Di saat Leon sibuk dengan pikirannya, Alicia yang kesal karena perlakuan dan kebohongan Leon padanya, meninju pria itu dengan keras hingga membuat Leon yang tidak sempat menghindari pukulan tersebut terhempas menghantam dinding kamar.
Leon meringis memegang pundaknya yang telah terkena pukulan Alicia.
"Aku lupa kalau gadis kecil ini memiliki tenaga yang sangat besar," rintihnya, mencoba berdiri perlahan.
"Itu pelajaran untukmu karena telah berbohong dan menyentuhku seenaknya!" tukas Alicia, ia bangkit dan turun dari tempat tidur, "Aku ingin mandi dan menemui teman-temanku!" lanjutnya lagi sambil melangkah menuju pintu kamar.
"Hei gadis kecil, mandi saja di sini!!" ucap Leon ketika melihat Alicia membuka pintu kamarnya.
"Hahaha... Terima kasih!" Alicia keluar dan menutup pintu dengan kesal.
Leon tersenyum melihat wajah cemberut yang diperlihatkan Alicia padanya.
"Mengapa dia manis sekali?" bisik hatinya.
Sementara itu di dalam kamarnya, Alicia tampak bergumam kesal, seumur hidupnya baru kali ini ia bertemu seorang pria yang tidak tahu malu sama sekali.
"Apakah dia pikir aku sama dengan wanita-wanita di luar sana yang bisa disentuh seenaknya?!" dengusnya sambil melangkah ke kamar mandi.
***
Setelah menyelesaikan sarapan pagi bersama, Leon mengantar Alicia ke kantor Polisi untuk menemui ketiga sahabatnya, di kantor polisi Alicia dan Leon disuruh untuk pergi ke sebuah rumah sakit, karena ketiga sahabatnya itu saat ini sedang mendapatkan perawatan di sana.
Dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, Leon memperhatikan Alicia yang tampak cemas di sampingnya.
"Hei gadis kecil, setelah melihat Perubahanku semalam, apakah kamu masih tidak merasa takut padaku?" tanya Leon, mencoba mengalihkan perhatian Alicia.
Alicia memalingkan wajahnya menatap Leon yang tersenyum padanya.
"Pria ini... Apakah dia tidak ingin melihatku khawatir?" bisiknya dalam hati, Alicia tertawa kecil menanggapi pertanyaan Leon, "Takut?? Tentu saja aku takut, karena wajahmu itu jelek sekali!" ledeknya sambil mencoba menahan tawanya.
"Kamu..." Leon menghentikan mobilnya di sisi kiri jalan dan menatap Alicia tajam, "Ternyata kamu tidak takut kalau aku akan menghisapmu hingga kering?!" ancamnya.
"Kamu berani?!" Alicia menunjukkan kepalan tangannya pada Leon.
"Apakah kamu lupa kalau aku ini seorang makhluk abadi?!" bisik Leon, "Dan sepertinya aku sedikit lapar sekarang," lanjutnya lagi, menatap Alicia sambil tersenyum nakal.
"Aku tidak takut padamu, coba saja jika kamu berani menyentuhku dengan gigi-gigimu itu!"
Leon tersenyum tipis melihat wajah Alicia yang terlihat sedikit panik, tetapi gadis itu berusaha menyembunyikannya dengan baik.
"Gadis bodoh!" Leon menyentuh kepala Alicia dengan lembut, "Aku tentu saja tidak akan menyentuhmu, lagipula... Aku masih bisa mendapatkan hal itu dengan mudah dari rumah sakit! Kulihat wajahmu sudah lebih baik sekarang, sebaiknya kita segera menemui teman-temanmu!" Leon kembali menjalankan mobilnya menuju rumah sakit.
"Ternyata benar, dia tidak ingin aku khawatir! Untuk seorang Drakula dia cukup perhatian dan sedikit tampan!" Alicia melirik Leon sambil tersenyum.
***
Setelah tiba di rumah sakit, Alicia melihat ketiga sahabatnya telah sadar dan terlihat baik-baik saja dari luar ruang perawatan, walau wajah ketiga sahabatnya itu masih menyisakan raut ketakutan.
"Leon, ada apa dengan ekspresi teman-temanku ini?" tanya Alicia bingung sambil memperhatikan dari kaca ruang perawatan.
"Aku pikir mereka telah menyaksikan Vandren memangsa korbannya, jika itu adalah aku tentu saja tidak masalah melihat hal itu! Tetapi bagi manusia awam seperti teman-temanmu ini, walau dia seorang pria pemberani sekalipun, hal itu kemungkinan akan meninggalkan trauma mendalam! Aku hanya takut gadis itu... Jika dia benar-benar pernah melihatnya, itu akan menjadi mimpi buruk baginya seumur hidupnya!" Leon menghela nafas ketika melihat ekspresi wajah Gwen.
"Makhluk itu... Jika kamu bisa membunuhnya, mengapa baru melakukannya sekarang?! Mengapa tidak melakukannya sebelum jatuh banyak korban?!" protes Alicia setengah berbisik.
"Apa kamu pikir aku bisa melakukannya semudah itu?! Bahkan Ibuku mati di tangan makhluk itu! Saat pertama aku bertemu dengannya, aku masih sangat kecil! Dan setelah dewasa aku berusaha mengejarnya untuk membalaskan dendam ibuku! Tetapi tanpa darah yang cocok dan mengikat perjanjian darah, kekuatan milikku tidak akan bangkit semudah itu! Kaum Drakula membutuhkan calon Pengantin yang tepat untuk membangkitkan kekuatan yang mereka miliki, dan untukku... Kamu adalah gadis itu yang telah ditakdirkan sebagai calon Pengantinku! Itu semua karena darahmu, kamu mewarisi darah seorang Pengantin Drakula! Aku menyadari ini ketika bertemu denganmu di Restoran untuk pertama kalinya, darahmu beraroma harum dan manis! Aku pikir kamu juga menyadarinya, oleh karena itu kamu tidak takut padaku! Kamu bahkan berkata sangat menyukai legenda kaumku, itu semua karena leluhurmu adalah orang yang telah ditakdirkan untuk mengikat hubungan dengan kaumku!" papar Leon.
"Eh." Penjelasan Leon membuat Alicia tertegun.
"Itu benar, Legenda Drakula dan Pengantin Drakula itu ada di perpustakaan keluargaku, selama ratusan tahun ini aku mencoba mencari Pengantinku, gadis itu... Yang photonya kamu lihat berada di kamarmu, dia memiliki darah sepertimu! Tetapi aku kehilangannya sebelum sempat membuka perjanjian darah dengannya, dan setelah hampir seratus tahun aku menunggu, aku akhirnya menemukanmu!" Leon menatap Alicia dengan lembut.
Alicia memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapan Leon yang membuatnya sedikit salah tingkah.
"Bagaimana mungkin aku memiliki jodoh dengan seorang Drakula yang berumur ratusan tahun? Ia bahkan lebih tua dari kakekku!" rutuknya dalam hati.
Leon memperhatikan wajah Alicia yang tampak tidak ingin mempercayai ucapannya.
"Hei gadis kecil, aku tahu apa yang kamu pikirkan saat ini! Bagi seorang Drakula sepertiku, umurku saat ini hampir seperti manusia yang berumur 20 tahun, lagipula... Wajah tampanku ini, tidak akan bisa menua!" tandasnya.
"Narsis!!" Alicia menjulurkan lidahnya.
Leon kembali tertawa melihat tingkah gadis yang berada di hadapannya saat ini.
"Nona Alicia, Mr. Leon, sekarang kalian sudah bisa masuk untuk melihat mereka!" ucap seorang Dokter yang baru saja keluar dari ruang perawatan di mana ketiga teman Alicia dirawat.
"Terima kasih Dokter," sahut Alicia senang, lalu melangkah cepat menemui ketiga sahabatnya.
Sang Dokter tersenyum melihat tingkah Alicia.
"Gadis kecil yang manis, sepertinya kamu telah menemukan calon Pengantinmu!" Dokter tersebut yang merupakan sahabat baik Leon menepuk pundak Leon.
"Jangan berpikir sembarangan!" timpal Leon mencoba mengelak.
"Hahaha... Apa kamu pikir aku tidak bisa melihatnya? Lihat saja wajah penuh cinta ini! Dan juga, setelah sekian lama menyediakan makanan untukmu baru kali ini aku melihatmu jauh lebih baik, dan gadis itu... Aku telah melihatnya! Dia memiliki bekas perjanjian darah denganmu di lehernya! Jadi kali ini aku tidak akan salah, jika gadis itu adalah calon Pengantinmu! Kamu telah membuka perjanjian itu dengannya! Bukankah aku benar Mr. Leon Vald?" bisik Dr. Mark, pria ini menjadi sahabat Leon setelah Leon menyelamatkannya dari keganasan Vandren, dan ia satu-satunya orang yang mengetahui tentang rahasia Leon dan selalu membantunya untuk mendapatkan darah yang ia butuhkan ketika ia lapar.
"Sepertinya aku harus mencoba gigiku ini padamu sekali saja, agar kamu bisa menutup mulutmu itu!" dengus Leon.
"Apa kamu tega melakukannya? Aku adalah satu-satunya sahabat yang kamu miliki," goda Dr. Mark.
Leon tertawa kesal melihat wajah sahabatnya yang sangat menyebalkan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Download
Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Comments