
300 300. Kasih Ibu Sepanjang Masa
301 301. Perjalanan Yang Sulit
302 302. Ibu Lelah
303 303. Semua Lelah
304 304. Wanita Selain Dewi
305 305. Debat Yang Melelahkan
306 306. Pusing Menghadapi Ibu.
307 307. Kasmaran
308 308. Hilman Mau Punya Istri
309 309. Tak Ada Salahnya Membahagiakan Ibu
310 310. Liburan Dadakan Dengan Ibu
311 311. Bertanya Pada Dewi
312 312. Bantu aku Gagalkan
313 313. Pertanyaan Pak Hendro
314 314. Fakta Tentang Dewi
315 315. Nikah Dadakan
316 316. SAH!!!
317 317. Jodoh Datang Terlambat
318 318. Tatapan Ipar Dan Bapak Mertua
319 319. Pulang Kemana Aku?
320 320. Rencana Pesta Resepsi
321 321. Pesan Pak Mertua
322 322. Acara Tujuh Bulanan
323 323. Dewi Alergi
324 324. Tiga Kali Menikahi Perawan
325 325. Manisnya Sebuah Hubungan
326 326. Aku Siap!
327 327. Unboxing
328 328. Berhasil Menjelajah
329 329. Kebahagiaan Hilman
330 330. Arga Sepertinya Marah
331 331. Suami Pengertian
332 332. Berita Duka
333 333. Berkabung
334 334. Kesedihan Gara.
335 335. Pendarahan Setelah Pertarungan
336 336. Selamat Datang Putri Kecil
337 337. Dilema
338 338. Telepon Dari Dewi
339 339. Kebahagiaan Kedua
340 340. Adopsi Untuk Vano
341 341. Happy Ending
342 Pengumuman Baru Nih!
Episodes

Updated 342 Episodes

1
1. Sebuah Pesan Bergambar
2
2. Anggap Dia Adikmu!
3
3. Orang Asing
4
4. Pertanyaan Ibu
5
5. Harus Kuat Karena Ibu
6
6. Permohonan Maaf
7
7. Hanya Demi Ibu
8
8 Mengingatkan status
9
9. Posisi yang Tergantikan
10
10. Pernyataan Hana
11
11. Ikhlas Yang Menyakitkan
12
12. Positive
13
13. Keputusan yang Membingungkan
14
14. Permintaan Ayu
15
15. Goresan Luka
16
16. Terpaksa Kembali
17
17. Alasan Ayu Kembali
18
18. Perhatian yang Terbagi
19
19. Aku Ingin Bekerja
20
20. Bertemu Dengan Dokter Lagi.
21
21. Ucapan Menyakitkan Mertua
22
22. Meminta Keadilan
23
23. Permintaan Hana, Malam ini Saja.
24
24. Meminta Pengertian Ayu
25
25. Membuat Ulah Lagi
26
26. Rebut Semua
27
27. Bertemu dengan Seorang Anak.
28
28. Tidak Mau Sekolah!
29
29. Surgaku Ada Pada Ibu
30
30. Siapa Wanita Itu, Mbak?
31
31. Kutukan Penulis
32
32. Pov. Hilman
33
33. Ancaman Ibu
34
34. Hilman Dalam Kebingungan
35
35. Aku Kapan Punya Anak?
36
36. Ayu, Tidak Ingin Ditinggalkan
37
37. Dukungan Bapak Terhadap Ibu
38
38. Ibu dan Bapak, Tetap Pada Keputusan
39
39. Rasanya Berpoligami
40
40. Hilman Dan Hana di Tempat Umum
41
41. Pertengkaran Di Depan Umum
42
42. Terima Nasibmu Sebagai Wanita Mandul!
43
43. Sahabat Yang Peduli
44
44. Video yang Tengah Viral
45
45. Bukan Anak Yang Berbakti
46
46. Dokter Wira
47
47. Maaf, Aku Akan Mencoba Adil Untuk Kalian.
48
48. Hana Yang Tidak Pernah Mengerti
49
49. Pelecehan Istri Sendiri
50
50. Pulang Ke Rumah
51
51. Jujur Pada Ibu
52
52. Keputusan Ayu
53
53. Seorang Pria
54
54. Arga, Pria Dari Masa Lalu.
55
55. Gunakan Kesempatan, Atau Aku Akan Kembali!
56
56. Tamu Tak Diundang.
57
57. Ibu: Berikan Kebebasan Untuk Ayu, Hilman!
58
58. Kamu Bahagia, Bukan Aku!
59
59. Jangan Dekat Dengan Dia (Arga)
60
60. Cerita Tentang Arga
61
61. Alasan Ibu Tak Suka
62
62. Dokter Wira, "Jangan Sungkan."
63
63. Kedatangan Ibu Mertua.
64
64. Debat Dua Orang Ibu
65
65. Pesan Dari Sebuah Nomor Asing
66
66. Jalan Menuju Kebebasan
67
67. Kamu Mau Kan Dengan Dokter Wira?
68
68. Mulut Tetangga
69
69. Hilman. Dimana Buku Itu!
70
70. Hilman Yang Kalap
71
71. Perkelahian Di Tengah Jalan.
72
72. Dokter Wira: Maksud Saya ... Tidak Apa-Apa!
73
73. Bertemu Pengacara
74
74. Hari Operasi
75
75. Keputusanku Sudah Bulat!
76
76. Aifa
77
77. Izinkan Saya ....
78
78. Dokter Yang Gigih
79
79. Sidang Pertama
80
80. Sidang Perceraian.
81
81. Hilman, Tak Ada Yang Sama
82
82. Ajakan Dokter Wira
83
83. Saudara Kembar Dokter Wira
84
84. Sekeranjang Mawar Putih
85
85. Siapa Pengirim Bunga Ini?
86
86. Datang Untuk Meminang
87
87. Meminta Petunjuk
88
88. Mengantar Risma ke Mall
89
89. Mencari Keberadaan Ayah
90
90. Pengumuman!! Ayo Pada Kumpul!!!
91
91. Gara Tak Mau Makan
92
92. Tante Ayu Dak Boleh Pulang!
93
93. Pov Arga
94
94. Buy One Get One Free
95
95. Kamu Harus Hati-Hati
96
96. Maaf tentang Masa Lalu
97
97. Tak Mau Jadi Baby Gula
98
98. Curhat Dengan Diana
99
99. Nomor yang Tak Dikenal
100
100. Cerita Untuk Gara.
101
101. Pengumuman Pemenang Give Away!!!
102
102. Undangan Pesta Ulang Tahun
103
103. Orang Tua Yang Ramah.
104
104. Aku Hanya Wanita Cacat
105
105. Harus Tegas
106
106. Paket Misterius
107
107. Paket Lagi.
108
108. Bertanya
109
109. Lima Orang Asing
110
110. Pulang Dengan Tangan Hampa
111
111. Kabar Baik
112
112. Bertemu Gara Lagi
113
113. Kabar berita
114
114. Berdusta Sekali Lagi
115
115. Jadi Mama Gara!
116
116. Terjebak
117
117. Dongeng Kelinci dan Kura-Kura
118
118. Maafkan Gara!
119
119. Hari Pertama Bekerja
120
120. Gara-Gara Ojol!
121
121. Hati Yang Masih Beku
122
122. Kejadian Di Mall
123
123. Hilman Membuat Ulah
124
124. Arga, Eka?
125
125. Perasaan Arga.
126
126. Apa Yang Harus Aku Lakukan?
127
127. Pertanyaan Ibu.
128
128. Penolakan Ibu
129
129. Apa Karena Ibu?
130
130. Menyerah
131
131. Ibu Kecelakaan
132
132. Pertolongan Arga.
133
133. Kehadiran Gara di Rumah Sakit
134
134. Gara Dan ibu
135
135. Penuturan Ibu
136
136. Restu Dari Ibu
137
137. Bertemu Arga
138
138. Arga. Sakit Hati Kedua Kali
139
139. Cinta Lama Berlanjut Kembali
140
140. Gombalan Untuk Calon Istri
141
141. Doa Yang Baik
142
142. Menyerahkan Ayu
143
143. Menikah Di Pos Satpam?
144
144. Akibat Hubungan Dengan Bos
145
145. Bicara Tentang Ibu
146
146. Lamaran Part 1
147
147. Lamaran Part 2
148
148. Saya Menerima.
149
149. Mencari Tanggal Yang Tepat
150
150. Pemberian Arga
151
151. Ibu Punya Nazar
152
152. Arga Marah
153
153. Ke KUA, yuk!
154
154. Kabar Baik
155
155. Kejadian Tidak Terduga
156
156. Lebih Baik Mati
157
157. Hilman Menggila
158
158. Arga Pencemburu
159
159. Tamu Tak Diundang
160
160. Arga Dan Gombalannya
161
161. Berkunjung Ke Pusara Haifa
162
162. Kalimat Yang Sangat Indah
163
163. SAH!!!!!!
164
164, acara di rumah
165
165. Keluarga Yang Sangat Menyenangkan
166
166. Arga: Aku Masuk Angin!
167
167. Apa Yang Terjadi Kepada Arga?
168
168. Ladang Kering Telah Disirami
169
169. Lupa Kunci Pintu
170
170. Arga Semakin Parah
171
171. Cara Tersendiri
172
172. Kejadian Di Pagi Hari
173
173. Kedatangan Dokter
174
174. Hadirnya Sosok Lain.
175
175. Ancaman Arga. "Tunggu Nanti Malam."
176
176. Dokter Wira
177
177. Tamu Wanita
178
178. Pengantin Laki-Laki Teraniaya.
179
179. Penjelasan Arga
180
180. Tetap Jadi Istri Yang Baik
181
181. Saat Makan Siang
182
182. Tempat Untuk Honeymoon
183
183. Peringatan
184
184. Diana Tidak Hadir
185
185.
186
186. Merasa Belum Baik
187
187. Penyambutan
188
188. Gara Menjadi Pemersatu Bangsa.
189
189. Makan Siang Keluarga
190
190. Ajakan Arga
191
191. Pertanyaan Gara
192
192. Hukuman atau Panggil Sayang?
193
193. Suamiku, Imamku
194
194. Gombal Terus!
195
195. Dua Lelaki Sumber Kebahagiaan
196
196. Bertemu Seorang Wanita
197
197. Hal Yang Membuat Penasaran
198
198. Kain Yang Menerawang
199
199. Bertemu Dengan Dokter
200
200. Mengambil Alih
201
201. Serangan Bukan Dadakan
202
202. Serangan Kedua Dan Ketiga
203
203. Ketahuan!
204
204. Desas Desus Tak Enak
205
205. Ingin Jadi Anak Yang Kuat
206
206. Kesedihan Gara
207
207. Masalah.
208
208. Tempat Terselubung
209
209. Kemana Arga?
210
210. Ingin Marah
211
211. Arga Masuk Angin
212
212. Harapan Yang Masih Belum Terwujud
213
213. Serasa Permen Yupi
214
214. Shopping Day!
215
215. Desa Penari
216
216. Tingkah Ayu Yang Aneh
217
217. Rasa Yang Berbeda
218
218. Coba Yang Lain
219
219. Honeymoon, Yuk!
220
220. Kabar Bahagia
221
221. Kabar Bahagia part 2
222
222. Gara. "Jangan Bikin Mama Emosi!"
223
223. Pertanyaan Gara
224
224. Kabar Bahagia Untuk Ibu
225
225. Diri Yang Selalu Suudzon
226
226. Harus Beristirahat.
227
227. Kejutan Yang Gagal
228
228. Ingat Apa Kata Dokter!
229
229. Tangisan Gara
230
230. Tak Sadarkan Diri
231
231. Sapaan Dari Dalam Perut
232
232. Pulang Dari Rumah Sakit
233
233. Inginkan Sesuatu
234
234. Meminta Maaf
235
235. Sosok Suami Idaman
236
236. Meminta Persetujuan
237
237. Mencari Foto Haifa
238
238. Kesedihan Gara
239
239. Berbicara
240
240. Cinta Tulus Untuk Gara
241
241. Seseorang Di Luar Jendela
242
242. Persiapan Empat Bulanan
243
243. Laki-laki Di Depan Mall
244
244. Arga Si Pelindung
245
245. Kehidupan Setelah Bercerai
246
246. Hilman Setelah Bercerai 2
247
247 Ayu
248
248. Main Gundu
249
249. Sepenggal Kisah
250
250. Pergi bersama
251
251. Pengakuan Hilman
252
252. Maaf Dari Hilman
253
253. Kisah Hilman
254
254. Hilman Dalam masalah
255
255. Di Balik Kisah Hilman
256
256. Arga Cemburu
257
257. Rencana Arga
258
258. Hanya Untukmu
259
259. Pertemuan Arga dan Hilman
260
260. Noda Merah
261
261. Rumah Sakit
262
262. Perjuangan Seorang Ibu
263
263. Hadirnya Anggota Baru
264
264. Apa Kamu Tidak Pernah ....
265
265. Bayi Yang Haus
266
266. Ucapan Manis
267
267 Hilman di Acara Aqiqah
268
268. Pelajaran Berharga
269
269. Meminta Penilaian
270
270. Gara Anakku juga!
271
271. Kabar Bahagia
272
272. Ke Rumah Sakit Lagi
273
273. Ayu Nakal
274
274. Seperti Pasangan Mes*m
275
275. Ajakan Honeymoon Yang Selalu Gagal.
276
276. Sebuah Pengajaran
277
277. Perjalanan Panjang
278
278. Perjalanan Yang Melelahkan
279
279. Sesuatu Yang Kembali
280
280. Sindiran Dari Keluarga
281
281. Sesal Yang Tak Guna
282
282. Tersangka Investasi Bodong
283
283. Bicara Dengan Ibu
284
284. Kisah Di Balik Tirai
285
285. Tidak Tahu Malu
286
286. Dewi
287
287. Mungkinkah Dia?
288
288. Penjarakan Saja!
289
289. Keinginan Arga
290
290. Rencana Arga
291
291. Seperti Masa Lalu
292
292. Azka Demam
293
293. Obat Oles Tradisional
294
294. Perjuangan Seorang Ibu
295
295. Bawa Ke Ustadz
296
296. Sepuluh Juta
297
297. Sang Penakluk
298
298. Penakluk Tak Pernah Puas
299
299. Malam Acara Selamatan
300
300. Kasih Ibu Sepanjang Masa
301
301. Perjalanan Yang Sulit
302
302. Ibu Lelah
303
303. Semua Lelah
304
304. Wanita Selain Dewi
305
305. Debat Yang Melelahkan
306
306. Pusing Menghadapi Ibu.
307
307. Kasmaran
308
308. Hilman Mau Punya Istri
309
309. Tak Ada Salahnya Membahagiakan Ibu
310
310. Liburan Dadakan Dengan Ibu
311
311. Bertanya Pada Dewi
312
312. Bantu aku Gagalkan
313
313. Pertanyaan Pak Hendro
314
314. Fakta Tentang Dewi
315
315. Nikah Dadakan
316
316. SAH!!!
317
317. Jodoh Datang Terlambat
318
318. Tatapan Ipar Dan Bapak Mertua
319
319. Pulang Kemana Aku?
320
320. Rencana Pesta Resepsi
321
321. Pesan Pak Mertua
322
322. Acara Tujuh Bulanan
323
323. Dewi Alergi
324
324. Tiga Kali Menikahi Perawan
325
325. Manisnya Sebuah Hubungan
326
326. Aku Siap!
327
327. Unboxing
328
328. Berhasil Menjelajah
329
329. Kebahagiaan Hilman
330
330. Arga Sepertinya Marah
331
331. Suami Pengertian
332
332. Berita Duka
333
333. Berkabung
334
334. Kesedihan Gara.
335
335. Pendarahan Setelah Pertarungan
336
336. Selamat Datang Putri Kecil
337
337. Dilema
338
338. Telepon Dari Dewi
339
339. Kebahagiaan Kedua
340
340. Adopsi Untuk Vano
341
341. Happy Ending
342
Pengumuman Baru Nih!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!