Ibu masih diam, tidak terdengar suaranya sama sekali, tapi tangannya yang kurus terus saja mengelus kepalaku dengan lembut, membuat rasa di dalam dada ini terasa sesak.
"Yu, maafkan Ibu, ya. Mungkin kamu sulit punya anak karena ibu juga dulu lama sekali untuk dapatkan kamu. Ibu gak nyangka kalau kamu juga akan sama, menanti lama seperti ibu." tiba-tiba saja suara ibu terdengar lirih di telinga. Dadaku semakin sakit mendengar hal itu.
"Bukan salah Ibu. Memang belum waktunya ya mau bagaimana lagi? Kita gak bisa melakukan apa-apa, Bu." Aku mencoba menenangkan ibu. Memang bukan salahnya jika aku seperti ini. Manusia siapa yang tahu, hanya Tuhan yang bisa membolak-balikkan keadaan seperti apa yang Dia kehendaki.
"Tapi Ibu yakin, Yu Kamu pasti bisa punya anak. Kamu harus sabar aja ya. Jangan patah semangat untuk selalu berusaha, apalagi suami kamu juga orangnya penyayang. Ibu yakin kalau dengan cinta kasih seorang suami kamu dan Hilman sebentar lagi pasti bisa punya anak. Jangan banyak pikiran intinya itu, Yu." Ibu terus menyemangatiku. Namun, rasanya dada ini sesak saja mendengar kalimat itu. Ingin rasanya aku berkata. Justru kasih sayang dari Mas Hilman kini harus terbagi dengan wanita lain karena aku yang tidak mampu memberinya keturunan.
"Rasanya ibu tidak sabar pengen gendong cucu. Mungkin kalau ada cucu, Ibu jadi semangat lagi. Ya meskipun rasanya badan ini sakit, tapi ibu akan senyum bahagia menyambut kematian Ibu."
Aku tersentak mendengar ibu mengatakan hal itu degan sangat ringan. Ku angkat tubuhku yang lelah ini dan menatap ibu dengan marah.
"Ibu ini bilang apa sih? Jangan ngaco deh. Ibu kalau ngomong kok ya gak di pikir dulu!" Aku marah dengan kalimat ucapan ibu yang terakhir. Ibu keterlaluan mengucapkan hal seperti itu di depanku.
"Umur Ibu akan panjang, jangan bicara yang aneh-aneh deh. Ibu gak akan meninggal sebelum Ayu punya anak. Bahkan sampe nanti anak Ayu besar dan menikah, Ibu akan bisa lihat cicit Ibu."
Ibu tertawa kecil dari mulutnya. Dia mengusap dadanya yang sering terasa sakit. "Rasanya Ibu kadang gak kuat Yu, kalau sakit ini sedang kambuh. Rasanya kok ya lebih baik kalau Ibu nyusul Bapak kamu saja. Ibu juga gak akan susahin orang lain lagi kan kalau ...."
Aku segera memeluk ibu dengan erat. Jahat sekali ibu berkata seperi itu padaku. "Tega Ibu mau meninggalkan Ayu? Setelah Bapak pergi, Ibu juga mau meningalkan Ayu sendiri, begitu?" tanyaku sambil berderai air mata.
"Ayu gak izinkan. Pokoknya Ibu gak boleh pergi sebelum semua itu terjadi, Ibu akan lihat cucu ibu besar dan menikah! Huuu ...." Aku menangis dengan keras, meratapi segala ketakutan atas penyakit yang kini bersarang di tubuh ibu.
Ibu mengelus punggungku dengan lembut. "Umur manusia siapa yang tau, Yu. Ibu kan bisa saja...."
"Iya. Umur manusia gak ada yang tau. Ibu jangan bicara seperti itu dong! Ayu gak akan izinkan pokoknya! Jangan bicara seperti itu, Bu. Jangan tinggalkan Ayu, huu ...."
Ibu terdiam, usapan tangannya di punggungku terhenti.
"Harusnya Ibu gak boleh minta yang muluk-muluk. Harusnya Ibu cukup minta kamu bahagia untuk saat ini. Maafkan Ibu ya Yu, sudah membebani pikiran kamu selama ini." Ibu meminta maaf, membuat aku semakin takut.
Aku hanya menggeleng di dalam pelukannya, "Ibu gak pernah salah, Ayu yang belum bisa jadi anak yang berbakti pada Ibu. Maafkan Ayu. Ayu janji akan jadi anak yang baik dan berbakti pada Ibu. Maafkan Ayu, Bu." Aku menyesal karena aku berbohong tadi, tapi aku juga takut jika aku berkata yang sejujurnya.
Suara detakan di dada ibu kadang cepat, kadang juga melemah. Tanda ada sesuatu yang tidak baik terjadi disana. Aku terkadang takut jika disana tidak terdengar suara itu lagi.
Ya Allah apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus betahan dengan kesakitan dan kesedihanku? Masih banyak hal yang aku belum berikan pada ibu. Jangan Kau renggut ibu dariku sebelum aku bisa memberikan kebahagiaan yang lebih untuknya.
Malam ini aku tidur bersama dengan ibu. Jika biasanya aku sangat senang tidur satu ranjang dengan ibu malam ini aku merasa ketakutan. Apa yang tadi kami bahas membuat aku tidak mau jauh dari ibu. Takut jika tiba-tiba saja ... Ya Allah, jauhkan pikiran buruk ini dariku.
Ibu sudah terlelap, sedangkan aku masih terjaga. Ku pandangi wajah ibu yang sayu dan tidak cerah lagi, tapi beliau tidak pernah lupa untuk terus tersenyum entah itu untukku atau untuk orang lain.
Ku peluk tubuh yang sudah tidak lagi muda. Hanya ibu yang aku punya, jika ibu tiada aku bersama dengan siapa? Mas Hilman kini sudah ada yang lain, jika pun masih bersama bisa saja perasaan darinya akan berbeda dari yang sebelumnya ... Dan juga perasaanku padanya juga tidak akan sama seperti dulu.
Kekalutan yang aku rasakan membuat aku lelah hanya berbaring, mata ini tetap saja tidak bisa terpejam, segera aku mengambil hp yang ku simpan di bawah bantal. Iseng aku mengecek aplikasi chat berwarna hijau. Ada beberapa chat yang masuk, tapi tidak menemukan satu pun chat dari pria yang kini sudah menyandang status pria beristri dua. Kecewa? Pasti. Aku sangat kecewa karena tidak menemukan chat atau panggilan apapun yang berasal darinya.
Pikiranku tiba-tiba saja hinggap pada suatu kejadian, dua orang dewasa, laki-laki dan perempuan, ada di satu atap yang sama, apalagi telah sah menjadi pasangan suami istri ... Ah, aku benci dengan pemikiranku! Sesak rasanya dada ini memikirkan hal itu, jika biasanya di dalam novel akan menjadi hal yang menyenangkan dalam pembahasan ranjang kali ini aku mengutuknya.
Tidak ingin berlarut dalam rasa ini aku lanjut membuka aplikasi biru tempatku mencurahkan segala isi hati. Mungkin disini adalah diariku. Diari yang bisa dibaca banyak orang.
Aku tersenyum melihat banyaknya komentar yang membanjiri ceritaku yang baru. Cerita tentang sosok lelaki yang pergi menikah lagi tanpa sepengetahuan istrinya, bedanya jika di dalam cerita aku membuat dia menikah dengan mantan kekasihnya.
Semua mengatakan geram pada sosok lelaki itu, ada juga yang memeberi semangat untuk si tokoh perempuan supaya kuat, sekali lagi aku anggap itu dukungan untukku sendiri. Entah aku berdosa atau tdak mengunggah cerita atas rasa sakit hati yang aku rasakan kini, tapi aku hanya ingin sekedar mengeluarkan rasa unek-unek yang aku rasakan di dalam hati.
Iseng aku mengecek pendapatanku, aku tekejut melihat besarnya angka yang ada disana. Dua bulan kemarin aku mengecek masih belum sebanyak ini. Tidak percaya dengan apa yang aku lihat, aku mengecek data statistik setiap novel yang aku buat, semua meningkat setelah aku mengeluarkan novel terbaru tentang cerita poligami ini. Mungkin ini juga terjadi karena aku gencar mengunggahnya sebagai iklan di aplikasi medsos lainnya. Tentu saja aku pakai nama lain, bukan namaku sendiri. Ku gunakan nama pena di medos ku.
Aku tersenyum melihat semakin hari pendapatanku semakin meningkat, anggap saja ini sebagai obat pelipur laraku atas kejadian menyakitkan yang terjadi padaku. Dibalik sesuatu yang buruk terjadi, pasti masih ada hal baik yang bisa kita dapatkan.
Dua jam aku berkutat dengan tulisanku, mata ini belum juga ada rasa mengantuk, justru aku semakin semangat untuk melanjutan khayalanku. Seperti menggila, otakku juga sedang dalam mode ON, sinkron dengan tangan dan juga hati, membuat aku semakin semangat dalam mendapatkan pundi-pundi rupiah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 342 Episodes
Comments
Adiba Shakila Atmarini
tetap smngt..bdai pasti berlalu..
2024-02-17
0
Novia
jangan menyerah ...semoga menjadi pembelajaran juga buat kami pembaca.😍
2022-07-21
0
Cristina Bria
cerai saja yu ada suami lain dan buktikan kamu bisa hamil supaya menyesal itu 😭😭😭😭
2022-07-10
0